Ibarat mau berangkat memancing, tak layak kiranya membayangkan dapat ikan besar dan melimpah bila umpan yang kita punya hanyalah seekor cacing atau laron. Kurang lebih demikianlah analogi atas perasaan saya saat menghadiri silaturrahmi keluarga besar IGI Jawa Timur. Waktunya kurang lebih sepekan sebelum pelaksanaan kongres ke-2 IGI di Makassar.

Saya yang notabene pendatang baru di IGI kala itu, menghadiri forum tingkat wilayah itu sekadar ingin mengetahui eksistensi IGI di Jawa Timur dengan berinteraksi dengan teman-teman dari daerah (kabupaten/kota). Namun ternyata, harapan sederhana itu berbalas hal-hal yang menakjubkan.

Ada hal yang sungguh di luar bayangan dan nalar saya waktu itu. Saya yang sangat ingin berangkat ke kongres ke-2 IGI di Makassar, ternyata harus mengubur dalam-dalam keinginan untuk berangkat. Tak ada anggaran dana untuk itu karena di bulan itu pengeluaran kami lumayan membengkak. Saya baru saja menyelesaikan ujian tesis, lumayan banyak pengeluaran terkait penggandaan naskah dan lain-lain.

Namun takdir berkata lain. Di penghujung acara koordinasi wilayah pada waktu itu, Sekjen IGI Pusat, Bapak Mohammad Ihsan menginfokan tentang layanan Garuda Miles. Beliau menyampaikan beberapa tahapan yang perlu kami lakukan agar mendapatkan layanan penerbangan gratis. Namun, lagi-lagi diri ini dilanda pesimistis. “Kalaupun layanan itu diberikan, mungkin tidak akan diberikan kepada pendatang baru seperti saya. Masih banyak Bapak/Ibu guru yang lain yang lebih layak mendapatkan layanan itu karena lebih berperan dan berkontribusi besar pada IGI.”

Angin segar segera datang. Beberapa pengurus IGI pusat dari Jawa Timur, dan beberapa pengurus daerah (kabupaten/kota) ternyata sudah mengantongi tiket jauh-jauh hari. Mungkin menghindari kenaikan harga bila memesan tiket menjelang hari H. Peluang besar datang, pentolon IGI yang saya anggap lebih layak diterbangkan gratis dengan Garuda Miles itu ternyata sudah mengantongi tiket dengan biaya sendiri. Sebenarnya peluang sudah terbuka lebar, namun lagi-lagi pesimistik bahkan buruk sangka datang dibenak. “yang namanya penerbangan gratis, paling layanan yang diberikan Garuda Miles tidak akan sama dengan penerbangan regulernya’’.

Serasa ditampar berkali-kali, saat diri ini benar-benar berada di kursi empuk pesawat megah Garuda, dengan layanan istimewa, bersama rekan-rekan pengurus IGI dan penumpang reguler. Ternyata layanan penerbangan gratis itu benar-benar ada. Walaupun gratis, bukan berarti kita akan diperlakukan diskriminatif dengan penumpang lain yang berbayar. Garuda Indonesia dengan layanan Garuda Miles sudah membuka mata saya bahwa guru biasa seperti saya bisa terbang gratis dengan garuda. Menikmati penerbangan Surabaya-Makassar penuh rasa haru, Garuda sudah memperlakukan kami para guru dengan penuh kemuliaan. Terima kasih Garuda Indonesia, terima kasih Kemendikbud, Terima kasih IGI.

*) Mohammad Hairul adalah Guru SMP Negeri 1 Klabang-Bondowoso, Ketua IGI Kabupaten Bondowoso. Peraih Penghargaan Literacy Award 2017 By Baznas dan Republika. Pemakalah Terbaik Seminar Nasional Guru Dikdas Berprestasi 2017 Kesharlindung–Kemdikbud.