SESAK NAPAS GAYA ASN
Jadi Aparatur Sipil Negara (ASN), menurut banyak orang di Indonesia adalah prestisius dan menjanjikan dimasa tua. Buktinya ketika ada CPNS mereka berbondong-bondong ikut kompetisi tes. Jumlah pendaftar tak imbang dengan kebutuhan CPNS. Tetapi tak mengurungkan orang untuk mendaftar menjadi ASN. Mereka akan berjejal mengikuti tes. Saat dinyatakan lolos pun mereka harus lari-lari memenuhi persyaratan pemberkasan ASN. Dengan limit waktu yang sebatas leher menyebabkan CPNS yang lolos tes harus menarik napas panjang dan lari ngos-ngosan untuk segera memenuhi persyaratan pemberkasan. Sebut saja Imah salah satu siswa saya yang lolos CPNS 2018, ia harus menangis sesenggukan karena tidak ada rumah sakit yang menerima pengurusan surat keterangan sehat dari rumah sakit. Sementara waktu tinggal sehari untuk memenuhinya. Ida juga kebingungan, ia dinyatakan lolos sebagai dokter diterima di sebuah rumah sakit pemerintah. Sementara mengurus persyaratan keterangan sehat tak satu pun rumah sakit menerima dengan alasan sudah penuh. Ia pun harus lari-lari ngos-ngosan kesana kemari, telpon sana , telpon sini untuk mendapatkan surat "sakti" itu. Meski hasilnya mereka berdua bisa mendapatkannya. Hemm.... ribet sekali.
Setelah menjadi ASN mereka pasti akan merasakan keribetan yang tak kalah mengundang banyak oksigen yang masuk ke paru-paru. Melalui desahan napas yang tinggi seorang ASN yang bertugas sebagai guru, sebut saja Abdi. Dia sudah lama menjadi guru ASN. Ia pun menjalankan tugasnya sangat enjoy dan menikmati. Namun paradigma kepegawaian sebagai ASN saat ini berubah sangat cepat. Keterikatan sebagai ASN begitu mengikat dengan birokrasi yang ketat. Menjadi ASN di era kini harus dituntut seksi, tidak lagi longgar ibarat baju 'daster' ibu-ibu yang enak dipakai. Seorang ASN di era digital ini akan berhadapan dengan banyaknya mesin aplikasi, mulai dari si-Eka (sistem informasi elektronik ASN) yang berisi laporan kegiatan harian hingga tahunan, aplikasi rapor digital dan aplikasi digital yang lain yang bisa mengundang desahan napas para ASN. Sepintas desahan napas itu menyehatkan karena asupan oksigen yang banyak tetapi secara psikologis oksigen itu tak banyak berarti. Desahan napas ASN mengartikan beratnya beban, dia sudah lupa dengan gaji yang sudah diterima setiap bulan, apalagi macam-macam tunjangan yang diterima tak bisa menghilangkan rasa penatnya. Jika para ASN lupa pada kalimat bersyukur atas nikmat Sang Esa maka desahan napas itu bisa mengantarkan pada keputusasahan. Bersyukurlah bagi para ASN yang pandai bersyukur, mensyukuri apa yang sudah diperoleh selama ini sehingga desahan napas ini menjadi daya juang yang tak pernah pupus untuk keluarga dan menata peradaban bangsa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Belom lagi atasan yang selalu bersikap sinis dan menghambat kemajuan anak buah mas broo ...