Wungkal Memang Yahut (63)

Pentigraf

#TantanganGurusiana hari ke-63, tanggal 22 Juni 2020.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak-anak kecil di tahun 90-an adalah generasi yang suka bermain dengan alam dan alat-alat yang ada disekitarnya. Mulai dari bermain lumpur di sawah, mandi di sungai, membuat patung dari tanah liat, dan bila malam datang maka berganti petak umpet. Keringat bercampur debu akhirnya menjadi satu dan lengket di badan, khususnya bagian leher. Tampak daki-daki tebal seperti kalung yang melingkar manis.

Tono adalah temanku yang paling aktif, di setiap ada kumpulan anak sedang bermain dapat dipastikan dia selalu hadir mengikuti. Anaknya berkulit gelap, rambutnya juga kemerahan karena selalu terpapar sinar matahari. Di antara teman-teman seumuran, Tono dakinya paling tebal, baik di leher, kaki, maupun leher. Dia sering diejek teman-teman karena keadaannya. Rasa malu membuat otaknya bekerja keras menemukan alat atau cara menghilangkan daki dengan cepat. Pak Juki tetangga sebelah rumah, adalah peternak kelinci yang setiap hari pergi merumput. Tak sengaja pada suatu pagi Tono melihat pak Juki mengasah sabit menggunakan "wungkal" (batu berbentuk persegi untuk mengasah/menajamkan sabit).

Tono kemudian bermaksud meminjam wungkal untuk dipergunakan menggosok dakinya. Setelah diberi ijin, Tono segera meluncur pulang ke rumah dan mandi. Disela-sela mandi, wungkal yang dibawa digosok-gosokkan ke sekujur tubuh. Benar-benar puas hati Tono, daki yang membandel terkelupas semua. Siang hari Tono mulai merasa aneh, rasa perih menjalar di sekujur badannya. Dia penasaran berat, segera melepas baju dan berkaca di cermin. Aduuhhh, "dia menjerit keras", ternyata kulit tubuhnya banyak yang terkelupas akibat gosokan wungkal.