Mualdin Sinurat

Mualdin Sinurat adalah Guru Matematika di SMP Swasta Putri Cahaya Medan. Putra Batak dari pinggiran Danau Toba pulau Samosir kelahiran 1971 dan telah memi...

Selengkapnya
Navigasi Web
BEJANA SUMBER KENIKMATAN

BEJANA SUMBER KENIKMATAN

Ibadat pagi baru selesai. Bel penanda mulainya pembelajaran pertama telah berbunyi. Saya segera beranjak sambil  meraih tas ransel berisi perlengkapan mengajar ku. Setelah menyandangnya, saya pun bergegas menuju kelas di lantai tiga sebelah Timur kantorku. 

Tak seperti biasanya, hari ini saya hanya membuat persiapan mengajar sederhana saja. Karena materi pelajaran sudah selesai minggu lalu. Sesuai rencana, kami akan melaksanakan drill untuk mendalami materi persiapan ujian tengah semester.  

Sapaan selamat pagi ku lontarkan kepada anak didik ku sambil membuka pintu ruangan. Sambutan yang meriah penuh semangat. Saya pun balas keceriaan mereka dengan senyum ala sensodine. E..e...e...merek pasti gigi jadi terbawa-bawa. 

Sejenak saya melakukan praduga tak bersalah. Katakan saja semacam hipotesis begitu. "Mereka  ceria karena hari ini tidak ada PR dan juga tidak akan ada ujian." Benarkah demikian? Kalau ya juga gak apa-apalah. Yang penting learning loss bisa teratasi. 

Setelah meletakkan ransel coklat yang ku sandang di atas meja, saya pun mengajak mereka "bibiring". Ya, bincang-bincang ringan saling tegur sapa. Hal itu biasa saya lakukan sebagai pembuka sebelum membahas materi pelajaran. 

Tiba-tiba seorang pria mengajukan permintaan. 

"Pak, ceramah dulu dong!" pinta lelaki gemuk bernama Alfred. Dan permintaan itu diaminkan teman-temannya. 

"Wah, boleh nak. Tapi sebelumnya kamu dulu yang mulai," jawab saya. 

Dia pun menolak karena tidak bisa dan tidak ada ide. 

Saat itu saya melihat di atas mejanya terletak sebuah bejana berbahan plastik warna pink. Juga ada dibeberapa meja lain. 

Saya pun memulai ceramah dengan benda itu. 

"Kamu perhatikan botol minuman ini. Coba kalian berikan pendapat kalian masing-masing tentang benda ini!" Begitulah kalimat pembuka saya sambil mengangkat botol minuman tersebut. 

Satu persatu memberi tanggapan. Ada yang berkata "harganya mahal". Ada juga berkata "warnanya  saya suka". Ada lagi berkata  "isinya banyak". Dan ada juga berkata "alat penghilang dahaga". Jawaban mereka saya apresiasi dengan pujian. 

Kemudian seorang putri bernama Nia bertanya: "menurut bapak sendiri bagaimana?"

Saya sambut pertanyaan itu dengan senyum dan diam sejenak. 

Saya pun menjelaskan kepada mereka dengan sebuah refleksi. 

Bejana itu kalau diisi dengan air putih, maka kita hanya bisa menikmati air putih darinya. Ketika di isi dengan sirup, maka kita akan bisa menikmati sirup. Jika kita isi dengan gula, susu, dan kopi lalu kita seduh dengan air panas, maka kita akan bisa menikmati kopi susu. Begitu juga ketika diisi dengan gula, potongan lemon, bubuk teh, dan air hangat, maka kita akan bisa menikmati lemon tea. 

Tetapi ketika isi bejana itu tinggal sedikit atau habis dan tidak kita isi lagi, maka kita tak bisa menikmati apapun darinya. Rasa haus kita tak akan bisa hilang jadinya. 

Bejana itu bisa memberi kenikmatan kepada pemakainya jika dia diisi, dan selalu diisi. Daya tampungnya juga terbatas. Maka isinya tidak akan pernah cukup untuk memberi kenikmatan dalam waktu yang cukup lama. 

Selanjutnya kita maknai bahwa bejana itu ibarat diri kita. Diri para anak-anak didik sekalian. 

Contohnya:

Jika kita mengisi diri dengan ilmu memasak, maka kita akan bisa memberikan kenikmatan bagi orang lain lewat masakan kita. 

Jika kita mengisi diri kita dengan ilmu menari, maka kita bisa memberikan kesenangan bagi orang lain dengan tarian kita. 

Jika kita mengisi diri kita dengan menjahit, maka kita bisa memperindah penampilan orang lain dengan hasil jahitan kita. 

Dan masih banyak contoh lain.

Artinya jika diri kita hanya belajar satu bidang ilmu saja terus, maka kita hanya bisa memberikan pengalaman satu bidang itu saja kepada orang lain. 

Tetapi, jika kita isi diri kita dengan berbagai bidang ilmu seperti sains, agama, budi pekerti, bahasa, dan ilmu lainnya, maka kita akan bisa memberikan banyak ilmu dan implementasinya bagi orang lain.

Diri kita juga memiliki keterbatasan. Maka kita harus terus mengisi diri dengan ilmu yang kita butuhkan dan dibutuhkan orang lain. Kita tidak cukup hanya belajar saat ini saja. Kita harus terus meng-upgrade diri sesuai kebutuhan dan perkembangan. 

Begitulah refleksi  tentang "bejana kehidupan"  yang saya berikan kepada mereka. Semoga setelah mendengar refleksi itu, anak didik saya pun termotivasi. 

Setelah mengakhiri refleksi  dengan mengajak semuanya memberi aplause untuk siap melaksanakannya, kami pun melanjutkan pembelajaran dengan drill soal-soal untuk pendalam materi.

Horas, salam literasi!

Gubuk inspirasi, 13042022.

#putricahaya

#pucay

#pucayempowersyou

#yayasanseriamal

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeeen ulasannya, Pak. Salam literasi

13 Apr
Balas

Terimakasih Pak. Salam literasi.

13 Apr

Terimakasih Pak. Salam literasi.

13 Apr



search

New Post