Much. Khoiri

Penggerak literasi, trainer, editor, dan penulis buku 33 judul dalam 6 tahun. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (USA, 1993)...

Selengkapnya
Navigasi Web

APAKAH KITA CINTA KATA?

Serial 'Teori' Menulis (10):

*APAKAH KITA CINTA KATA?*

_Oleh: MUCH. KHOIRI_

APAKAH Anda ingin sungguh-sungguh dicintai oleh kata sehingga Anda lancar dalam menulis? Ingin saja atau ingin sekali? Mari simak seorang penulis prolifik dari Serang, Banten, Gol A Gong, yang pernah menegaskan dalam sebuah forum literasi: _Cintailah kata; maka kata akan mencintaimu._

Menarik sekali ungkapan Gol A Gong, penulis yang kini telah melahirkan 128 judul buku itu. Kita, cinta, dan kata menjadi tiga kata ajaib yang menggugah proses kreatif. Sungguh, jika kita mencintai kata-kata, maka kata-kata akan mencintai kita dengan caranya sendiri. Caranya, bergerak dalam arena proses kreatif kita yang penuh keunikan.

Mencintai kata itu bukan hanya membatin atau memikirkan, melainkan juga mengakrabinya setiap waktu, bahkan mempelajari dan menggunakannya. Ada sinonim dan antonim bagi ribuan kata dalam konteks pragmatiknya. Mencintai kata adalah mempelajari, mengembangkan, dan mempraktikkannya--bukan hanya dalam ungkapan lisan, melainkan juga ungkapan tertulis.

Bagaimana hal itu mungkin terjadi? Sebagai makhluk sosial, kita selalu berhasrat untuk berkomunikasi kepada orang lain setiap waktu. Kita perlu bahasa atau kata-kata untuk mewakili ide atau pesan yang hendak kita sampaikan. Semakin sering kita bermain-main dalam kaidah dan penggunaan bahasa, semakin lancar pula kita mengekspresikan gagasan-gagasan.

Hal ini menjelaskan betapa orang yang terbiasa menulis setiap hari, dia akan menemukan kemudahan dalam menuangkan gagasan. Fisiknya (termasuk jari-jarinya) terlatih, demikian pun nalar atau pikirannya. Bukankah _"writing is thinking on a paper"_, menulis itu berpikir di atas kertas. Dalam hal ini, kita mencinta kata; maka, kata-kata mencintai kita dengan membuat kita mudah menemukan kata yang mewakili gagasan.

Selain itu, orang yang mencintai sesuatu selalu punya kerinduan jika tidak bersua atau tinggal berjauhan. Jika mencintai kata-kata, kita pun perlu rindu mempelajari dan menggunakannya. Jika kita abai, atau terlalu percaya diri, maka ketajaman dan kepekaan kita dalam berbahasa akan tumpul, kaku, dan monoton. Artinya, kata-kata tidak mencintai kita; kata-kita juga tidak merindukan kita.

Pertanyaannya saya ulang lagi di sini: Apakah Anda ingin dicintai oleh kata? Jika ingin, bahkan, pertanyaan bisa dilanjutkan: Apakah Anda telah mencintai kata-kata selama ini dengan segenap hati? Apakah hanya "pura-pura mencintai" atau cinta Anda itu "cinta seolah-olah" yang hanya pemanis bibir belaka? Mari kita jawab semua itu dengan kejujuran dan kelapangan hati.[]

_*Much. Khoiri adalah penggerak literasi, editor, dan penulis 33 buku dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa)_

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa tulisan ini menjadi motivasi, mari kita cintai kata sepenuh hati, semoga kata mencintai kita pula sepenuh hati. Dengan demikian kita akan lancar dan asyiik menggunakan kata.

07 May
Balas

Masih belajar mencintai kata pak

07 May
Balas



search

New Post