Moh. Anis Romzi

Moh. Anis Romzi Penulis dilahirkan di Kediri, pada tanggal 10 Maret 1980, dari keluarga biasa-biasa saja. Dari kedua orang tua laki-laki bernama Akhyar dan seo...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sungai Hantipan; Elegi Perjalanan Masyarakat Pinggiran

Sungai Hantipan; Elegi Perjalanan Masyarakat Pinggiran

Hantipan sungai buatan pemerintah sekitar tahun 90 an. Saat ini menjadi satu-satunya penghubung perjalanan air antara dua kabupaten; yakni Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Katingan. Ia juga penghubung dua sungai besar, sungai Mentaya dan sungai Katingan. Sungai Hantipan beberapa orang lokal menyebutnya dengan kerokan. Ia menyimpan banyak cerita perjalanan masyarakat pinggiran Kabupaten Katingan. Mereka tinggal di dua kecamatan di bagian ujung selatan Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah, dan langsung berhadapan dengan Laut Jawa. Kecamatan itu adalah Mendawai dan Katingan Kuala.

Sebagaimana lazimnya daerah tepian, mereka berdua jarang tersentuh manisnya kue pembangunan. Infrastruktur yang ada tidak jarang merupakan swadaya masyarakat karena keterpaksaan keadaan. Sungai Hantipan adalah hadiah terakhir pemerintahan orde baru untuk masyarakar Katingan Kuala dan Mendawai. Ia merupakan satu-satunya akses yang paling aman dan singkat untuk keluar dari keterisolasian wilayah. Aman karena ia dapat menutup tingginya gelombang laut Jawa pada saat cuaca tidak bersahabat. Singkat karena ia memotong waktu perjalanan dari beberapa hari lewat laut menjadi hitungan jam karena melewati sungai Hantipan. Ia merupakan jalur terdekat bila masyarakat Katingan Kuala dan Mendawai hendak melakukan perjalanan ke Sampit. Sebutan lain untuk Kabupaten Kotawaringin Timur. Tidak ada pilihan lain jalan air selain dari sungai Hantipan

Sungai Hantipan dengan panjang sekitar 26 km bermuara di Kampung Melayu pada sisi Kabupaten Katingan dan desa Hantipan pada sisi Kabupaten Kotim. Sungai ini juga menjadi penghubung langsung sungai besar Mentaya di Kabupaten Kotim. Ia memiliki lebar sekitar 10 meter pada daerah muara.akan tetapi pada bagian tengah mengalami penyempitan akibat longsor. Bahkan ada satu titik pada sisi tengah sungai hantipan lebarnya kurang dari 1 meter. Ini menyebebkan lalu-lintas perjalanan air agak terhambat. Ini dikarenakan klotok transportasi air yang digunakan masyarakat lokal harus berhenti di salah satu sisinya untuk mengantri berselisihan. Kedalaman sungai Hantipan sekitar 1,5 Meter di daerah muara . Pada bagian tengah juga mengalami pendangkalan. Bahkan di beberapa titik tinggi air hanya semata kaki orang dewasa. Apalagi pada saat musim kemarau beberapa tempat mengalami "gosong" istilah sering dipakai para nahkoda klotok untuk tempat-tempat yang tidak ada airnya sama sekali.

Hantipan banyak menyimpan cerita perjalanan masyarakat pinggiran di muara sungai Katingan. Salah satu diantaranya adalah pada saat musim kemarau. Karena kondisi cuaca yang tidak ramah, seorang pasien harus meregang nyawa di Sungai Hantipan karena tidak sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit yang layak. Pada musim kemarau pula, kami warga Mendawai dan Katingan Kuala sering menyebutnya dengan perjalanan" Perjuangan". Disebut demikian karena dalam perjalanan ini harus menyiapkan dua hal yang lebih banyak. Pertama adalah biaya yang lebih mahal, keduanya adalah tenaga yang lebih kuat pula. Jika pada musim kemarau biaya yang dikeluarkan 100%lebih mahal dari pada saat musim penghujan. Pada titik-titik tertentu para penumpang sering diminta atau turun dengan kemauan sendiri untuk membantu nahkoda mendorong perahu. Pada kejadian tertentu pula 'ces ' kendaraan air yang lebih kecil harus diangkat hanya sekedar untuk bisa lewat.

Untuk menyusuri Sungai Hantipan istilah "semakin mahal, semakin nyaman pelayanan" tidak berlaku. malah sebaliknya semakin mahal semakin melelahkan. Prinsip ekonomi menjadi tak berlaku di tempat kami. Tidak ada pilihan lain. Mau tidak mau,suka-tidak suka harus kami lalui. Kami bergantung dengan cuaca untuk dapat menikmati indahnya perjalanan dengan moda transportasi air.

Hampir mendekati 20 tahun atau bahkan lebih riwayatmu Sungai Hantipan. Ia sudah menemani kehidupan masyarakat Mendawai dan Katingan Kuala. Ini berarti hampir empat kali pergantian kepemimpinan politik. Baik itu gubernur maupun bupatinya. Setiap proses pemilihan pemimpin politik, setiap saat itu pula para politisi turun ke Katingan Kuala dan Mendawai dengan janji-janji manisnya. Ada yang menjanjikan jalan darat, melebarkan dan mendalamkan sungai, namun abai setelah menjadi pemimpin. Sungai Hantipan kondisinya masih hampir sama dengan kondisi 20 tahun yang lalu. Suara diberikan,janji ditelantarkan. Memang lidah para politisi tak bertulang.

Hidup di Katingan Kuala dan Mendawai tidak boleh sakit ataupun miskin. Kembali ini karena sulitnya akses transportasi untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik. Beberapa fakta menyelimuti Hantipan.Seorang warga yangmendapatkan rujukan ke rumah sakit di sampit harus meregang nyawa di perjalanan. Belum lagi fakta-fakta persalinan di Sungai Hantipan menambah panjang cerita tentang Sungai Hantipan.

inilah Elegi masyarakat pinggiran di sebuah kabupaten pemekaran bernama Katingan. semoga ini dapat mengetuk para pemimpin politik untuk kembali menengok dan menoleh warganya di muara Sungai Katingan. Wasssalam.

'

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah luar biasa sepertinya saat sungai menjadi sarana dan prasarana transportasi air, banyak kosakata baru nama-nama sungai di kalimantan tengah, salam kenal dan salam literasi

10 Oct
Balas

Nggih. Salam kenal juga

17 Oct

Terima kasih pak ade. Itu hati yang gelisah judul nya

22 Sep
Balas

Terima kasih pak ade. Itu hati yang gelisah judul nya

22 Sep
Balas

Kan maen dah. Saya berasa baca sambil di atas kayuh melewati sungai itu. Sensasinya luar biasa.... Tulisannnya sedep banget dah...

22 Sep
Balas



search

New Post