MOHAMMAD HAIRUL

Mohammad Hairul adalah Guru SMP Negeri 1 Bondowoso, Jawa Timur. Instruktur Literasi Nasional Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Instruktur N...

Selengkapnya
Navigasi Web
BUYA HAMKA SEORANG LITERAT SEJATI

BUYA HAMKA SEORANG LITERAT SEJATI

“Jika ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan berbicaralah seperti orator”, demikian pesan HOS Tjokroaminoto kepada murid-muridnya. Demikian pula kiranya pesan Sang Guru kepada Buya Hamka yang sempat menjadi muridnya. Saat usianya 15 tahun, Buya Hamka memutuskan merantau ke Pulau Jawa dan berguru pada tokoh pendiri Serikat Islam itu. Di kemudian hari, Buya Hamka tumbuh menjadi sosok pemimpin yang mahir dua keterampilan berbahasa. Beliau dikenal sebagai penulis hebat dan pembicara ulung.

Disebut penulis hebat karena produktivitas Buya Hamka dalam menulis. Baik dalam bentuk opini, buku, novel, sampai mahakarya: Tafsir Al-Azhar. Disebut pembicara ulung karena keterampilan Buya Hamka sebagai penceramah. Baik ceramah di masjid-masjid, Kuliah Subuh rutin di RRI, Mimbar Jumat di TVRI, acara di KBRI, dan forum Seminar 100 Tahun Maulana Iqbal di Pakistan.

Menulis dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa produktif. Hal itu membuat Buya Hamka dikenal sebagai sastrawan dan ulama besar. Ketekunan beliau dalam bidang kepenulisan terungkat pada kutipan berikut. Ayah bila sedang asyik membaca Alquran, tidak akan terganggu dengan suara apapun. Begitu pula bila sedang asyik menulis. (hal. 151).

Menulis merupakan aktivitas mengasyikkan bagi Buya Hamka. Orientasi kepenulisan beliau bukan semata faktor finansial, namun merupakan panggilan jiwa yang dimaknai sebagai bentuk kebermanfaatan bagi banyak orang. Meski mendapat pekerjaan yang lebih menjanjikan, namun ayah tetap meneruskan kegemaran menulis dengan tetap mengarang beberapa tulisan dan menjadi wartawan. (hal. 237)

Buya Hamka juga mahir menggunakan bahasa lisan untuk memberikan pemahaman. Baik secara tatap-muka langsung maupun menggunakan piranti radio dan stasiun TV. Kemahiran beliau dalam menyampaikan ceramah bahkan dikagumi masyarakat mancanegara. Tiba-tiba para peserta seminar memberikan standing applaus, bertepuk tangan sambil berdiri. Ketika ayah kembali ke tempat duduk, para delegasi berebut menyalami ayah. (hal 251). Selain kedua kemahiran berbahasa sebagai peneguh kepemimpinannya, novel ini juga menceritakan Buya Hamka yang dikenal umum sebagai ulama-sastrawan, ternyata juga merupakan seorang guru silat, seorang sufi, seorang yang mampu berdamai dengan Jin, dan penyayang binatang.

Buku ini menarik karena dikisahkan berdasarkan pengalaman seorang anak bersama Sang Ayah. Pembaca dapat turut merasakan kasih sayang dan kepemimpinan Buya. Baik kepemimpinan terhadap diri, istri, anak-anak, dan lingkungan. Kisah kasih-sayang beliau juga membuat pembaca turut kehilangan saat Buya Hamka wafat. Pembaca turut merasakan kerinduan terhadap Buya layaknya kerinduan seorang anak terhadap seorang Ayah.

Buku ini juga mengisahkan ketangguhan Buya Hamka, seorang anak korban perceraian orang tua. Pendidikan sempat terbengkalai, namun kelimbungan itu tidak ia biarkan berlarut-larut. Buya Hamka kecil segera berfokus pada upaya mewujudkan cita-cita menjadi manusia berguna. Buya memilih membaca sebagai sarana menambah pengetahuan dan wawasan. Setiap hari, sepulang sekolah diniyah, pukul 10 pagi sampai pukul 1 siang, Ayah asyik membaca beragam buku di sana. Dari mulai buku agama islam, sejarah, sosial, politik, maupun roman, semua tersedia di taman bacaan itu. (hal. 230)

Buku ini tepat dijadikan inspirasi dan motivasi di tengah geliat menggalakkan budaya literasi bangsa Indonesia. Buya Hamka telah melampaui zamannya, meneladankan literasi bukan sekadar literasi reseptif berupa budaya membaca, namun literasi produktif berupa budaya menulis dan berbicara. Bukan sekadar literat di usia muda, namun beliau adalah literat sejati, literat sepanjang hayat.

*) Mohammad Hairul adalah Guru SMP Negeri 1 Klabang-Bondowoso, Ketua IGI Kabupaten Bondowoso. Peraih Penghargaan Literacy Award 2017 By Baznas dan Republika. Pemakalah Terbaik Seminar Nasional Guru Dikdas Berprestasi 2017 Kesharlindung – Kemdikbud.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Buya adalah idola saya pak. Keren tulisannya.

02 Jun
Balas

Terima Kasih, Pak Yudha. Saya pun sangat mengagumi beliau.

02 Jun
Balas



search

New Post