Mualdin Sinurat

Mualdin Sinurat adalah Guru Matematika di SMP Swasta Putri Cahaya Medan. Putra Batak dari pinggiran Danau Toba pulau Samosir kelahiran 1971 dan telah memi...

Selengkapnya
Navigasi Web
KEBENARAN YANG TAK LAYAK
Sumber gambar: https://www.philosophytalk.org/blog/does-truth-matter

KEBENARAN YANG TAK LAYAK

#tantangan hari ke-20

Setiap orang tak suka dipersalahkan. Ketika itu terjadi, dia akan berupaya membela diri. Dia ingin diakui bahwa dia benar. Sekalipun kenyataannya dia salah.

Kita lihat saja kejadian beberapa hari ini. Beberapa pejabat bahkan penegak hukum yang terjerat operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK. Ketika dinyatakan bersalah dan menjadi tersangka, dia pasti membela diri. Seperti yang sudah banyak terjadi. Bahkan dia akan berusaha membayar pengacara dengan biaya mahal agar kesalahan yang dilakukannya bisa dibenarkan. Atau paling tidak hukumannya seringan mungkin.

Contoh lain adalah kasus money politic yang sering terjadi saat pemilihan kepala daerah. Perbuatan ini jelas salah menurut undang-undang. Ketika masuk ke ranah hukum dan diproses, pelakunya juga akan berupaya membela diri. Sudah jelas perbuatan itu salah, tapi para pendukungnya akan berjuang membelanya.

Tak tanggung-tanggung, pelakunya juga rela mengeluarkan biaya mahal membayar pengacara untuk membelanya di persidangan. Para pembela tersebutpun berupaya meyakinkan semua orang dengan berbagai argumen, bahkan mengunakan teori-teori tertentu untuk memenangkan kasus yang ditanganinya.

Begitu juga orang-orang penyebar fitnah ataupun hoax. Dengan sengaja mengeksposenya ke publik. Ketika semua orang protes dan mempersalahkannya, dia juga berusaha membela diri. Dia tidak siap dinyatakan bersalah. Kadang jika pelakunya seorang tokoh atau pejabat, justru para pendukungnya akan membela mati-matian. Mereka berusaha agar kasusnya tidak menjadi kesalahan tapi dapat dibenarkan.

Dan masih banyak kasus lainnya.

Dalam setiap kasus yang diproses, kenyataan banyak ketidakbenaran dinyatakan menjadi kebenaran. Pelaku yang seharusnya dinyatakan bersalah justru dinyatakan benar. Kesalahan berubah menjadi kebenaran. Tapi kebenaran yang tidak layak. Sangat memprihatinkan. Haruskah hal seperti ini dibiarkan terus berkembang? Bukankah demi hukum kebenaran itu harus menjadi kebenaran sejati? Demi masa depan bangsa ini saya, anda, kami, mereka, dan kita semua bertanggung jawab untuk itu.

Horas, salam literasi!

Gubuk inspirasi, 200122.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post