Mualdin Sinurat

Mualdin Sinurat adalah Guru Matematika di SMP Swasta Putri Cahaya Medan. Putra Batak dari pinggiran Danau Toba pulau Samosir kelahiran 1971 dan telah memi...

Selengkapnya
Navigasi Web
SENYUM MU BAHAGIAKU

SENYUM MU BAHAGIAKU

#tantangan hari ke-29

Android yang ku selipkan di kantong bajuku bergetar kuat. Langkahku pun terhenti. Segera ku raih android itu dan ku jawab panggilan dari anak lajang ku dari rumah.

"Halo Pak! Masih lama kah bapak pulang?" Tanya anak itu dari seberang sana. "O....ini udah mau pulang. Ada apa?" Jawab ku. "Gak apa-apa, cuman ngasih tahu aja kalau Bilardo lagi ada di rumah," balas anak lajang ku sambil tertawa. Saya bergegas menuju parkiran mengambil sepeda motor ku.

Jalanan tak begitu padat. Roda dua ku meluncur dengan kecepatan tak lebih dari angka 80. Berharap cepat sampai di rumah. Soalnya sudah tiga kali berganti hari Jumat tak bertemu dengan cucu pertama ku.

Tin...tin...suara klakson kuda besi ku memberi isyarat kalau saya sedang berada di depan rumah. Anak sulung ku bergegas membukakan pintu pagar dan garasi. Roda dua ku segera saya parkirkan.

"Halo....apa kabar nih. Lama kita gak jumpa ya," sapa ku buat bayi mungil berusia enam bulan itu. Sapaan ku dibalas dengan ocehan yang tak mampu ku artikan. Dia nampaknya asyik menikmati susu dari botol minumnya. Saya pun berlalu dan langsung membersihkan tubuhku.

Ketika saya keluar dari kamar, ibu dari anak-anak ku ternyata sudah selesai memberi minum. Kini waktunya istirahat. Beberapa menit digendong sang istri dia pun tertidur.

Sepuluh menit berlalu, Bilardo pun terbangun. Pandangannya berpindah ke semua yang berada di sekitarnya. Sepertinya dia mencari wanita yang melahirkannya. Dia tak menemukan sosok itu. Tiba-tiba tangisannya pun meledak. Saya, istri, dan kedua anak lajang ku berusaha membujuk. Tak satu pun berhasil. Justru tangisnya semakin menjadi. Jeritan tangisan itu semakin kuat. Kami pun cemas. Ku coba menghubungi papa dan mama nya lewat android ku. "Cepat kalian pulang, anakmu rewel. Tak mau diam."

Hampir setengah jam, tangisan itu tak berhenti. Sekujur tubuh cucuku basah oleh keringat. Sang istri pun tampak cemas. Wajahnya murung. Kami hampir putus asa. Tak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan tangisannya. "Ayo pa, ganti bajunya sudah basah semua. Sekalian di lap saja badannya biar segar," seru istri ku dengan suara memelas.

Setelah istri selesai membersihkan badan dan mengganti pakaian bocah cilik yang masih menangis itu, ku raih tubuhnya dan ku dekap dalam pelukan. Sambil berjalan-jalan di teras rumah saya bujuk dengan belaian lembut di kepalanya. Akhirnya tangis itu berhenti.

Perlahan wajah sedih itu berubah ceria. Rasa cemas ku pun hilang. Mulut dan bibir yang tadi mengeluarkan jeritan tangisan itu kini mulai mengukir senyum. Seakan tak pernah terjadi apa-apa. Kami pun mulai bercanda ria. Senyum mu bahagiaku. Semoga Tuhan tetap menjagamu hingga tumbuh dan berkembang menjadi anak yang siap melayani Tuhan dan semua orang lewat karyamu kelak.

Horas, salam literasi!

Gubuk inspirasi, 290122.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post