Moh Irham Zuhdi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DETAK KAGUM JJS DI KALIANDRA MENYISAKAN PILU

DETAK KAGUM JJS DI KALIANDRA MENYISAKAN PILU

Pagi-pagi sebelum masuk kelas saya teringat jalan-jalan sehat (JJS) kemarin Sabtu, 12/1/19 di lereng Gunung Arjuno dalam rangka hari amal bhakti (HAB) ke-73 Kemenag RI. Ribuan guru tumplek blek di kawasan lereng Arjuno Prigen-Pasuruan. Udara fresh begitu terasa memasuki kawasan yang dingin itu. Ini JJS yang baru saya rasakan selama jadi abdi negara. Pemandangan yang sangat indah mengalahkan semua memorial panorama yang pernah aku lihat. Kawasan indah itu dikenali sebagai Kaliandra. Jalan terjal dengan nuansa alam segar nan hijau mengitari semua peserta JJS. Meski jalan mendaki dengan sedikit ngos-ngosan tak terasa tersapu oleh kekaguman alam. Jalanan yang dilewati meski sudah tak alami karena sudah paving tak mengurangi panorama Arjuno.

Namun bukan nikmatnya JJS lereng Gunung Arjuno yang pernah mbuming namanya oleh serial drama radio Arya Kamandanu dan Meysin tetapi yang lebih mengherankan aku adalah tempat JJS itu sudah bukan aset bangsa, khususnya bukan milik penduduk Dusun Gamoh-Dayurejo-Prigen. Daerah itu sudah milik Atmadja Tjiptobiantoro yang dinamai Yayasan Kaliandra. Eh..!, jangan dikira dia orang Jawa, nama aslinya Tjioe Lee Gan seorang pengusaha sukses Chines PT. Berlina yang membangun kawasan lereng Arjuno seluas 40 hektar sejak tahun 1997. Kawasan puluhan hektar itu disulap menjadi kawasan bangunan artistik bergaya Eropa-Jawa.

Akupun menjadi sedih tak kuasa membayangkan. Bagaimana jika semua wilayah yang menjadi penyeimbang lingkungan ini banyak dikuasai segelintir orang, entah chines, thaipeh, amerika atau yang lain. Mereka begitu rakus memiliki kekayaan kita. Tak cukup 200 - 300 meter persegi untuk sebuah rumah tetapi mereka menguasai perbukitan bahkan gunung. Siapa yang salah dalam hal ini. Saya menuding penguasalah yang harus bertanggung jawab karena merekalah pemberi kewenangan ijin membeli dan membangun, apalagi investor itu bukan orang pribumi.

Sebagai guru, saya hanya tertegun. Andai aku kaya, milyader, bisa jadi kawasan Arjuno bukan milik orang asing. Tetapi akan aku ... apakan ya?. Andai aku penguasaha pasti tak aku ijinkan menjadi milik orang asing, karena negara sangat membutuhkan, rakyat tak ingin kehilangan. Tapi apa daya, aku guru biasa, gajiku habis sebelum gaji bulan depan datang.

Namun semangat menyadarkan anak bangsa harus tumbuh dan selalu digelorakan, agar tanah dan air jangan boleh dikuasai orang asing yang hanya untuk kepentingan nafsu diri dan keluarganya.

Jalan-jalan sehat Kaliandra menghasilkan peluh dan desahan panjang, akankah negeri ini menjadi utuh kembali kepada pemiliknya.

Pasuruan, 12 Januari 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sip tapi kemasan isu SARA-nya perlu dibungkus lebih rapi....biar bisa dikonsumsi lebih renyah hehehehe Salam literasi!!!

16 Jan
Balas

Oh, ada isu sara nya ya ? Yg mn, biar saya edit lg. Trims

18 Jan
Balas



search

New Post