Oleh Usdhof

Jarum jam di musalla sudah menunjukkan pukul 12 lebih lima belas menit. Lima belas menit lagi jam masuk kelas. Aku masih merebahkan di atas karpet setelah salat Dhuhur tadi. Sekedar memejamkan mata sebentar, melepas kepenatan setelah mengajar 6 jam berturut-turut dari pagi.

Masih terbayang tiga jam yang lalu. Salah satu muridku berjalan seperti sesosok putri kerajaan. Saat berjalan, kakinya seperti di atas tumpuan menyambung antara kaki kanan dan kiri. Melenggok seperti perempuan memakai jarik. Kedua tangannya dipadukan di depan dada dengan melentikkan jari telunjukkan dan jempolnya membentuk huruf 'O'. Mengakunya Ratu Pantai Selatan. Akan tetapi matanya terpejam.

Belum selesai lamunanku, datang anak-anak teriak memanggilku. Mereka mengabarkan siswa tadi pagi dirasuki kembali. Kubergegas ke kelasnya. Kuajak turun dari kelasnya di lantai dua menuju musalla melewati pohon juwet. Di tengah jalan bertemu dengan adek kelas yang indigo itu. Keduanya saling memandang tajam. Apakah ini termasuk pandangan makhluk astral pikirku. Mereka mulai beradu tangan. Saling menjambak rambut yang tertutup oleh kerudung. Keluarlah suara suara makian. Suasana menjadi kalut tak terkendali. Kulerai mereka berdua dengan menengahi. "Plak!" Tamparan anak indigo itu mengenai wajahku. Langsung dia lari. Sedang 'Si Ratu' melihatku dengan mengumbar senyuman manis bak seorang putri. Dia mencubit tanganku dengan genitnya. Aku kaget dan tak kalah sakitnya dengan tamparan tadi. Kutiup keningnya hingga lari keluar.

Gresik, 04/02/2021