MENJADI PEDAGANG ASONGAN PLASTIK KANTONGAN (Tantangan ke-260)
Hujan sedang mengguyur kota Pangururan. Aldin dan Ewin sedang duduk berteduh di warung mie sop dekat dermaga pelabuhan kota itu. Sudah setengah jam lebih mereka menunggu kedua orang tuanya pulang berjualan dari daerah Mogang. Aldin melihat di kejauhan tampak samar-samar lampu kapal yang mengangkut para pedagang dari kota ini. Dia berharap jualan papa dan mamanya laris kali ini.
Sekitar dua puluh menit, kapal itu baru bersandar didermaga Tajur tempat Aldin menunggu. Saat yang tepat, hujan juga sudah berhenti. Aldin dan Ewin segera bergegas membawa kerta sorong kayu dan besi yang mereka siapkan untuk mengangkut barang sisa jualan orang tuanya.
Penerangan yang kurang di dermaga itu ditambah banyaknya penumpang kapal membuat Aldin dan Ewin tak bisa cepat menemukan papa dan mamanya. Satu persatu penumpang kapal itu melewati mereka. Mata Aldin tak berhenti mengawasi setiap orang yang lewat dari depan mereka. Aldin mulai cemas, penumpang sudah hampir habis. Tapi papa dan mamanya belum juga ketemu.
"Bang, kamu gak ada lihat papa dan mama?" Tanya Aldin kepada Ewin.
"Gak ada Din, sepertinya mereka belum keluar," jawab Ewin.
Aldin menoleh lagi ke dalam kapal. Di sana masih ada beberapa orang. Dia mendekati kapal itu. Ternyata papa dan mamanya sedang sibuk mengangkat barang-barang jualan mereka ke bagian depan kapal.
Melihat itu, Aldin mengajak abangnya Ewin membantu papa dan mamanya.
"Malam Pa! Ma! Barangnya masih banyak yang sisa ya? Suara Aldin sedikit mengejutkan Bu Minal.
"Eh...kalian berdua saja yang jemput ya. Abang mu Soner mana?" Tanya Bu Minal sambil meleparkan pandangannya ke dermaga. Dia mencari sosok anak sulungnya itu.
"Tadi mengantar adik ke Sitio-tio Ma. Mungkin karena hujan tadi, makanya mereka belum pulang." Jawab Aldin.
"Ya sudah, ayo bantu papa mengangkat barang-barangnya," seru Bu Minal. Aldin dan Ewin pun membantu orang tuanya membawa barang-barang mereka.
Sudah hampir pukul sepuluh malam ketika Pak Anjar bersama istri dan anaknya sampai di rumah. Soner dan Lidya sudah dari tadi menunggu mereka. Setelah makan malam, Pak Anjar dan istrinya menghitung hasil penjualan mereka. Sepertinya dewi padi masih jauh dari mereka hari ini. Jangankan untung, balik modal pun tidak. Keuntungan yang diperoleh malah kurang untuk membayar tiket di pasar dan ongkos kapal mereka. Wajah Pak Anjar nampak murung. Bu Minal juga kelihatan suntuk. Padahal Minggu depan mereka harus bayar sewa bulanan rumahnya. Waktu mereka tinggal seminggu lagi.
Aldin yang biasanya ikut membantu papa dan mamanya menghitung hasil penjualan mereka. Soner dan yang lainnya sudah pada tidur. Aldin melihat keresahan papa dan mamanya. "Pa! Ma! Besok hari Rabu. Pekan besar di sini. Semoga saja jualan papa dan mama laris manis ya. Saya nanti doakan." Ucap Aldin menghibur hati papa dan mamanya.
"Satu lagi Pa. Boleh tidak saya jualan plastik ke tukang sayur dan ikan pagi sebelum berangkat sekolah? Kan hasil jualannya nanti lumayan bisa bantu papa dan mama," pinta Aldin sambil mendekat ke papanya. Pak Anjar dan istrinya saling beradu pandang. Aldin berharap papa dan mamanya setuju. Mereka hening sejenak.
Tarikan nafas panjang Pak Anjar menunjukkan hatinya merasa berat. Aldin pun mendesak mamanya.
"Boleh ya Ma. Ijinkan Aldin membantu papa dan mama."
"Ya sudah. Tapi jangan gara-gara itu nanti kamu terlambat ke sekolah," jawab Bu Minal dengan sedikit terpaksa. Aldin merasa senang, keinginannya pun terkabul. Sebelum tidur dia pun memanjatkan doanya agar semua rencana dan pekerjaan orang tuanya diberkati Tuhan.
Pagi-pagi buta Pak Anjar dibantu istri dan anak-anaknya sudah mempersiapkan semua barang dagangannya. Sesuai dengan keinginannya, Aldin pamit kepada papa dan mamanya untuk menjadi pedagang asongan plastik. Dia membawa dua bungkus besar plastik kantongan. Dengan semangat dia menjajakan plastik itu kepada para pedagang sayur dan ikan.
Tak perlu waktu lama, semua plastik jualannya habis. Padahal masih banyak pedagang lainnya yang bisa ditawari. Aldin kembali berlari mengambil kantongan plastik dari jualan papa dan mamanya.
"Ma, kantongan plastiknya sudah habis. Saya mau ambil dua bungkus lagi."
Bu Minal tersenyum dan mengangguk. Pak Anjar yang sibuk menyusun barang dagangannya kagum melihat keligatan anak ke empatnya itu.
Aldin berlari membawa plastik dagangannya. "Plastik kantongan...., plastik....., plastik.....plastik kantongan.....!" Suara lantangnya menarik perhatian para pedagang sayur dan ikan. Ada yang minta dua, ada satu, bahkan tiga bungkus dengan ukuran yang berbeda. Jualannya Aldin pun tinggal dua bungkus kecil. Dia merasa lega. Takut terlambat ke sekolah, dia pun menyudahi aksi dagang asongannya.
Cepat-cepat dia kembali ke tempat jualan papa dan mamanya.
"Ma, ini sisanya tinggal dua. Dan ini uang hasil penjualannya." Aldin menyerahkan plastik sisa jualan dan uangnya kepada mamanya.
Bu Minal tersenyum. Wajah Pak Anjar juga ceria. Semoga ini pertanda kalau hari ini jualan kami akan laku laris, bisik Pak Anjar berharap dalam hatinya.
Hari sudah menjelang sore. Para pedagang sudah berkemas menutup barang dagangannya. Pak Anjar dan Bu Minal merasakan kecapaian hari ini. Sepertinya doa mereka terkabul. Dagangannya hampir habis. Mereka bahkan sempat kewalahan melayani para pembelinya. Untung saja Soner dan Aldin turut membantu setelah selesai sekolah. Selesai menghitung hasil penjualannya hari ini, Pak Anjar dan Bu Minal merasa lega. Keuntungan hari ini cukup lumayan. Ditambah lagi keuntungan hasil penjualan Aldin di pagi hari.
Sejak saat itu setiap hari Rabu, Aldin pun menjadi pedagang asongan plastik kantongan di pagi hari. Bahkan disaat libur sekolah, Aldin sengaja ikut berjualan bersama orang tuanya ke berbagai daerah. Di sana, dia juga melakukan pekerjaan yang sama. Menjadi pedagang asongan plastik kantongan.
Horas, salam literasi! 300920
#Tantangan365hariGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar