SALAH ARAH
SALAH ARAH
Dunia ini seakan dipenuhi oleh orang-orang pragmatis yang berjiwa matrealis. Setidaknya perasaan kita saat ini mengatakan demikian…
Memang dasarnya anaka-anak, sesekali kalau disuruh melakukan suatu hal akan semangat bila dikasih imbalan. Taruh hal misalnya,”Tolong dong cuci priring, nanti dikasih uang 5000 deh”, pasti semangat. Atau contoh yang lain “Sana kerjakan PR, nanti dimarahi bu guru lho kalo nggak mengerjakan”. Jika sudah terpola, perintah semacam itu sebenarnya merupakan jebakan. Betapa tidak, anak dididik dan dimotivasi untuk senang pada upah yang didadapat atau takut terhadap hukuman yang akan diperolehnya. Alih-alih diberikan penyadaran akan tanggung jawab dan tugas yang harus dilakukan.
Kenyataannya, kalau kita memakai logika seperti anak-anak tadi, tentu saja kita akan cenderung meminta “upah” atas apa yang telah kita kerjakan atau sekedar menghindari “hukuman” jika tidak mengerjakannya. Contohnya saja, sholat dikerjakan yang menjadi dorongan adalah pahala yang akan didapatkan atau ancaman neraka bagi yang meninggalkannya. Zakat ditunaikan yang menjadi motivasi adalah pahala dan terealisasinya janji bahwa dikemudian hari akan dilipat gandakan “nominal” yang telah keluarkan hingga 10 kali lipat. Haji dilakukan yang dijadikan tujuan adalah limpahan pahala dan predikat mabrur yang dilekatkan padanya. Begitu juga dengan kebaikan-kebaikan yang lain. Yang dijadikan pendorong adalah “upah-pahala” yang akan diterima atau sekedar menghindari ancaman berupa “siksaan-neraka” yang bakal didapat.
Celakanya, yang tadinya dorongan seakan-akan (dan berangsur-angsur) berubah menjadi tujuan. Kita terjebak pada pemahaman bahwa yang menjadi sebab dimasukkannya kita ke dalam surga, atau yang menjadi penyebab terhindarnya kita dari neraka adalah amal perbuatan yang kita lakukan. Kita telah menuhankan amal, kita telah menuhankan surga, kita telah menuhankan neraka.Tahukah kalau seandainya sepanjang hidup kita dimanfaatkan untuk melakukan ibadah secara terus menerus (dan membagi buta) tidak akan pernah cukup hanya untuk menggantikan kenikmatan yang telah Tuhan berikan kepada kita apalagi menjadi sebab dimasukkan ke dalam surga? Boleh jadi ibadah yang kita lakukan penuh dengan kekurangan dan hati yang tidak iklas.
Pahala dan siksa merupakan manifestasi (perwujudan) keadilan Tuhan. Yang melakukan kebaikan diberi reward, yang melakukan pelanggaran diberi punishmen. Adil.
Kesadaran akan tujuan kehidupan adalah yang terbaik. Muaranya adalah Ridlo dan Rahmat Tuhan. Jika Tuhan menghendaki surga untuk kita, itulah yang terbaik. Jika Tuhan menempatkan kita di neraka (semoga tidak, hehe) itupun yang terbaik. Itu bagian dari Hak Tuhan. Kita hanya melakukan perbuatan yang menurut keyakinan kita, perbuatan itu baik. Kita hanya melakukan kewajiban yang menurut kita, perbuatan itu harus dilakukan. Kita menghindari perbuatan yang menurut kita, perbuatan itu buruk dan menimbulkan madarat. Itu saja. Selebihnya terserah Tuhan.
dan kewajiban kehidupan tidak melulu soal “pahala-dosa” atau “surga-neraka” tapi lebih dari itu..
* kita=saya
_ngomongna_awake_dewek
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
_ngomongna_awake_dewek, hehehe. biar tidak ada yang tersinggung ya? Salam literasi ibu BK
hehehee...salaaaam...