Moh. Tohiri Habib

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

TIDAK ADA TOLERANSI TERHADAP KEMUNGKARAN

TIDAK ADA TOLERANSI TERHADAP KEMUNGKARAN

""Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman."

Hadits ini sering kita dengar dan diperdengarkan oleh tidak sedikit pendakwah. Ternyata banyak pelajaran bisa didapatkan dari hadits di atas.

1. Nahi mungkar (mencegah kemungkaran) menjadi kewajiban semua orang. Tidak bisa ditawar lagi dan tidak pandang bulu. Disebutkan beberapa alternatif upaya yang bisa dilakukan dalam nahi mungkar, mulai dari upaya dengan tangan (kekuasaan, fisik), lisan (nasehat, verbal), sampai dengan hati (psikis, perasaan). Ini menunjukkan tidak ada celah dan alasan untuk menghindar dari perintah tersebut.

2. Semua upaya untuk mencegah kemungkaran meski disebutkan secara berurutan. Namun, dalam penerapannya seseorang bisa menyesuaikan dengan situasi, kondisi, kapasitas dan kemampuannya.

3. Orang yang melaksanakan nahi mungkar digolongkan sebagai khoiro ummat (umat terbaik). Artinya, Pemimpin yang menggunakan kekuasaan dan wewenangnya untuk mencegah kemungkaran adalah model pemimpin yang terbaik. Pendakwah yang memenggunakan nasehat dan ilmunya untuk mencegah kemungkaran adalah sosok pendakwah terbaik. Masyarakat yang menggunakan hati dan nuraninya untuk menolak kemungkaran adalah potret masyarakat terbaik.

4. Islam sangat perhatian pada pemeluknya dan memperlakukannya dengan baik. Semua yang dilakukan, dibicarakan, dan dilintaskan dalam pikiran/hati memiliki perhitungan sendiri. Tidak hanya yang kasat mata yang diapresiasi, tapi yang tak tampak oleh mata telanjang pun diperhitungkan. Syukur, ikhlas, rela, cinta, iri, dengki, hasud adalah pekerjaan hati yang memiliki konsekwensinya.

5. Hanya dengan membenci, mengingkari, menolak, memprotes, tidak rela, atau tidak mendukung kemungkaran telah dianggap sebagai upaya mencegah kemungkaran. Karena rela dengan kezaliman adalah zalim, berpangku tangan terhadap kekufuran adalah kufur, dan diam dengan kemungkaran adalah mungkar. Mencegah kemungkaran dengan hati adalah upaya terakhir sekaligus minimal yang bisa dilakukan. Artinya tidak ada kewajiban mencegah kemungkaran bagi orang yang tidak punya hati.

Salam, 1-11-2017

Kang Thohir

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post