MOHAMAD YASIN

Mohamad Yasin, Lahir di Kediri, Tanggal 24 Agustus 1971. Bekerja sebagai dosen di Universitas Negeri Malang sejak tahun 1999. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ISTANBUL SANA GELIYORUM

ISTANBUL SANA GELIYORUM

Saya terbangun dari tidur yang tidak lelap. Kemudian mengeluarkan HP dan melihat jam. Waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB. Saya melihat jam di layar TV di depan saya, jam masih menunjukkan pukul 03.00. Saya coba melihat informasi penerbangan di layar monitor. Ternyata pesawat sudah akan memasuki wilayah Turki. Untuk beberapa pesawat memang dilengkapi dengan informasi penerbangan untuk mengetahui ketinggian pesawat, kecepatan pesawat, waktu penerbangan yang sudah dilewati, waktu yang masih harus ditempuh, sampai keadaan luar pesawat baik di depan maupun di bawah dapat diamati dari layar monitor ini. Saya berpikir sejenak kok bisa ada perbedaan waktu antara di HP saya dan layar di depan saya. Oh ya, kami sudah memasuki zona waktu Turki. Wajar kalau ada perbedaan waktu antara Indonesia dan Turki. Waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam dibandingkan dengan waktu di Turki. Selisih ini sama dengan selisih waktu yang ada di Indonesia dan Arab Saudi.

Saya lihat sekeliling. Banyak penumpang yang tidur, tapi banyak juga yang masih terjaga. Sebagian ada yang melihat film, mendengarkan musik, atau sekedar melihat-lihat HP. Sebetulnya di pesawat disediakan fasilitas wifi. Untuk menikmati fasilitas wifi, penumpang harus daftar dan membayar. Biaya wifi bervariasi dari 3 dollar sampai 25 dollar. Berhubung berbayar, saya pilih menikmati yang free saja.  Karena tidak bisa tidur, saya coba bermain game di in flight entertainment yang disediakan. Saya coba bermain game Hidden Object Hunt. Sebuah game menemukan objek yang tersembunyi di layar dari daftar yang disediakan. Dalam game ini, pemain diminta untuk menemukan semua objek secepat mungkin dalam mode multipemain yang sangat kompetitif yang akan membawa pemain melalui sejumlah pengaturan yang sudah dikenal untuk dijelajahi. Sekitar 30 menit saya main game, lampu pesawat dinyalakan. Ternyata saatnya kru untuk membagikan makanan sebelum pesawat mendarat. Kalau sebelumnya saya memilih nasi ikan dori, maka kali ini saya memilih menu yang mirip dengan nasi goreng ayam. Untuk minumnya saya memilih kopi. Sedangkan istri saya pilihannya sama dengan saya. kelihatannya kami memang sehati...hehehe... Cuma untuk minumnya, dia memilih chai (teh khas India).

Selesai makan, waktu sudah menjelang subuh. Berhubung dalam pesawat, kelihatannya tidak memungkinkan berwudhu menggunakan air, tetapi cukup tayamum. Dan sholat pun harus dilakukan tetap di tempat duduk penumpang. Saya mengamati banyak penumpang yang melaksanakan sholat subuh. Saya sendiri memutuskan untuk sholat subuh di bandara saja. Sambil menunggu pesawat yang semakin mendekati bandara kedatangan, saya mencoba mendengarkan musik. Tapi sayang di in flight entertainment tidak disediakan musik dari artis-artis Indonesia. Ini perlu dipertimbangkan maskapai untuk menyediakan musik dari artis Indonesia. Mengingat ke depan tidak menutup kemungkinan akan banyak wisatawan yang berkunjung ke Turki dari Indonesia. Setelah beberapa saat memilih, akhirnya saya memutar lagu-lagu dari Bob Moses. Sedikit informasi tentang Bob Moses. Bob Moses adalah duo elektronik Kanada yang berbasis di Vancouver, British Columbia. Dibentuk di New York City, band ini terdiri dari Tom Howie dan Jim Vallance. Sebuah remix dari lagu mereka "Tearing Me Up" oleh RAC memenangkan Grammy Award untuk Best Remixed Recording, Non-Classica. Ada beberapa lagu yang saya dengarkan, diantaranya Love Brand New, Tearing Me Up, dan Enough to Believe. Walaupun tidak sepenuhnya mengerti arti syair lagunya, setidaknya dapat mengisi waktu sebelum tiba di Istanbul.

Dari kokpit pesawat, pilot menginformasikan bahwa sebentar lagi akan sampai di bandara Istanbul. Semua penumpang yang masih di toilet segera menempati tempat duduknya masing-masing. Tidak lupa untuk mengenakan sabuk pengaman, menegakkan sandaran, melipat meja di depan tempat duduk, dan mematikan lampu. Pramugari mengecek apakah semua penumpang telah melakukan itu semua. Apabila ada penumpang yang masih belum mengenakan sabuk pengaman, dengan ramah pramugari mengingatkan dengan berkata “seat belt please”.

Tidak memakan waktu lama setelah semua penumpang siap untuk pendaratan, maka lampu pesawat dimatikan. Pesawat siap untuk mendarat. Alhamdulillah, pesawat mendarat dengan selamat. Penumpang diingatkan untuk tetap di tempat duduk masing-masing sampai pesawat berhenti dengan sempurna. Setelah pesawat berhenti dengan sempurna dan lampu pesawat dinyalakan, penumpang mulai bersiap untuk turun. Satu per satu penumpang mulai mengambil barang bawaan yang ada di bagasi atas. Penumpang kelas bisnis dipersilakan untuk keluar pesawat terlebih dahulu. Diikuti oleh penumpang kelas ekonomi bagian depan, kemudian penumpang kelas ekonomi bagian belakang. Ketika akan sampai di pintu keluar, dua pramugari cantik menyapa kami dan mengatakan “thank you, see you next time”. Tibalah kami di bandara Istanbul Turki.

Begitu masuk ke bagian dalam bandara Istanbul Turki kesan modern sangat terasa. Seperti dikutip dari Wikipedia, bandara Istanbul adalah sebuah bandar udara internasional terletak di Arnavutköy di sisi Eropa Istanbul, Turki. Bandar udara tersebut direncanakan akan menjadi bandar udara terbesar di dunia, dengan kapasitas 200 juta penumpang setiap tahunnya, dan direncanakan karena kurangnya kapasitas pada bandar udara yang telah ada di Istanbul. Bandar udara ini akan menjadi bandar udara internasional ketiga yang dibangun di Istanbul menggantikan Bandar Udara Atatürk Istanbul akan ditutup.

Berhubung belum melaksanakan sholat subuh, kami bergegas mencari mushola dalam bandara. Dengan Bahasa Inggris yang seadanya, saya bertanya pada salah satu petugas yang ada di bandara. Dengan ramah petugas itu menjawab pertanyaan, walaupun sepertinya dia tidak mengerti Bahasa Inggris. Dengan menggunakan Bahasa lokal dan sambil menunjuk arah mushola yang berada di bawah. Sambil menunjuk arah eskalator turun di sebelah kanan, kemudian dengan isyarat tangan saya diminta untuk ke arah kanan. Sambil mengucapkan “thank you” saya menuruni tangga eskalator untuk menuju arah yang ditunjukkan oleh petugas tadi.

Tidak perlu waktu lama, kami menemukan petunjuk arah tempat mushola. Hal yang perlu diketahui, bahwa di Turki istilah mushola tidak dikenal, yang dikenal adalah mescit atau masjid. Berbeda di Indonesia, istilah masjid digunakan untuk tempat sholat yang relatif besar. Hal lain yang perlu diketahui mescit di Turki membedakan tempat sholat laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan disediakan tempat sendiri-sendiri untuk sholat. Kalau di Indonesia biasanya pada tempat yang sama tapi diberi penyekat. Kalau ini benar-benar ada ruang tersendiri.

Selesai sholat semua rombongan diminta untuk menuju ke bagian imigrasi. Di bagian imigrasi cukup ramai penumpang yang akan keluar bandara. Penumpang dari berbagai negara yang akan berkunjung ke Turki harus melalui imigrasi ini. Ada beberapa spot pemeriksaan yang disediakan untuk melayani penumpang. Setelah menunggu beberapa lama, deretan antrian kami tinggal menyisakan 3 orang. Tibalah orang di depan kami, seorang wanita, melakukan pemeriksaan dengan menyerahkan paspor ke petugas imigrasi. Petugas imigrasi terlihat memeriksa paspor tersebut, bahkan paspor diangkat dan dilihat. Mungkin tindakan itu untuk melihat tanda hologram yang ada di paspor? Dan ternyata paspor orang tersebut bermasalah. Orang didepan saya, tiba-tiba ke depan menghampiri wanita tersebut dan kelihatan bediskusi. Karena tidak kunjung dapat diselesaikan maka kedua orang tadi untuk sementara diminta minggir dulu, dan petugas imigrasi mempersilahkan istri saya untuk maju. Agak nervous juga, jangan-jangan paspor kami juga ada masalah. Tapi melihat anggota rombongan lain sudah ada yang melewati petugas imigrasi, nervous itu sedikit hilang. Istri saya sudah selesai, tiba giliran saya. Saya serahkan paspor saya, kemudian saya diminta untuk menghadap kamera. Berhubung tinggi saya hanya 160 cm, maka kamera itu terpaksa harus sedikit diturunkan agar dapat menangkap wajah saya. Selesai diperiksa, paspos saya kemudian di beri cap oleh petugas imigrasi dan diserahkan kepada saya. Alhamdulillah, tidak ada masalah dengan paspor saya.

Setelah melewati imigrasi, rombongan menuju tempat pengambilan barang-barang yang dibagasikan. Berdasarkan papan informasi, diketahui bahwa tempat pengambilan bagasi penerbangan kami di nomor 25. Kami dan rombongan dengan sabar menunggu barang bagasi. Satu per satu barang bagasi rombongan sudah terambil. Tour leader berikutnya mengumumkan agar rombongan menuju pintu keluar. Di pintu keluar sudah menunggu tour guide lokal yang akan menemai kami menjelajahi Turki untuk 8 hari ke depan. Istanbul, saya datang padamu.  ISTANBUL SANA GELIYORUM. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya Pak

17 Sep
Balas

terima kasih..

17 Sep

terima kasih..

17 Sep



search

New Post