Muchamad Hariyanto

Pria bernama lengkap Muchamad Hariyanto, SE, MM ini lahir di Tanjungpinang pada 15 April 1976. Ia alumnus STIE YKPN Yogyakarta jurusan akuntansi (S1), dan a...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kualitas Pembelajaran bukan Panjangnya waktu Belajar

Kualitas Pembelajaran bukan Panjangnya waktu Belajar

Kualitas Belajar, Bukan Lamanya Belajar

Apa bisa diterapkan di Indonesia? Finlandia merupakan negara yang sistem pendidikannya salah satu terbaik di dunia. Disana tidak ada Ujian Nasional (UN), sedikitnya pekerjaan rumah, sedikitnya waktu dikelas, lebih banyak bermain. Pendidikan dasar disana menghargai anak anak untuk bermain dibandingkan belajar. Mereka lebih mengutamakan kualitas belajar daripada lamanya belajar. Jam belajarnya pendek hanya 3 sampai dengan 4 jam saja untuk sekolah dasar dari umur 7 tahun umur anak masuk sekolah sampai 9 tahun sebagai sekolah dasar, yang nantinya di sekolah menengah akan ada pengembangan diri atas pengetahuan yang menjadi minat siswa tersebut. Di 9 tahun pertama sekolah dasar tidak ada UN. Teringat kontroversi atas terbitan Kompas.com pada Rabu, 11 Desember 2019, ihsanuddin mengatakan Nadiem Jawab Kritik Jusuf Kalla soal Penghapusan UN. Penulis juga sependapat dengan apa yang menjadi kebijakan menteri pendidikan bahwa penerapan tersebut dapat dilakukan di Indonesia. Dan salah satu negara sudah menjalankan dengan penerapan itu dan berhasil. Kenapa harus menjadi perdepatan kalau itu baik, jalankan aja dan liat perkembangan kedepan. Semua harilus dimulai dengan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Itulah proses pembelajaran.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masya Allah, jazakallah khairan berkenannya berbagi ilmu. Detail, akurat. Barakallah Aamiin

23 Oct
Balas

Yg penting kualitas ok

14 Dec
Balas

Jangan menyerah sebelum mencoba sebuah kebijakan. Salam literasi

14 Dec
Balas

Bu Risma, memang kualitas yang menjadi output anak didik, kuantitas atas waktu yang panjang akan menimbulkan masalah baru pada anak. Bu Ulfa, berfikir positif atas kebijakan yang inovatif akan memuluskan kinerja suatu konsep.Semoga itu berhasil untuk SDM Indonesia lebih baik. Pak Ali, Salam Literasi pak.

14 Dec
Balas

Teruskan Nadiem......!!!! Mematahkan Mitos NEM, IPK dan Rangking Oleh : Prof Agus Budiyono Ada 3 hal ternyata tdk terlalu berpengaruh terhadap *kesuksesan* yaitu: *NEM, IPK dan rangking* Saya mengarungi pendidikan selama 22 tahun (1 tahun TK, 6 tahun SD, 6 tahun SMP-SMA, 4 tahun S1, 5 tahun S2 & S3) Kemudian sy mengajar selama 15 tahun di universitas di 3 negara maju (AS, Korsel, Australia) dan juga di tanah air. Saya menjadi saksi betapa *tidak relevannya ketiga konsep di atas* terhadap kesuksesan. Ternyata sinyalemen saya ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang berpengaruh terhadap *tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioner di US* Hasil penelitiannya ternyata nilai yang baik (yakni NEM, IPK dan rangking) *hanyalah faktor sukses urutan ke 30* *Sementara faktor IQ pada urutan ke-21* *Dan bersekolah di universitas/sekolah favorit di urutan ke-23.* Jadi saya ingin mengatakan secara sederhana: Anak anda nilai raport nya rendah *Tidak masalah.* NEM anak anda tidak begitu besar? Paling banter akibatnya tidak bisa masuk sekolah favorit. *Yang menurut hasil riset, tidak terlalu pengaruh thdp kesuksesan* *Lalu apa faktor yang menentukan kesuksesan seseorang itu ?* Menurut riset Stanley berikut ini adalah sepuluh faktor teratas yang akan mempengaruhi kesuksesan: 1. Kejujuran (Being honest with all people) 2. Disiplin keras (Being well-disciplined) 3. Mudah bergaul (Getting along with people) 4. Dukungan pendamping (Having a supportive spouse) 5. Kerja keras (Working harder than most people) 6. Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career/business) 7. Kepemimpinan (Having strong leadership qualities) 8. Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/personality) 9. Hidup teratur (Being very well-organized) 10. Kemampuan menjual ide (Having an ability to sell my ideas/products) Hampir kesemua faktor ini tidak terjangkau dengan NEM dan IPK. Dalam kurikulum semua ini kita kategorikan *softskill.* Biasanya peserta didik memperolehnya dari kegiatan ekstra-kurikuler. ✊✊✊✊✊✊✊✊ Mengejar kecerdasan akademik semata hanya akan menjerumuskan diri, Amin.

16 Dec
Balas



search

New Post