Matu Mona, M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Professor Muda, Akankah?

Sebuah kalimat cita-cita yang sedari dulu menghiasi semua dinding di setiap bagian rumah. Kamar tidur, lemari, bahkan kamar mandi pun tak luput dari kalimat ini. Kalimat itu adalah “I wanna be a professor”. Kalimat yang singkat, namun mustahil dicapai dengan mudah. Kalimat ini juga sering saya lontarkan disaat guru-guru saya dulu menanyakan “Apa cita-cita kalian? Saya pasti jawab, “Saya mau jadi Proffesor muda Buk”. Sang guru membalas “Wah, bagus sekali cita-cita-Mu”, kenapa kamu mau menjadi Professor? Tanpa ragu-ragu pun saya spontan menjawab “Karena Professor itu uangnya banyak”. Semua teman tertawa. Apa iya? Dimasa itu profesi professor tidak sebooming profesi dokter, pilot dan guru. Sang guru pun kembali bertanya “kamu tahu darimana kalau uang Professor itu banyak? Maka saya pun menjawab “Ya dikasih mamanya lah buk”. Hahahaha….kalau sekarang saya ketemu sama guru saya dulu yang menanyakan itu, pasti malunya setengah mati. Untung saja saya tidak pernah bertemu lagi dengan guru tersebut karena sudah pindah tugas kerja ke kabupaten lain. Namun, setelah dipikir-pikir saat saya sudah dewasa seperti hari ini, maka ada benarnya juga. Prestise seorang professor itu identic dengan orang kaya karena mendapatkan apresiasi negara atas prestasi kerja yang sudah dilakukannya melalui tunjangan professor. Berarti saya tidak salah dong menjawab seperti itu di waktu dulu? Ada benernya juga ternyata ya. Hehehhee. Namun, seiring dengan tumbuh kembang pemikiran saya sebagai perempuan muda nan sudah cukup matang dalam berpikir kritis, maka saya pastikan bahwa tidak semua orang bisa menyematkan kata tersebut di depan namanya. Hanya orang-orang terpilihlah yang mampu memiliki ini. Begitujuga dengan ambisi untuk mendapatkan gelar Professor, sekarang saya baru paham mengapa materi/uang yang banyak tidak menjadi perioritas dalam pengejaran suatu jenjang karir. Walaupun tidak bisa dipungkiri di zaman now semua serba butuh biaya yang cukup menyita pikiran dan perasaan. Namun, jadikan niat ikhlas beramal yang ditunjukkan melalui kinerja yang bagus sebagai jenjang awal dalam mencapai ini. Allah tidak pernah sia-sia kepada hambanya yang berDUIT, tapi bukan duit “UANG” ya,,tapi singkatan dari Doa Usaha Ikhtiar Tawakkal. Itu yang saya sedang lakukan kepada diri saya sendiri sebagai saingan terberat. Allah juga menilai kita dari kualitas pekerjaan yang kita kerjakan. Sehingga apabila pekerjaan yang kita lakukan sudah didasari atas usaha maksimal dan ikhlas, maka Allah akan sayang kepada kita. Kalau Allah sudah sayang, maka pasti keberkahan itu akan datang dengan sendirinya. Kalau keberkahan sudah datang, maka rezeki Allah akan kita dapatkan. Sehingga di sini berlaku “Hukum Sebab Akibat”. Percayalah, jika kita menyenangkan Allah, maka Allah akan menyenangkan kita. In syaa Allah. Akankah ini menjadi bahagian depan nama saya? Ya, tentu. Semoga Doa Kedua orang tua saya yang meridhoi setiap gerak langkah anaknya dalam mencapai cita-cita sederhana ini diijabah oleh Allah. Aaamiiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nama nama koq jd mati?

16 Mar
Balas

Harus Bu....!! Ibu juga ya..pasang semangat membara dalam diri untuk menggapai impian nan luhur!!

10 Mar
Balas

Semangat buk

10 Mar
Balas

pastinya donk... cayoo...

10 Mar
Balas

tidak ada yang tidak mungkin buk doktor muda Mona?

10 Mar
Balas

Insya Allah, pasti bisa. Semangat bu Dosen Cantik :-)

10 Mar
Balas



search

New Post