Menjadi seorang pemimpin adalah impian banyak orang. Bagi orang tertentu, kadang rela melakukan apa saja asalkan dia bisa berhasil jadi pemimpin. Bahkan ada yang tega mengorbankan orang lain supaya impiannya tercapai menjadi pemimpin. Ya, begitulah fenomena yang sering kita jumpai pada kenyataannya.

Menjabat sebagai pemimpin pada dasarnya tidaklah gampang. Apalagi menjadi pemimpin yang baik bagi semua orang. Bersikap adil, bijaksana, bertanggung jawab, peduli, penyabar, tegas, bijaksana, jujur, cerdas, disiplin, dan lain sebagainya adalah tuntutan kepribadian seorang pemimpin. Pastinya tantangan bagi seorang pemimpin yang baik itu banyak.

Dalam dunia pendidikan pemimpin itu adalah mereka yang menjabat dengan sebutan kepala. Antara lain: kepala sekolah, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala seksi, kepala bidang, serta kepala dinas. Begitu juga pada instansi lainnya.

Pertanyaannya, apakah pemimpin itu hanya mereka yang memiliki jabatan kepala? Tentu saja tidak. Setiap orang juga berperan sebagai pemimpin. Makanya syarat dasar untuk bisa jadi pemimpin kelompok ataupun organisasi adalah mestinya bisa memimpin diri sendiri. Jika tidak, bagaimana dia bisa memimpin banyak orang, sementara dirinya sendiri tak mampu dia pimpin?

Menyikapi perkembangan saat ini, seorang pemimpin dituntut mampu mengikuti paradigma baru. Tidak cukup lagi hanya menerapkan teori-teori kepemimpinan masa lalu. "Kepemimpinan yang holistik" atau "Holistic leadership" adalah salah satu tipe yang sesuai untuk diterapkan. Topik inilah yang diangkat pada pelatihan kepemimpinan bagi para kepala sekolah dan wakil yang dilaksanakan Yayasan Seri Amal Medan pada tanggal 22-23 April 2022 lalu dengan narasumber P. Dr. Mbula Darmin Vinsensius, OFM.

Biarawan yang menjabat sebagai Ketua Majelis Nasional Pendidikan Katolik dan sekjen BMPS nasional ini memaparkan pentingnya paradigma baru kepemimpinan saat ini.

Pemimpin yang holistik adalah pribadi yang berkomitmen terhadap perkembangan harmonis dalam semua dimensi vital fisik, mental, moral, emosional dan spiritual. Prinsip harmoni adalah suatu prinsip yang selalu menyumbangkan sesuatu yang terbaik. Seorang leader yang holistic harus banyak diskusi dan bertukar pikiran dengan sekelilingnya, melakukan kolaborasi dalam satu komunitas, unit ataupun kelompoknya.

Seorang pemimpin juga harus rela merunduk demi kesuksesan setiap programnya. Makanya dikatakan "pemimpin itu adalah pelayan yang berkompeten." Karena hakikat seorang pemimpin dan bawahannya ibarat "jempol dan keempat jari lainnya."

Jika jempol kita terus tegak tak mau merunduk, maka keempat jemari lainnya tak akan bisa bertemu dengan jempol. Tetapi begitu jempol merunduk maka semua yang akan dilakukan tangan kita akan terlaksana dengan baik. (Silakan praktekkan).

Jika hal itu terjadi pada seorang pemimpin, dia tidak mau menemui bawahan atau masyarakatnya, dia terlalu mengagungkan jabatan kepemimpinannya, dia berprinsip jabatan itu sesuatu yang begitu istimewa dan harus disanjung sehingga tak perlu melihat ke bawah, tak perlu mendengarkan keluhan bawahan/masyarakatnya, apakah yang akan terjadi? Bisa kita bayangkan seandainya para pemimpin kita berlaku seperti itu. Saya dan anda semua yakin program yang dibuat pemimpin itu tidak akan berjalan dengan baik. Tapi kegagalan lah yang akan dipetik.

Sepanjang pelatihan ini, para peserta yang dianggap sebagai seorang pemimpin diajak melakukan refleksi atas kepemimpinan yang dilakukan selama ini. Narasumber Romo Darmin juga menawarkan kerangka kerja seorang pemimpin (kepala sekolah) yang holistik.

Semoga dengan pelatihan ini para pemimpin di unit sekolah di bawah naungan Yayasan Seri Amal menjadi pemimpin yang holistik.

Selamat berjuang dalam implementasinya para pemimpin masa kini.

Horas, salam literasi dan salam Imago Dei!

Gubuk inspirasi, 24042022.

#pucay

#putricahayamedan

#ysa

#seriamal

#kepemimpinanholistik