NEGERI SEJUTA HUJAT
NEGERI SEJUTA HUJAT
Oleh: Kang Thohir
Dua gelas kosong masih di meja, tapi tenggorokan masih terasa dahaga. Pikiranku penat, kelu akal sehat. Hati terasa berkecamuk, perasaan ingin mengamuk. Detak jantung bergemuruh, tarikan nafasku memburu. Saat telinga menyimak berita, ketika mata menatap warta.
Suasana terasa panas, meski telah masuk musim hujan. Badan terasa gerah, meski kipas sudah dihidupkan. Setiap kali hawa panas menghampiri, hati selalu menghibur diri. Mungkin ini pertanda akan hujan, atau pemanasan global yang tak terhindarkan. Lagi-lagi air mineral pun jadi sasaran penawar suasana, penghilang haus dan pendingin kepala.
Akal tak habis pikir, nalar tak bisa jalan. Rasa tak bisa menilai, diri pun tak sadarkan. Menyaksikan banyak hujatan, bak cendawan di musim hujan. Ada banyak alasan orang melecehkan. Ada banyak motivasi orang mencaci. Ada banyak tujuan orang menjelekkan.
Semua, ya semuanya. Semua lapisan melakukan. Semua orang meradang. Semua kalangan menirukan. Semua tingkatan menjadikan kebiasaan.
Wajar, biasa, maklum, jamak, santai dan masih banyak kosakata untuk memaafkan.
Sesama aliran kepercayaan saling melecehkan. Sesama agama bergantian mencela. Sesama ormas bikin suasana memanas. Sesama partai selalu ramai. Sesama tokoh saling mencemooh. Sesama pejabat bergiliran menghujat. Sesama ulama bergantian mencela. Sesama umat saling mengumpat. Sesama jamaah saling menghina. Sesama kyai saling mencaci. Sesama gus saling mendengus. Sesama santri saling memaki. Seantero negeri saling membenci.
Kebencian menampakkan semua keburukan. Kepentingan menyandera kejujuran. Ambisi menghilangkan naluri. Perasaan mengalahkan pikiran. Amarah menghalangi agama. Fanatisme melunturkan idealisme. Nafsu menundukkan kalbu.
Terlihat samar siapa yang benar. Tampak kabur siapa yang jujur. Tidak jelas siapa yang waras. Belum terbukti siapa yang bernurani. Masih ragu siapa yang berilmu.
Bukan jalan keluar yang diupayakan, justru jalan buntu yang ditemukan. Bukannya mencari persamaan, malah memperjelas perbedaan. Bukan semangat mencari kebenaran, tapi ngotot memburu kemenangan. Bukan mencari titik temu, justru unsur pembeda yang dituju. Bukan ingin damai, justru menambah ramai. Bukan persatuan yang didapati, justru perpecahan yang dinikmati.
Oh... Negeri sejuta hujat. Kapan tradisi ini akan tamat?. Bila engkau akan berperilaku sehat?. Hobi ini percepat datangnya kiamat. Berubahlah sebelum tertimpa laknat. Ingat, turunnya bencana merata pada umat, tidak demikian dengan datangnya rahmat.
Salam, 29-18-2017
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar