Mokhamad Fauzan, ST

Manusia Pembelajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web

One day One Masjid

ONE DAY ONE MASJID

Slogan ini yang penulis canangkan ketika memasuki bulan puasa, sudah lama terpatri dalam pikiran penulis bagaimana ya mewujudkannya bersafari Ramadhan dari satu masjid kemasjid lain dan tiap hari berganti-ganti masjid. Begitu memasuki bulan puasa maka penulis mulai mengatur strategi mengadakan survey kecil-kecilan mendata dan mencatat alamat dan nama masjid yang ada di sekitar kediaman penulis jarak km dari rumah dan berapa menit waktu yang ditempuh untuk mengunjunginya dalam bulan itu. Dan jadwal kunjungan ke masjid-masjid selalu aku share ke Facebook tiap hari baik berupa tulisan dan foto-foto.

Setelah dirasa cukup informasi yang didapat dari googling dan info dari warga sekitar masjid maka penulis mulai mencatat dan menulis daftar masjid yang perlu di kunjungi berikut tanggal dan jaraknya. Pada malam pertama maka penulis lakukan shalat Isya’ dan Tarawih berjamaah di masjid di lingkungan komplek rumah penulis karena biasa malam pertama selalu ramai masjid-masjid oleh warga yang dengan antusias untuk shalat jamaah.

Giliran malam ini di Masjid Haqqul Yakin di Klampis Semalang, betul penulis berdomisili di Klampis Semalang gang I dan letak masjid itu di gang II jadi cukup jalan kaki untuk menempuhnya, disana biasa berkumpul dengan para pengurus RT kebetulan penulis adalah Wakil Ketua RT O1 dan juga ada bapak-bapak genk kuliner sebutan teman-teman kami yang suka hunting kuliner ketika ada resto atau warung yang baru buka maka kami berbondong-bondong ingin mencoba menu masakannya, juga ada warga sekitar anak-anak, remaja dan orang tua juga banyak bejibun yang hadir sampai-sampai ruang masjid tidak cukup untuk menampungnya. Penulis mulai berangkat ke masjid biasanya bareng sama bapak Ketua RT bapak Sekretaris RT ya semua pengurus RT adalah aktifis masjid dan biasanya masjid ini dibanjiri oleh warga RT 01 alias warga gang 1. Jika Subuh hari bisa dihitung yang ikut berjamaah mayoritas adalah warga 01, sedangkan warga 02 jarang, sedangkan ustadz yang mengimami atau ketua Takmir adalah warga gang 03 Ustadz H. Fatoni Maghrus beliau enak bacaan Qur’an nya dan ketika jadi imam Subuh kadang kami terhanyut oleh merdu bacaan Tartil Qur’an beliau.

Aku sangat bangga jadi bagian dari jamaah masjid di komplek perumahan kami, kenapa tidak setiap hari yang hadir sholat subuh berjamaah di masjid ini lebih dari 3 shaf untuk jamaah pria sedangkan satu shaf pernah saya hitung kurang lebih 25 jamaah jadi bisa jadi yang hadir estimasi 100 jamaah jika dihitung jamaah putri juga. Bagaimana tidak bangga masjid yang sekaliber RW memiliki jamaah subuh yang begitu banyak, tapi masih jauh dari jamaah di masjid kampus-kampus sekarang ini yang lagi booming bersubuh jamaah di masjid. Masih lebih besar dari jamaah di masjid-masjid sekiter komplek kami tarulah seperti di masjid Baitul Jamil di manyar Indah, masjid Muhajirin di manyar Tirtoyoso atau masjid Achmad di klampis ngasem rata-rata saya hitung hanya 1 shaf lebih dikit kadang lebih separuh. Antusias jamaah masjid di sini besar sekali untuk mendatangi shalat subuh berjamaah. Aku juga sering tidak ikut jamaah teman-teman sering menanyaiku waktu berjamaah Maghrib atau Isya.

“Kenapa tidak berjamaah tadi pagi Bro” tanya temanku maka biasanya aku jawab jika tidak bisa bangun, shalat jamaah di rumah beserta istri atau paling sering alasannya adalah kebelet BAB... ini alasan paling paten karena dulu masjid ini tidak ada WC nya, ada sih tapi dikhususkan untuk Imam Rowatib dan Takmir untuk yang jamaah putra, jadi sering ada tamu yang kebetulan mau shalat di masjid tapi ketika itu sakit perut mau kebelakang karena tanya kanan kiri tapi dijawab "gak ada WC nya mas" maka orang tersebut langsung cabut pulang atau mungkin pergi ke POM Bensin dan ke masjid yang lain, inilah kendalanya dulu tapi sekarang sudah tidak, sudah di buka WC dan kamar mandinya untuk umum, karena ada jamaah yang sakit Stroke kesulitan untuk pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil atau BAB sehingga di kuatirkan akan membuat najis masjid karena tercecernya air kencingnya karena orang sakit sangat mungkin untuk tidak tahan menahan hasrat ingin pipis.

Kenapa Takmir menutupnya juga ada alasan, dulu ketika masih belum ramai ojol banyak tukang becak yang mangkal dekat gang-gang numpang mandi di sini dan sering menghabiskan air mandi di kolam dan bikin kotor, bau pesing kencingnya dan banyak hal-hal yang ditinggalkan oleh oknum tukang becak dan pembeli di warung depang masjid yang tidak bertanggung jawab intinya tidak mau menjaga kebersihan kamar mandi / WC masjid, yang fatal lagi mereka tidak shalat tapi hanya numpang BAB dan mandi saja.

Pada hari ke- 2 kami bergeser ke masjid di kampung sebelah di RW 01, kami tinggal di RW 03 di sana terdapat masjid Achmad namanya terletak di Klampis Ngasem. Cukup banyak jamaah yang hadir pada malam kedua Ramadhan di masjid ini tak asing bagi penulis karena sebelum pindah ke Klampis Semalang penulis tinggal di Klampis Ngasem waktu baru menikah dulu dan disini masih banyak teman-teman kos dulu di Ngasem jadi tidak canggung dan kikuk untuk mengikuti ritual shalat Tarawih dan witir disini. Usai shalat bersalaman dengan warga Klampis jika ketemu teman maka kami akan gayeng ngobrol tanya sana sini bagamana keadaannya sekarang, anakmu berapa sekarang tinggal dimana dan banyak canda dan gurau menceritakan kejadian dulu masih jadi teman satu kos di sini. Ke sana aku tempuh dengan naik motor kurang lebih 5 menit.

Malam ke tiga penulis ke masjid Baitul Jamil adapun letak masjid ini di komplek perumahan Manyar Indah dan masjid ini menginginkan jadi Namiranya Surabaya dengan aneka fasilitas yang memanjakan jamaah baik melalui kajian keislamanan mingguan dan Imam rowatib sehari-hari juga fasilitas makan dan minum gratisnya. Disamping tempatnya enak, maklumlah masjid sekarang rata-rata sudah memakai AC tidak seperti jaman dulu waktu penulis tinggal di ketintang hanya masjid Taqobar telkom aja yang memakai AC selebihnya adalah pakai kipas angin merek KDK heheheh upss maaf menyebut merek karena rata-rata kipas yang di pasang di masjid mesti KDK dulu hingga kini mungkin karena kipas KDK terkenal awet dan bandel, tidak mudah kobong dan harganya lumayan terjangkau.

Malam ke empat penulis bergerak ke arah Barat ke dalam Komplek Perumahan Tompotika ke masjid Muhajirin di manyar. Masjid ini cukup luas dan biasanya pada hari Jum’at aku sholat disana, di Baitul Jamil atau di Masjid Ibnu Sina RSU Haji Surabaya, kajian-kajian di masjid ini cukup berbobot biasanya yang ngaji di sini kebanyakan mahasiswa juga warga sekitar masjid. Cukup makmur masjid ini maklum masjid komplek perumahan Elit jadi dananya besar donaturnya juga banyak karena komplek rumah orang-orang tajir. Banyak orang keturunan Arab bermukim disini, ini kita ketahui ketika penulis shalat berjamaah di malam hari atau jika ikut kajian Islam di sini kulihat wajah-wajah tak asing lagi. Jika kesini serasa pulang kampung, karena penulis lahir di Bangil disana adalah multi etnis penduduknya dan kebetulan penulis tinggal di Bangil di Kampung yang banyak keturunan Arabnya disamping juga banyak Jawa, Madura, china juga Banjar. Kulihat daftar pengurusnya terdiri dari kalangan orang-orang pelajar dan orang penting kayaknya karena kubaca dari titel gelar di nama-namanya.

Di dalam komplek masjid terdapat TK Muhajirin juga TPA Muhajirin dan juga terdapat aneka mainan anak-anak semacam jungkat jungkit, arena ketangkasan anak-anak TK yang menjadi sorotan positif penulis adalah adanya Lemari pendingin beikut air mineral gelas yang gratis untuk para jamaah, mengingatkan penulis pada masjid di Jarwal sekitar hotel di Masjidil Haram Saudi Arabiyah. Usai shalat jamaah boleh ambil dan minum sepuasnya air mineral itu.

Ketika shalat Jum’at selalu ada pedagang bakso yang mangkal disitu dan selalu laris manis di serbu pembeli usai melaksanakan shalat, cukup enak baksonya dan aku juga sering ikut nimbrung makan bakso dan minum es degan untuk melepas kepenatan di siang yang sangat panas ini harganya juga cukup terjangkau biasanya dia jualan beserta istrinya. Jadi ketika suaminya shalat Jum’at istrinya menyiapkan mengkok dan bahan dagangannya.

Hari ke lima bergeser lagi agak ke Barat ke masjid Mariyam, masjid kuno di dekat pasar Manyar, dan disana terdapat sekolah Islam yang cukup favorit bagi penduduk disana. Masjidnya lumayan besar dan megah kubahnya bagus dan yang membuat takjub adalah beduknya wow gede amat. Waktu pertama penulis shalat di sana terasa nyetrum dan penuh mistis. Persis waktu penulis memasuki masjid di Bonang ini biasanya aura yang di miliki oleh masjid-masjid kuno karena banyak para orang-orang shalih yang pernah shalat di sini. Dan tempat wudhunya juga macam-macam. Penduduknya ramah dan penuh sapa, petugas parkirnya juga sopan sehingga kami merasa aman menitipkan motor disini tidak merasa was-was karena lokasi parkirnya masih daerah komplek sekolah. Shalat disini cukup lama karena memakai 20 rakaat tarawihnya, biasanya penulis akan melakukan tarawih 8 rakaat saja lalu pulang jika dirasa ada perlu atau ada acara lain setelah ini.

Anak ketiga penulis pernah daftar sekolah SD disana dan sudah diterima, karena sesuatu dan lain hal maka mengundurkan diri karena tempatnya terlalu jauh dan masuknya terlalu pagi sedangkan tempatnya tidak searah dengan tempat kerja takut tidak bisa efektif mengantarnya tiap pagi sedangkan embak yang momong dia tidak mau mengantarnya karena terlalu jauh dan minta dibelikan motor untuk mengantarnya, ekonomi saat itu masih pas-pasan karena penulis belum PNS dan pertimbangan lainnya.

Hari ke enam penulis bergesar ke arah Timur tepatnya ke masjid Asrama Haji masjid Al-Mabrur dekat dengan tempat kerja penulis sekarang. Penulis sekarang adalah karyawan di RSU Haji Surabaya, ia betul seorang PNS atau ASN sebutannya sekarang. Tidak asing lagi dengan orang-orang di sana biasanya jamaahnya juga teman-teman kantor yang kebetulan dinas sore atau teman yang indekost di sekitaran Klampis biasanya suka shalat di situ karena pertimbangan penceramahnya enak-enak dan ustadz-ustadz terkenal. Aku biasanya berangkat ke situ sebelum adzan maghrib jadi sekalian takjil dan buka puasa disana kadang mengajak anak dan istri jika tidak sedang dinas sore, jika dinas sore sendiri atau sama anak yang bontot.

Masjidnya cukup bersih dan ber AC, cukup luas, tempat wudhu cukup banyak sehingga tidak perlu antri terlalu lama di masjid sini dulu penulis sering shalat Jum’at bersama teman-teman kantor setelah itu tidur-tiduran di teras atau sekedar ngobrol tentang pekerjaan, tentang bola bahkan kadang tentang keluarga asik pokoknya disamping itu di depan asrama haji banyak pedagang kaki lima yang ikut mengais rejeki di samping pintu masuk ada yang menjajakan buah-buah segar potong, rujak manis, es cendol, es campur, gado-gado, bakso dan lain-lain aneka minuman ringan kadang kami langsung menyantap makanan yang di sajikan pedagang-pedagang tersebut usai berjamaah.

Hari berikutnya penulis ke Masjid Ibnu Sina RSU Haji Surabaya, disini yang jadi imam dan khatib biasanya teman penulis satu kantor. Karena penulis merupakan anggota Pengurus Masjid ini dan menjabat Sekretaris. Kami shalat berjamaah dan mendengarkan kultum yang diisi oleh ustadz-ustadz lokal juga teman-teman yang sudah terjadwal di masjid ini sebagai muadzin, imam dan khotib kultum.

Adapun jamaah yang mengikuti shalat biasanya adalah karyawan rumah sakit juga para keluarga pasien yang dirawat dirumah sakit, cukup banyak jamaahnya dan terawihnya tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat alias sedang-sedang saja. Usai terawih biasanya kami di suguhi makanan atau kue oleh pengurus masjid dan ngobrol dengan imam dan penceramah kultum juga anggota panitia yang kebetulan tadi sebagai pembagi makanan untuk jamaah yang ikut berbuka puasa bersama dengan panitia.

Hari berikutnya aku melaju ke arah barat tepatnya di depan jalan menur Pumpungan yaitu masjid Baitur Rachim masjid ini berlokasi di depan jalan Menur Pumpungan lumayan kecil masjidnya jamaahnya juga warga sekitar masjid dan tempat wudunya cukup lucu dan bersih. Ada jembatan yang bisa dilewati oleh pejalan kaki dari arah jalan raya menuju masjid melewati jembatan di atas sungai.

Dan masjid ini tergolong masjid kuno di tilik dari keberadaan rumah-rumah disekitar masjid dan cukup asri dan sejuk meskipun tidak pakai AC. Agak bising juga karena dekat dengan jalan raya yang cukup padat pada waktu sore hari pulang kerja para pegawai dan anak-anak sekolah. Ada juga jamaah dari luar sepertiku yang ikut shalat berjamaah di sini itupun tidak banyak karena didominasi oleh warga sekitar terlihat dari sedikitnya parkir motor yang ada di depan masjid beda dengan masjid-masjid yang jadi distinasi mahasiswa-mahasiswa yang kebetulan mampir shalat.

Selanjutnya mencicipi masjid di kampus UNTAG geser ke arah Selatan dari tempat kediaman kami mendatangi masjid Baitul Fikri di komplek Universitas Tujuhbelas Agustus Surabaya, cukup unik masjid ini tinggi juga tangga untuk menaiki ke masjid utamanya. Eneknya parkirnya luas dan aman karena di daerah kampus. Jamaahnyapun cukup banyak ketika shalat-shalat berjamaah lima waktu kecuali Subuh karena mungkin mahasiswa masih terlelap tidur karena semalaman begadang untuk mengerjakan tugas kuliah atau bikin skripsi yang harus dikerjakan sendiri dengan laptop pribadi. Dulu penulis pernah bekerja di sebuah pengetikan skripsi berada di sekitar kampus Untag di jalan Nginden gang dua tepatnya di samping masjid yang cukup kuno dan unik kami sering shalat fardu di situ ketiga tiba saatnya shalat.

Ketika musim skripsi tiba kami tidak segan-segan untuk mengerjakan sekripsi sampai larut malam, bahkan sampai dini hari karena kita harus menyelesaikan tulisan tersebut karena sudah deadlinen dari pihak kampus kata masnya, disinilah kecepatan mengetik papan keyboard kami terasah. Tiap pagi sampai malam tangan kita lincah menari di papan keyboard dengan kecepatan 1 skripsi tiap hari, bisa dibayangkan jika skripsi seperti disiplin ilmu saya bisa ratusan lembar. Tapi jika untuk anak-anak ekonomi paling sekitar 2 sampai 3 ratusan lembar dan itu akan selesai 1 x 24 jam.

Ketika dilombakan kecepatan mengetik aku paling cepat nomor 3 karena dua temanku juga seniorku adalah memiliki kecepatan yang amazing sekali kawan. Tiap hari waktu itu kita adalah orang yang banyak duit, karena jika ada ketikan skripsi yang kilat otomatis tarifnya akan lebih mahal dari yang reguler 1 pekan atau 7 hari. Dan sistem pembagian hasil di tempat kami adalah 60 : 40 atau 70 : 30 yang paling umum. 70 % untuk si bos pemilik usaha dan 30 % adalah kami pengeksekusi tulisan ini. Bisa dibayangkan jika 1 skripsi dapat kita sikat habis dalam tempo 1 x 24 jam wah bis tebel kantong kita. Ketika itu kita masih bujangan gak mikir macam-macam jika pingin sesuatu maka tinggal beli, pingin makan enak tinggal nyelonong ke warung.

Prinsip yang kita pegang waktu itu adalah “PINGIN MANGAN ENAK, NYANDANG BAGUS KERJA KERAS” jadi gak ada acara leha-leha waktu itu sepanjang tangan bisa menari di atas keyboard komputer itulah letaknya rejeki kita hahaha.... jika dapat order banyak ketikan misalnya ada sampai dapat 4 sampai 7 ketikan maka hal-hal yang akan kita siapkan rokok, kopi dan dooping biasanya teman-teman menyetok maaf “Kratingdaeng” minuman pembangkit energi yang sangat populer waktu itu. Jika mo lembur dan mengejar deadline tulisan maka ketiga barang itu masih ada di sisi penulis.

Kecepatan nulis kami jangan diragukan kita tidak melihat lagi papan keyboar dan papan tulisan, karena ada saatnya untuk mengedit tulisan dan ada saatnya mengetik. Jadi kita cukup melihat konsep tulisan maka dengan otomatisnya maka tulisan itu akan pindah dari kertas lembar skripsi ke dalam monitor tulisan seperti sulap saja. Kami bisa menyulap 1 skripsi dari lembar skripsi ke dalam monitor laptop atau PC, ketika mengetik tidak tegang-tegang amat akan kita nyalakan radio atau tape recorder waktu itu kita tuning stasiun radio yang mengudarakan lagu-lagu hits kala itu yang jadi favorit adalah radio Merdeka FM Surabaya dengan lagu-lagu hits yang sangat menyemangati kita ketika beselancar di papan keyboard. Jika tiba malam hari maka akan kami pindah ke acara Dagelan Ludruk Cak Kartolo kala itu di tahun awal 2000 an adalah hiburan kita tiap malam. Jika sudah jam segitu maka tangan-tangan kita mulai terasa capek karena seharian menari di papan keyboard mata memandang layar monitor dan tulisan konsep. Saatnya kami akan cooling down untuk sekedar istirahat dengan meluruskan punggung. Maka kita akan selonjoran di belakang rukan yang kita sewa dan mulai kita tutup selambu rumahnya karena tidak enak juga sama tetangga karena masa tiap hari kita begadang, gak ada hari lain apa celoteh teman-teman tetangga kami. Kebetulan sebelah tetangga Puskrip kami adalah warung kopi dan nasi yang gak buka 24 jam.

Ditempat inilah biasanya kami minta makan, rokok dan es teh untuk menghilangkan kedahagaan dan kelaparan kita. Dan akan kita bayar ketika uang kita sudah cair dari boss. Wah dunia waktu itu sungguh-sungguh indah kita lupa akan krisis monetor yang melanda kampung halaman kami di desa. Di Bangil Pasuruan sana ketika itu lagi kolaps. Banyak usaha kerajinan emas, perak dan tembaga yang gulung tikar karena di landa Krismon saat itu. Banyak teman-teman yang kini menjadi tukang bejak, kuli batu, kuli angkut dan pegawai serabutan lainnya.

Banyak teman-teman pengrajin emas dan perak juga pengrajin sepatu bola waktu itu adalah tambang emas dan sangat diandalkan oleh penduduk ditempatku untuk mencari rizki. Orang-orang tua waktu itu gak ada yang punya niatan untuk menyekolahkan anak-anaknya sekolah tinggi wong hanya berbekal alat untuk membuat kerajinan emas atau perak aja bisa hidup, punya rumah, punya mobil dan kendaraan roda dua yang baru dan tiap malam minggu bisa jalan-jalan naik motor atau ngapelin pacar-pacarnya. Kala itu daerah kami bak daerah petro dolar bayangkan teman-teman seusia aku sudah menenteng uang ratusan ribu waktu itu jika di kurskan sudah jutaan rupiah tiap minggunya karena kurs dolar masih Rp. 2.500,- .

Jika waktu malam minggu waktunya Rayaban atau Gajian maka akan tebal kantong-kantong kami tidak jarang aku mendapat limpahan berkah dari tebalnya kantong. Kita akan diajak makan-makan di restoran yang ternama di tempatku akan kami santap Sate gulai atau krengsengan, itu menu istimewa kami saat gajian tiba dan minumnya kala itu yang terkenal es Joshua atau Soda Gembira dengan gelas jumbo. Woh sudah mirip Don Juan waktu itu perlente betul, adapun baju atau kaos yang kami pakai wow mesti bermerek dan mahal, malu sama pacar jika kita hanya pakai pakaian yang gak modis dan gak Branded. Kaos yang lagi populer saat itu adalah Kaos Lorek Hassenda atau Oto Ono dan tiap kami pake itu pasti teman-teman bilang serentak “Loreeek mane” dan kita bisa tertawa ramai-ramai.

Tiap malam minggu ketika esok sekolah libur maka setelah capek jalan-jalan dan makan maka kita berkumpul di gardu pos ronda ada yang bawa gitar dan nyanyi-nyanyi ada pula yang langsung membentuk lingkaran anak 4 terus main Gaple. Iya main kartu tapi gak pake duit. Cuma yang kalah akan duduk jongkok atau adapula yang harus minum air yang kami sediakan. Jika memang apes lagi kalah maka akan bolak balik ke Kamar Mandi untuk kencing. Sorak tawa dan nyanyi yang gak tahu juntrungnya kala itu. Itu adalah kegiata sehari-hari waktu sebelum krismon di kampung kami.

Kami sangat mandiri waktu itu, karena waktu itu aku belum kuliah, menjadi pekerja keras adalah bukan kemauanku karena aku di desa tidak terbiasa melakukan hal tersebut. Kebutuhanku di desa tidak banyak hanya sedikit rupiah di kantong dan akan kita gunakan untuk jalan-jalan di alun-alun atau sekedar beli makanan untuk malam mingguan, selebihnya akan kita dapati di rumah, ibu selalu menyediakan kebutuhan-kebutuhan kami sehari-hari. Dan kami bertujuh waktu itu hidup dengan penuh kesederhanaan.

Hari berikutnya aku ke masjid Unair kampus B tidak ada yang istimewa disini, Cuma masjid kampus yang pengisi ceramah adalah dosen-dosen kampus dan imamnya kadang mahasiswa kampus sendiri juga anak-anak UKKI Unair, masjidnya cukup megah, parkirnya rapi dan sopan satpamnya. Kulihat sandal tertata rapi waktu pulang, tertata tidak berserakan dan sangan membantu jika mo pulang dari masjid dan sangat membantu pengguna masjid. Entah siapa yang menata kurang tahu tapi intinya sangat berterima kasih sekali karena sudah di tata sepatu dan sandal-sandal jamaah shalat karena pernah kejadian di masjid Al-Falah dulu kala itu saat aku mengantar teman yang jadi istriku sekarang ini mengaji di Al-Falah tiba-tiba setelah keluar masjid menuju tempat sandal ada ramai-ramai bergerombal. “Ada apa pak” tanya ku ke bapak-bapak yang bergerombol di sana dan aku tidak tahu siapa yang di dalam kerumunan orang-orang itu, setelah dekat e. Ternyata ada seorang pencuri sandal yang ketangkap di masjid itu.

Dan minta ampun dan mohon di bebaskan dari tindakan itu tampak seorang security masjid sudah mengikatnya tali rafia pencuri itu, setelah aku perhatikan sandal yang curinya “Lho itu kan sandal ku” celetuk aku. “Maaf mas sandal mas ternyata sakti kelakar sang pencuri aku belum pernah ketangkap lah ini sandal emas aku ambil eee ke tangkap” begitu pengakuan dari sang pencuri menuturkan ke alpaanya hari ini. “Ya sudah gak papa saya maafkan” jawab aku melihatnya karena kelihatan dia betul-betul menyesali perbuatannya. Aku berunding ke pak sekuriti dan mohon dilepaskan saja dan diawasi jangan sampai dia kedapatan mencuri lagi setelah mengisi berita acara dan tidak akan ditindak lanjuti ke pihak polisian maka kami melepaskan pencuri itu dengan harapan dia tidak mengulangi tindak kriminal ini lagi. Dengan menyelipkan lembar rupiah kami berpesan ke bapak-bapak agar bertobat jangan ulangi lagi ya.

Hari berikutnya aku menuju masjid Baitus salam di jalan Nginden Intan Raya disini masjidnya megah dekat jalan raya yang menghubungkan nginden dengan jalan Jagir via jembatan hijau. Cukup unik dan megah masjid ini parkir motor banyak dan cukup nyaman dekat dengan penjual kuliner dan parkir untuk mobil agak susah karena meski parkir di kiri jalan atau di atas pendestarian. Disini dekat masjid ini ada penjual cendol Durian yang sangat aku sukai, waktu pulang kerja aku sering menyempatkan beli dawet durian disini, harganya cukup terjangkau dan rasanya juga juara. Waktu puasa dia jualan sangat laris sehingga banyak yang tidak mendapatnya alias kehabisan dan yang di bawa pedagang ini tidak terlalu banyak, anakku paling suka makanan takjil ini.

Yang bikin menarik masjid ini sekarang adalah ada wifi gratis yang bisa diakses oleh jamaah masjid, baik yang mo sholat atau sekedar numpang wifi gratis. Pihak masjid tidak mempersoalkannya, tapi jika waktu sholat tiba maka mereka sungkan untuk tetap cuek berselanjar di dunia maya, mereka akan ambil air wudhu untuk sholat dan sekedar menggugurkan kewajiban kita juga gak tahu. Yang penting masjid beramal jariah untuk menyediakan wifi masjid di sini, jarang sekali aku temua di masjid-masjid lain.

Di masjid sini ada madrasah ibtidaiyah dan TK mungkin karena seringnya ibu-ibu dan orang tua siswa atau santri disini ketika menunggu anaknya sekolah sering kedapatan main hp maka dipasanglah wifi gratis demi kenyamanan mereka dan bisa mengundang banyak jamaah untuk merindukannya.

Masjid ini cukup megah dan luas dan dingiiin karena sudah dipasang AC, nampak banyak dipasang Acnya sehingga membuat nyaman jamaah yang akan melakukan ritual di sini. Aku biasanya kebagian shof paling belakang karena aku datangnya sangat terlambat waktu itu sudah dimulai shalat Tarawihnya dan aku harus kejar shalat Isya dulu baru tarawih. Khatib yang mengisi Kultum aku lihat listnya juga cukup bagus. Sejumlah deretan khatib ternama di antero Surabaya ini juga ada deretan titel yang berderet di belakang namanya tandanya ini khatib bukan orang-orang lokal yang biasanya kami jumpai di Masjid tempat domisili kami.

Usai terawih kami akan mampir beli minuman di sekitar masjid kebetulan banyak juga yang ikut berjualan di sana sambil shalat sambil bisnis begitu pikir mereka, inilah jiwa-jiwa Enterpreneur orang Surabaya yang aku senangi begitu ada kerumunan banyak orang maka itu adalah ladang bisnis baginya, ada aja yang jualan, mulai dari Pentol, Cilok, es Cream tolelot, tukang bakso dengan es jeruknya atau Degannya. Tukang Tahu tek-tek, Tahu Campur juga kadang aku lihat ada orang jauh yang datang ke situ Penjual Jagung rebus dan Kedelai rebus yang ini bukan penduduk lokal karena aku sering bertanya dan tahu bahwa mereka berasal dari sebelah desa saya di Bangil sana, mereka berombongan datang ke Surabaya dengan patungan menyewa Truk, atau ikut truk arah Surabaya dan akan di drop di Terminal Bungurasih atau terminal Bratang dan akan berpencar mengais rejeki ke seantero Surabaya dan akan dijemput kembali esok harinya setelah ludes daganganya.

Mereka mengambil untung juga gak banyak tidak setara dengan resiko di jalanan Surabaya yang super ekstrim ini dan jualan mereka bukan hal yang digemari kaum milenial paling-paling penggemar mereka adalah bapak-bapak tua yang kangen kampung halaman atau ibu-ibu renta yang makan sambil mengingat-ingat mereka waktu muda dulu atau ada juga yang beli hanya sekedar melihat mereka, kasihan dan ingin memborong datangannya sebagai bentuk rasa iba mereka, karena jika di beri uang maka penjual jagung rebus tersebut akan marah sekali, karena mereka bukan pengemis tapi pengusaha. Disina kepekaan sosial sangat perlu diuji kawan. Aku kadang beli 10 Ribu sekedar untuk membantu dia dalam mencari Ma’isya untuk anak istrinya.

Hari ke 11 aku meluncur ke masjid di daerah Semolo Waru depannya tempat persewaan alat-alat pesta milik H. Suyono yang dulu bermukim di kampung saya Klampis Semalang, sekarang bisnis H. Suyono sudah menggurita, cabangnya ada di mana-mana di semua kota-kota besar di Jawa Timur ada cabangnya rumahnya jangan di tanya di kampung saya saja rumahnya ada 5 besar-besar semua dan bertingkat, sekarang menjadi tempat kos-kosan Mahasiswa, juga ada yang di kontrakkan ke teman saya yang dijadikan sebagai tempat Bimbel “GEMA GENIO” namanya. Mendengar cerita H. Suyono orang sini menyebutnya Abah Yono muda adalah seorang pekerja keras yang ikut bekerja sebagai karyawan di Nasional Persewaan alat-alat pesta di daerah Sidosermo Surabaya. Setelah itu mencoba melakukan usaha kecil-kecilan persewaan dan sekarang menjadi konglomerat di bidang persewaan alat-alat pesta dengan usaha persewaan mangkok dan piring untuk kebutuhan pesta. Dan Abah Yono adalah bendara di Masjid ini dan dulu adalah bendara masjid di tempat kami tapi sekarang di ganti oleh suami dari kakak beliau yaitu Abah Rouf.

Cukup besar masjid Mursyidin ini parkirnya enak dan dekat jalan sehingga para penikmat masjid lainnya akan dengan mudah mengakses masjid ini, masjid ini termasuk katagori menurut penulis masjid yang punya aura mistis yang lumayan menyengat karena disebelah timur terdapat makam dari orang yang mendirikan atau memakmurkan masjid ini dulu yakni Mbah Mursyidin. Dan masjid ini termasuk masjid kuno dan sudah beberapa kali melalui perbaikan. Atau aura mistisnya masih kendal dirasakan oleh penikmat-penikmat masjid yang ingin sekedar shalat berjamaah atau shalat sunnah di sini.

Kampung semolo yang ada disekitar masjid ini adalah merupakann salah satu dari 3 kampung yang asli Semolowaru dan masih turun-temurun menjaga tradisi kesenian luluhur dan tetap melestarikan sampai kini. Ada seni Hadrah Albanjari yang sering penulis jumpai kala malam Jum’at di masjid Mursyidin ini juga ada Gambus Al Barada yang masih eksis juga.

Ketika ada acara ulang tahun dari Persewaan Alat-alat pesta milik H. Suyono kami selalu di undang untuk menghandirinya aku, sama pengurus RT disini selalu menghadiri acara itu dan parkir motor kami ya di masjid ini jadi hampir tiap tahun selama kami domisili di tempat yang sekarang selalu parkir an menghadiri Acara Tasyakuran berdirinya persewaan alat-alat pesta disini.

Tiap tahun ada saja yang baru dari persewaan ini, mesti menambah luas usahanya dan selalu kami hadiri dan biasanya diisi oleh Kyai atau Ustadz yang lumayan bagus dan terkenal di Surabaya yang ini biasanya memberikan Tausiyah di akhir acara sebelum ditutup doa. Dan mesti dapat bingkisan untuk dibawah pulang, kadang kala ada uangnya di dalamnya. Hehehehe lumayan buat beli kopi di warung Mbah Djo.

Hari ke-12 kami mendatangi masjid yang cukup besar di dalam komplek Semolowaru Elok yakni masjid Al-Quddus . Cukup unik ini masjid lapangannya lebar, parkirnya luas jamaah masjid yang ikut tarawih saat ini lumayan banyak dan hampir penuh seluruh masjid terisi oleh jamaah yang shalat terawih hari ini. Tempat wudhu juga istimewa dan luas, pernah penulis sholat disitu ketika siang sekitar pukul 10.00 ada sepasang Calon kemantin yang lagi pengarahan foto pra Wadding di masjid itu nampak mobil kemantin datang membawa mempelai pria sedangkan mempelai wanita lagi asyik di teras untuk menyambut kedatangan sang arjuna tidak lupa para perias yang sibuk membetulkan gaun kemantin juga para juru kamera yang lagi mencari celah-celah sudut pemotretan yang bagus. Ku perhatikan seusai menunaikan shalat dhuha di sana tampak serasi sekali kemantin ini di dukung oleh suasana dan lingkungan masjid yang rindang dan asri sangat bagus sekali masjid ini di gunakan untuk foto pra wadding ataupun foto pengantin setelah akad nikah.

Papan nama nampak megah terpampang kaligrafi indah bertuliskan nama masjid di muka dengan hiasan emas dan ditulis dengan huruf yang jelas dan tegas tampak dari belakang ada kubah berlapiskan emas tinggi menjulang bak kubah masjid Nabawi, parkiran cukupu luas ada di kanan dan kiri masjid juga parkir motor yang ada tenda di atasnya sehingga jamaah tidak kepanasan jika mau beribadah di siang bolong. Mengingat cuaca Surabaya yang sangat panas ketiga siang hari bahkan sekarang sudah mencapai 44 derajat celsius panasnya.

Didalam masjid sangat sejuk karena terpasang sejumlah AC di dalam dan pintu terbuat dari kaca yang tertutup rapat membuat kenyamanan para pengunjung dan jamaah yang beribadah tidak kegerahan disamping itu tempat wudhu yang banyak dan berderet membuat jamaah tidak terlalu lama untuk mengantri jika mau mengambil air wudhu disana. Shaf perempuan ada di belakang shaf laki-laki yang dipisahkan oleh tabir setengah dada. Untuk keperluan shalat bagi ibu-ibu tersediah aneka mukenah yang tertata rapi di almari dan untuk bapak-bapak yang kebetulan celananya ada yang kena najis bisa pinjam sarung atau peci di dalam juga tersedia.

Pokoknya jamaah ditanggung krasan sholat di sini, masjidnya luas dingin dan lingkungan sekitarnya asri jauh dari keramaian mobil lalu lalang dan kebisingan kendaraan yang lewat karena jauh letaknya dari jalan perumahan dan disini banyak kajian untuk tiap malam harinya. Banyak ustadz dan ustadzah yang mengasuh pengajian dan memberikan tausiyah atau pengkajian kitab-kitab kuning di sini, terdapat juga TPA untuk adik-adik TK sampai dengan SMP yang banyak diminati warga sekitar masjid.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post