MUGINAH E6

Belajar terus sampai puas...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENANAMKAN NILAI KARAKTER MELAUI PEMBIASAAN RELEGIUS BERIBADAH

BAB I

PENDAHULUHAN

A. Latar belakang

Sekolah dasar Krebet terletak di puncak dataran tinggi Pajangan. Dengan lingkungan pengrajin batik kayu yang sudah terkenal ke manca negara.Pekerjaan masyarakat dusun Krebet kebanyakan menjadi pengrajin batik kayu yang kebanyakan di setorkan ke pengusaha yang terdapat di dusun Krebet pula untuk di pasarkan ke seluruh Indonesia hingga ke manca negara.. Disamping itu juga sebagai dusun budaya yang sangat kental dengan keseniannya, serta di dalam beribadah di dusun Krebet juga digiatkan untuk mengaji untuk anak anak sampai orang dewasa.

Berimbas di Sekolah Dasar Krebet juga telah berjalan pembiasaan beribadah untuk semua siswa . Tetapi pembiasaan itu belum maksimal dan belum terorganisir dengan baik, Guru belum mendampingi pembiasaan beribadah secara maksimal . apalagi siswa SD Krebet terdapat pemeluk agama yang berbeda beda . Siswa SD Krebet berjumlah 204 siswa yang terbagi dalam macam macam agama sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar jumlah siswa berdasar agama

No

Kelas

Islam

Kristen

katulik

Jumlah

1.

I

28

2.

II

28

2

3.

III A

20

1

4.

III B

21

5.

IV

29

6.

V A

15

7.

V B

14

8.

VI A

24

9.

VI B

22

jumlah

201

0

3

204

Di samping itu untuk jumlah pendidik ada 9 guru kelas. 1 guru PJOK, 1 guru Agama islam, dan Tendik berjumlah 4 orang. Didalam kurikulum SD Krebet juga sudah tercantum aturan Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang pertumbuhan Budi Pekerti dan Peraturan Presiden No 87 tahun 2017 tentang PPK. Yang dikurikulum sudah tecantum jadwal pembiasaan beribadah.

Tetapi kenyataan dilapangan pembiasaan beribadah itu belum berjalan maksimal sesuai harapan , karena sewaktu pada jam pembiasaan yang seharusnya siswa itu melakukan kegiatan tetapi kebanyakan siswa masih bermain main sesuai keinginan siswa sendiri, contohnya, siswa kelas 1.2.3 yang beragama islam harusnya melakukan ibadah sholat duha tetapi malah bercerita dan berlari lari di dalam kelas dengan kegiatan yang tidak jelas, dan guru membiarkan nya tidak mengarahkan nya, yang beragama selain islam juga ikut bermain dan tidak ada yang mengajak melakukan kegiatan untuk melakukan ibadah sesuai rencana program menbaca kitab. Sebagian besar siswa masuk sekolah terlambat, Untuk kegiatan beribadah kels 4.5 dan 6 yang seharusnya mengamalkan pembiasaan membaca jus ‘amma dilanjutkan asmaul khusna tetapi jam tersebut ,siswa juga masih kebanyakan masuk terlambat, dan yang sudah masuk kelas secara umum masih bercerita dan bermain karena guru tidak ada di dalam kelas, sedangkan guru masih berada di ruang guru , Dan pada saat siang jadwal siswa dan guru harus melaksanakan jamaah sholat luhur , tetapi juga belum bisa berjalan dengan baik karena guru juga tidak meng organisir bersama melakukan sholat bersama dan tidak di himbau untuk melakukan sholat luhur bersama yang akhirnya pada saat waktu sholat siswa bermain dan tidak menjalankan sholat luhur bersama maupun sendirian.Sedangkan waktu untuk Sholat berjamaah Luhur tersedia.

Berdasarkan kejadian diatas maka kepala sekolah ingin memperbaiki pembiasaan ibadah yang sudah dijalankan di SD krebet, yang belum bisa menjadi pembiasaan yang baik.Pertama yang dilakukan kepala sekolah mengadakan koordinasi dan evaluasi tentang pembiasaan cara menanamkan nilai karakter relegius beribadah ,sholat duha,membaca asmaul husna, membaca jus amma, hafalan dan sholat luhur berjamaah..Dilanjutkan mengajak guru dan tendik untuk bersama sama membimbing siswa utk membiasakan beribadah bersama hingga menjadi kebiasaan yang baik dan rotin seta bisa meningkatkan prestasi di bidang agama maupun pelajaran yang lain.maka dengan kejadian ini kepala sekolah mengajak bersama sama membiasakan cara menanamkan Nilai Karakter Relegius beribadah melalui pembiasaan di SD Krebet Bantul dengan memaksimalkan pendampingan guru untuk keberhasilan pembiasaan relegius beribadah kepada semua siswa SD Krebet.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka kepala sekolah memfokuskan menanamkan nilai karakter relegius beribadah melalui pembiasaan di SD Krebet Bantul tersebut dijabarkan dalam beberapa sub focus sebagai berikut :

1. Bagaimanakah menanamkan nilai karakter Relegius Beribadah melalui pembiasaan di SD Krebet ?

2. Apakah dampak dari penanaman nilai karakter relegius beribadah melalui pembiasaan terhadap perilaku warga sekolah di SD Krebet?

C. Manfaat

Manfaat perbaikan pembiasaan yang di lakukan kepala sekolah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi beberapa pihak baik secara teoritis maupun praktis,sehingga manfaat yang diharapkan diantaranya:

Memberikan informasi kepada guru dan tendik tentang pentingnya penyiapan penanaman nilai religius beribadah yang berdampak pada pembiasaan perilaku yang baik kepada warga sekolah. Serta dapat meningkatkan prestasi dibidang agama maupun bidang lainya.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peran guru

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para siswa dan lingkungannnya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas peribadi, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, dan disiplin. Sedangkan disiplin ilmu dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertip secara konsisten, atas kesadaran professional. Karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan peserta didik didalam sekolah. Peran Guru Sebagai Mediator hendaknya menciptakan kualitas lingkungan yang interaktif secara maksimal, mengatur arus kegiatan siswa, dan lain sebagainya. Selain itu, sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar.Menurut Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa “sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.” Pada bagian lain, Wina Senjaya (2008) juga mengemukakan bahwa, “agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, maka guru perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar”. Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top-down” ke hubungan kemitraan. Seorang guru dapat mencari keseimbangan antara perannya untuk berada di depan anak, di belakang anak, atau di samping diantara anak-anak, sesuai dengan ciri khas (karakteristik anak). Untuk anak berbakat sebaiknya seorang guru lebih banyak berada dibelakang anak daripada di depan anak.

Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangatlah signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:

1) Guru sebagai demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.

2) Guru Sebagai Pengelola Kelas

Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar. Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului antara mengajar dan belajar karena masing-masing memiliki peran yang memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya. Keberhasilan/kesuksesan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar, demikian juga keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan pula oleh peran guru dalam mengajar. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan (Ad. Rooijakkers, 1990:1). William Burton mengemukakan bahwa mengajar diartikan upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat penting dalam mengelola kelas agar terjadi PBM bisa berjalan dengan baik.

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan.

Sebagai fasilitator guru mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.

4) Guru sebagai evaluator

Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan tadi orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

B. Penanaman nilai karakter

Untuk melakukan rekontruksi peran guru dalam penanaman nilai karakter di sekolah melalui pembiasaan relegius di SD N Krebet Bantul,melalui pendidikan yang menjadi tujuan nasional, dengan harapan menghasilkan manusia yang cerdas tangguh dan peduli. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Sumber: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional -UUSPN). Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010): pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan pentingnya pendidikan karakter.Keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik.

Tabel 2. Alur Pikir Pembangunan Karakter

Berdasarkan alur pikir pada tabel 1 di atas, pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup: sosialisasi atau penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia industri (Sumber: Buku Induk Pembangunan Karakter, 2010). Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13)Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab (Sumber: Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya untuk melanjutkan nilai-nilai prakondisi yang telah dikembangkan. Pemilihan nilai-nilai tersebut beranjak dari kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing, yang dilakukan melalui analisis konteks, sehingga dalam implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis nilai karakter yang dikembangkan antara satu sekolah dan atau daerah yang satu dengan lainnya. Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dapat dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan.

Ada empat Strategi dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter yaitu 1. Strategi di Tingkat Kementerian Pendidikan Nasional .2.Strategi di Tingkat Daerah 3. Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara optimal, pendidikan karakter diimplementasikan melalui langkah-langkah berikut: 1. Sosialisasi ke stakeholders (komite sekolah, masyarakat, lembaga-lembaga)

2. Pengembangan dalam kegiatan sekolah sebagaimana tercantum dalam Tabel berikut:

Tabel 3. Implementasi Pendidikan Karakter dalam KTSP

No

implementasi

keterangan

1.

Integrasi dalam Mata Pelajaran

Mengembangkan Silabus dan RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan

2.

Integrasi dalam Muatan Lokal

Ditetapkan oleh Satuan Pendidkan/Daerah

Kompetensi dikembangkan oleh Satuan Pendidikan/Daerah

3.

Kegiatan Pengembangan diri, Ekstrakurikuler

Pembudayaan dan Pembiasaan

Pengkondisian

Kegiatan rutin

Kegiatan spontanitas

Keteladanan

Kegiatan terprogram

Pramuka; PMR; UKS; Olah Raga; Seni; OSIS

Bimbingan Konseling

3.

Kegiatan Pembelajaran

pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, pembelajaran berbasis kerja, dan ICARE (Intoduction, Connection, Application, Reflection, Extension)

4.

Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar

Kegiatan rutin

Kegiatan spontan

Keteladanan

Pengkondisian

3. Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran. Terkait dengan pendidikan karakter, setiap satuan pendidikan dapat mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan penanaman nilai-nilai budaya dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Hal ini dapat dilakukan sejak guru mengawali pembelajaran, selama proses berlangsung, pemberian tugas-tugas mandiri dan terstruktur baik yang dilakukan secara individual maupun berkelompok, serta penilaian proses dan hasil belajar.

Implementasi pendidikan karakter dalam manajemen sekolah sangat bermanfaat untuk memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki sekolah,melalui proses dan pendekatan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien,berdasarkan dan mencerminkan nilai nilai dan norma norma yang luhur,baik terhadap Tuhan Yang maha Esa ,diri sendiri,sesama manusia,berbangsa maupun lingkungan.dalam perngertian ini pendidikan karakter tidak dimaksudkan sebagai payung menajemen sekolah,melainkan sebagai upaya menerapkan nilai nilai karakter dalam penyelenggaraan manajemen sekolah,atau dengan kata lain bahwa nilai nilai karakter ditanamkan secara terpadu ke dalam pengelolaan sekolah(Kemendiknas 2010).Dalam implementasi manajemen sekolah yang mengandung nilai nilai karakter terdapat prinsip prinsip yang hendaknya diterapkan oleh sekolah antara lain: kejelasan dan tugas dan tanggung jawab,pembagian kerja berdasarkan professional,kesatuan arah kebijakan, teratur, disiplin, adil (seimbang), inisiatif, semangat kebersamaan, sinergis dan iklas.

Dengan adanya pendapat diatas sekolah mampu merencanakan (planning),melaksanaan ( acting ), dan membiasakan (habit ) penanaman nilai-nilai karakter.Pendidikan karakter,konsep dan implementasi.

C. Pembiasaan Relegius Beribadah

Strategi penanaman nilai karakter melalui pembiasaan relegius beribadah pada siswa oleh para guru dilakukan dengan cara mengadakan suatu pendekatan secara langsung, yaitu pengalaman dan pembiasaan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan secara terprogram dan rutin pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin (istiqomah) di sekolah, oleh Muhaimin dinyatakan dapat mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai agama secara baik pada diri sivitas akademika sekolah, sehingga agama menjadi sumber nilai dan pegangan dalam bersikap dan berperilaku baik dalam lingkup pergaulan, belajar, olah raga, dan lain-lain. Pembiasan dalam beragama dapat menciptakan kesadaran dalam beragama. Zakiah Darajat melukiskan tentang pembiasaan yang pernah dilakukan oleh para sufi. Mereka merasa bahwa Allah selalu hadir dalam hatinya. Kejadian tersebut tercipta melalui proses kira-kira sebagai berikut: pada permulaan, lisan dibiasakan dan dilatih untuk berdzikir kepada Allah, maka mereka akan senantiasa mengucap kata Allah, Allah, Allah dengan kesadaran dan pengertian. Di hal lain juga mengatakan bahwa : “apabila latihan-latihan keagamaan diterapkan pada waktu anak masih kecil dalam keluarga dengan cara yang kaku atau tidak benar, maka ketika menginjak usia dewasa nanti akan cenderung kurang peduli terhadap agama atau kurang merasakan pentingnya agama bagi dirinya. Sebaliknya, semakin banyak si anak mendapatkan latihan-latihan keagamaan sewaktu kecil, maka pada saat dia dewasa akan semakin merasakan kebutuhannya kepada agama”. Menurut Muhaimin bahwa dalam pendidikan agama perlu digunakan beberapa pendekatan, antara lain:

(i) pendekatan pengalaman, yakni memberikan pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan;

(ii) pendekatan pembiasaan, yakni memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya dan atau akhlakul karimah.

Dalam hal lain pembiasaan leregius juga tidak terlepas dari pembiasaan dan metode untuk mencapai keberberhasilannya dan disampaikan sebagai berikut:

a. Pembiasaan Diri

Hamzah B. Uno & Masr Kuadrat menyatakan bahwa informasi yang masuk pada manusia, bisa dengan mudah dibuatkan implementasinya dengan membuat asosiasi. Untuk itu metode yang bisa memaksimalkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotorik secara bersamaan dan terkondisikan adalah pemodelan pembiasaan. Pembiasaan diri sebagai rencana pengkondisian untuk mencapai kultur yang telah didesain dalam jangka waktu yang lama. Karena otak manusia dalam menyimpan memori menggunakan komunikasi antar neuron yang tersebar ke seluruh konteks. Pola tersebut akan menguat dan terbentuk jika diperlukan kembali karena faktor pembiasaan. Pembiasaan Diri dalam Konteks Pendidikan Untuk melihat sejauh mana kedudukan pembiasaan diri dalam lingkup dunia pendidikan, maka akan dijelaskan posisi tersebut dengan pembahasan pembiasaan diri sebagai berikut:

a.1. Pembiasaan Diri Perspektif Pendidikan Nilai & Karakter

Pembiasaan diri menurut pendidikan nilai dan pendidikan karakter merupakan perbuatan/tindakan moral sehari-hari maupun dalam hal membuat keputusan yang penting dalam hidup.

a.2. Pembiasaan Diri Perspektif Pendidikan Psikologi.

Menurut psikologi pendidikan menyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam kehidupan manusia, terbentuk karena perkembangan, latihan, dan belajar. Menurutnya, lingkungan, pendidikan, belajar dan pengalaman hidup berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Aplikasi dari teori behavioristik (operant conditioning) adalah memberikan reinforcement kepada tingkah laku yang ingin dilakukan berulang-ulang. berdasarkan Apabila reinforcement dilakukan dan diberikan atas dasar apa yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Lebih lanjut diungkapkan oleh Zain El Mubarok, & Dudung Rahmat Hidayat bahwa untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik/act morally maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu pertama kompetensi/competence kedua keinginan/will, dan ketiga kebiasaan/habit. Dengan demikian pendidikan karakter tidak akan berhasil tanpa nilai moral yang menjadi basis pendidikan nilai diimplementasikan menjadi sebuah kebiasaan/yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya.

a.3. Pembiasaan Diri Perspektif Pendidikan Islam

Nabi Muhammad SAW mempunyai konsep bahwa anak yang lahir di dunia ini sudah membawa bekal dan potensi yang populer dengan istilah fitrah. Orang tua hanya meneruskan dan mengelola potensi ini. Secara teknis peran orang tua dalam membiasakan pendidikan Agama Islam di antaranya:

i. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan cara melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana yang diperintahkan dalam ajaran agama Islam. Dalam hal ini orang tua harus menjadi contoh yang baik dengan memberikan bimbingan, arahan, serta pengawasan sehingga dengan kondisi seperti ini remaja menjadi terbiasa berakhlak baik.

ii. Meningkatkan interaksi melalui komunikasi dua arah. Orang tua dalam hal ini dituntut untuk dapat berperan sebagai motivator dalam mengembangkan kondisi-kondisi yang positif yang dimiliki remaja sehingga perilaku atau akhlak remaja tidak menyimpang dari norma-norma baik norma agama, norma hukum maupun norma kesusilaan.

iii. Meningkatkan disiplin dalam berbagai bidang kehidupan. Orang tua dalam melaksanakan seluruh fungsi keluarganya baik fungsi agama, fungsi pendidikan, fungsi keamanan, fungsi ekonomi maupun fungsi sosial harus dilandasi dengan penanaman disiplin yang terkendali agar dapat membangun pradapan melalui tradisi dan pembiasaan/ mengendalikan akhlak atau perilaku. Agama Islam sebagai sumber nilai akhlak harus dijadikan landasan oleh orang tua dalam membina akhlak karena agama merupakan pedoman hidup serta memberikan landasan yang kuat bagi diri. Di samping itu pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan orang tua sehari-hari seperti sholat, membaca Al-Qur’an, menjalankan puasa serta berperilaku baik merupakan bagian penting dalam pembentukan dan pembinaan akhlak.

b. Metode Pembiasaan Diri dalam Dunia Pendidikan

Ada beberapa metode dalam implementasi pembiasaan diri dalam dunia pendidikan, diantaranya adalah:

o Metode hiwar (percakapan).

o Metode kisah.

o Metode mendidik dengan amtsal (perumpamaan).

o Metode mendidik dengan teladan.

o Metode mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.

o Metode mendidik dengan mengambil ibroh (pelajaran) dan mau’idhoh (peringatan). Mustaqim,

o Metode mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).

Kepala Sekolah dalam menyikapi pendapat diatas juga dalam melaksanakan program ini telah sesuai dan sependapat dengan pendapat di atas.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pemecahan Masalah

1. Dasar hukum perlunya pembiasaan di sekolah

Didalam meperbaiki masalah pembiasaan beribadah menyampaikan peraturan yang berlaku untuk mencapai keberhasilan dan dampak yang di peroleh dengan program yang harus di laksanakan secara sistematis.

Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti secara ringkas di sampaikan sebagai berikut kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang di mulai sejak dari hari pertama masuk sekolah,masa orientasi peserta didik baru di dasari pertimbangan bahwa masih terabaikannya implementasi nilai nilai dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila yang masih terbatas pada pemahaman nilai dalam tataran konseptual.

Latar belakang tentang penumbuhan budi pekerti adalah;

a. Di sekolah seharusnya menjadi tempat yang yaman dan inspiratif bagi siswa,guru dan atau tenaga kependidikan.

b. Pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah adalah cerminan dari nilai nilai Pancasila dan seharusnya menjadi bagian proses belajar dan budaya setiap sekolah.

c. Pendidikan karakter seharusnya menjadi gerakan bersama yang melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah,masyarakat dan/atau orang tua.

Peraturan Presiden No 87 tahun 2017 tentang PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati,olah rasa, olah pikir dan olah raga dengan pelibatan dan kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental.Di samping itu PPK hadir dengan pertimbangan bahwa dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai relegius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,dan bertanggungjawab.

Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang standar isi pada Kopetensi inti disebutkan diskrepsi kompetensinya di sebutkan bahwa sikap spiritual yang terkandung adalah menerima, menjalankan dan menghagai ajaran agama yang dianutnya.

Perda kabupaten Bantul No 15 tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan daerah kabupaten Bantul Nomor 13 tahun 2012 tentang Pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan pada pasal 4 Pendidikan di selenggarakan melalui pembentukan karakter yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran dan dilaksanakan dalam bentuk peningkatan iman dan taqwa serta pada pasal 115 (1) Setiap peserta didik pada satuan Pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang beragama.

2. Program pembiasaan relegius di SD Krebet

Dengan adanya beberapa peraturan di atas peneliti menyimpulkan bahwa sekolah harus melaksanakan dalam penanaman nilai karakter relegius beribadah melalui pembiasaan relegius di SD Krebet dengan melibatkan semua stakholder dengan sistematik dan di organisir yang baik.

Untuk mengujutkan itu semua kepala sekolah merancang program dengan cara sebagai berikut :

1. Peneliti mengadakan rapat bersama warga internal sekolah yang terdiri dari Guru dan Tendik yang isinya mengajak semua warga untuk meningkatkan bimbingan dan menjadi contoh siswa dalam melakukan penanaman nilai karakter relegius beribadah melalui pembiasaan dengan maksimal.

Gambar 1.Koordinasi KS,Guru dan PTK

2. Peneliti mengadakan pertemuan dengan komite sekolah dan wali siswa untuk menyampaikan dan minta bantuan untuk memfasilitasi siswa demi kelancaran program penanaman nilai karakter relegius beribadah melalui pembiasaan

Gambar 2. Rapat bersama komite dan wali siswa di tempat

Pendopo Ka komite SD Krebet

Hasil yang diperoleh dari dua pertemuan diatas adalah semua mendukung dan siap memfasilitasi demi kelancaran program tersebut.

Untuk membuat rancangan peneliti melihat profil SD Krebet sebagai berikut :

Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SD KREBET

NSS : 101040105016

Status : NEGERI

Alamat : Krebet, Sendangsari,Pajangan, Bantul

No Telp : 0274 6466763

Email : [email protected]

Nilai Akreditasi : A

Kepala Sekolah : Muginah M.Pd

Jumlah Guru : 11

Jumlah Tenaga Pendidikan : 4

Jumlah Siswa : 204

Didalam rancangan desain untuk menjalankan program Sekolah bersama guru dan karyawan mebuat rancangan sebagai berikut:

1. Jadwal pelaksanaan beribadah siswa

2. Pembagian tugas pendampingan guru dan karyawan

Di dalam jadwal dan pendampingan ini di ambil dari program dalam kurikulum SD Krebet bahwa pembiasaan ini merupakan extrakurikuler wajib yang semua siswa harus melaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan. Adapun jadwal dan pembagian pembimbing di buat tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Jadwal kegiatan beribadah dan pembagian pembimbing

No

Kegiatan

Kelas

Pendamping

Hari

Tempat/waktu

1

Sholat duha, asmaul husna dan doa pendek

Kelas 1.2.3

Guru kl 1.2.3. dan Guru PAI

Selasa,Rabu ,kamis

Mushola/

7.00- 7.35

2

Hafalan surat pendek.

Kelas 1.2.3

Guru Extrakurikuler

Jumat

Mushola/

6.30 – 7.30

3

Baca kitab bagi yang beragama katulik dan buku perpustakaan

Kl II dan

III A

Petugas perpustakaan

Selasa.Rabu.kamis dan Jumat

Perpustakaan

7.00-7.35

4

Baca Jus amma dan asmaulkhusna,buku perpustakaan

Kl 4.5.6

Gr Kelas

Selasa Rabu Kamis dan Jumat

Kelas /

7.00-7.35

5

Hafalan Jus amma

Kl 4,5,6

Guru Extrakurikuler

Sabtu

Mushola /

06.30 – 07.30

6

Sholat duhur Berjamaah

Kl 4.5.6

Guru PAI

Senin.Selasa.rabu dan kamis

Mushola/

11.30 -12.00

7

Peringatan hari raya agama

Kl 1sd 6

Semua guru dan karyawan

insidental

Di halaman sekolah

8

Mengikuti lomba dan pentas

Kl 1 sd 6

Guru PAI dan gr Kl

Insidental

Di sekolah, masyarakat dan instansi terkait

3..Kegiatan Pelaksanaan

Kegiatan di mulai jam 7 00 wib sampai dengan jam 7.35 menit, adapun kegiatan sebagai berikut:

1. Di setiap hari selasa, rabu dan Kamis di Mushola di adakan kegiatan sholat Dukha bersama dengan bacaan nyaring dengan dilanjutkan asmaul Husna dan berdoa. Persta kelas satu, dua , tiga A dan tiga B.

Gambar 3. Sholat dukha Putra bersama kl 1.2.3

Gambar 4. Sholat dukha Putri bersama kl 1.2.3

2. Di setiap hari Selasa , rabu dan Kamis di kelas masing masing kelas empat, kl lima A dan kl lima B serta Kl enam A dan kl enam B di adakan bacaan jus amma dan asmul khusna

Gambar 5. Kegiatan membaca asmaul husna dilanjutkan jus amma kl 4

Gambar 6. Kegiatan membaca jus amma kl 5 a. dan b

Gambar 7.Kegiatan membaca Asmaul Husna jus amma kl 6 a

Gambar 8.Kegiatan membaca asmaul husna ,jus amma kl 6.b

3. Di setiap hari selasa, rabu dan kamis di ruang perpustakaan ada kegiatan membaca kitap yang di ikuti siswa yang beragama katulik dan kristen.Secara rinci yang siswa beragama kresten satu kl dua, dan yang beragama katulik tiga ,secara rinci kelas 2 dua dan kl tiga satu.

Gambar 9. Kegiatan siswa agama katulik dan kristen

4. Kegiatan di mulai jam 6.30 wib sampai dengan jam 7.30 menit, adapun kegiatan sebagai berikut:

a. Hari Jumat di mushola . Kegiatan yang dilakukan hafalan surat pendek yangdi ikuti siswa kl satu sampai dengan kelas tiga.

Gambar 10. Hafalan jus amma kl 1.2.3

b. Hari Sabtu . kegiatan yang dilakukan hafalan surat pendek yang di ikuti siswa kelas empat sampai dengan kelas enam

Gambar 11. Hafalan jus amma Kl 4.5.6

5. Kegiatan di mulai jam 11.30 wib sampai dengan jam 12.00 menit, adapun kegiatan Sholat luhur berjamaah yang di ikuti kelas empat, lima dan enam, dengan iman, adzan dan iqomah bergiliran.

Gmbar 12. Jamaah luhur Putra kl 4.5.6

Gmbar 12. Jamaah luhur Putri kl 4.5.6

B. Hasil Pelaksanaan Pembiasaan

Setelah dilaksanakan pembiasaan relegius beribadah selama ini yang selalu di bimbing oleh semua guru pembimbing dan kepala sekolah secara rotin mengevaluasi pelaksanaan bimbingan dan pembiasaan siswa, banyak hasil yang di dapat antara lain ; dapat meningkatkan disiplin peneliti dan tanggungjawab meningkat yang akhirnya juga jadi pembiasaan yang baik, yaitu, pembiasaan yang dilakukan:

a. Kepala Sekolah setiap pagi memantau jalannya kegiatan program pembiasaan relegius beribadah yang berjalan.

b. Guru setiap pagi mengajak, memantau , mendampingi membimbing dan mendidik untuk melaksanakan jalanya program pembiasaan relegius beribadah bisa berjalan hingga menjadi pembiasaan yang baik

c. Siswa menjadi disiplin untuk mengikuti dan menjalankan pembiasaan relegius beribadah .

d. Orang tua akhir nya juga dapat membiasakan diri memfasilitasi anaknya untuk membantu membiasakan relegius beribadah.

e. Setiap ada even lomba yang berhubungan dengan relegius beribadah siswa tampil dengan semangat dan mencapai kejuaraan baik yang diadakan antar sekolah, instansi terkait maupun di masyarakat.

f. Kejuaraan yang diraih siswa SD Krebet di bidang keagamaan antara laian: MTG Juara II tk Kec Pajangan,Seni Lukis Keagamaan Juara II tk Kec Pajangan.MTQ Putra juara I tk kecamatan Pajangan,MttQ Juara III Tk Kecamatan Pajangan.Pidato ceramah agama Putra Juara I, tk Kec Pajangan.Musabaqoh Adhan Juara I Tk Kec Pajangan.CCA Juara I Tk Kec pajangan,Puisitasi sari tilawah juara III kec Pajangan. Adapun Piala sebagai berikut;

Gambar 13. Piala kejuaraan dalam bidang keagamaan

g. Dengan adanya pembiasaan di atas maka kegiatan yang lain juga bertambah baik dan tugas tugas terselesaikan tepat waktu. Yang akhirnya kedisiplinan dan prestasi meningkat.

BAB IV

DAMPAK PEMBIASAAN

Dengan adanya program pembiasaan relegius beribadah di sekolah, maka dampak yang di dapatkan sebagai berikut :

1. Bagi Siswa,

Untuk siswa sendiri tambah disiplin dan prestasi meningkat, tambah bertaqwa kepada Tuhannya sehingga berimbas pada kegiatan karakter yang lain juga meningkat.Tambah percaya diri dan mantab dalam menghadapi masa depan nya dilihat dari prestasi yang meningkat.Pada pelaksanaan pembiasaan beribadah antusias sealu siap dengan sarananya .

2. Bagi Sekolah

Sekolah semakin di kenal masyarakat luas, dan menjadi ikon SD Krebet siswanya mempunya karakter yang tangguh dengan prestasi yang gemilang , karena secara nyata dan mantap dibuktikan siswanya selalu mendapat piala di kala mengikuti lomba beribadah dan dalam bidang keagamaan lainnya..

3. Bagi Lingkungan

Lingkungan mengakui bahwa SD Krebet sekarang siswanya dapat berhasil dengan bukti bahwa siswa nya disiplin dan tambah pinter karena dalam mengikuti lomba , siswa SD Krebet selalu mendapat juara. Dan memantapkan putranya untuk bersekolah di SD Krebet.

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dengan adanya paparan best praktis diatas maka kepala sekolah menyampaikan kesimpulan dalam permasalahan diatas bahwa :

1. menanamkan nilai karakter Relegius Beribadah melalui pembiasaan di SD Krebet dapat berjalan sesuai rencana dengan tahapan koordinasi di bawah kepemimpinan kepala sekolah

2. Secara bertahap gurupun mempunyai tanggung jawab bahwa pembiasaan tidak dapat terlepas dari bimbingan, pendampingan, arahan dan motivasi darinya

3. Bagi siswa dengan proses yang panjang maka terbentuk lah pembiasaan yang menjadi kewajiban diri sendiri dan kebutuhan untuk melanjutkan cita cita mereka dan sebagai dasar untuk bekal hidup nya

4. Bagi orang tua merasa lega .mantap dan iklas untuk selalu memfasilitasi sarpras kebutuhan anakanya demi mencetak pribadi yang mantab dan berkarakter patuh bemi membentuk pondasi putrannya dalam menghadapi tantangan zaman.

5. Mayarakat mengakui perubahan program sekolah yang lebih menjanjikan demi masa depan mayarakat yang berkarakter ke depannya.

6. Sekolah dengan adanya program berjalan juga tidak terlepas prestasi siswa menunjukan peningkatan yang nyata.

7. Dengan adanya pembiasaan relegius secara sadar membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat,manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuahan Yang Maha Esa,berakhlak mulia serta berkarakter .

Dampak dari penanaman nilai karakter relegius beribadah melalui pembiasaan terhadap perilaku warga sekolah di SD Krebet yaitu:

1. Warga sekolah mengetahui dirinya sendiri bagaimana perilaku yang benar dan membuat seseorang menjadi lebih dewasa

2. Warga sekolah mempunyai tanggungjawab dan disiplin yang tinggi

3. Warga sekolah mempunyai watak dan sifat yang agamis ,santun dan tawadhuk

4. Warga sekolah memiliki motivasi yag tinggi dalam meningkatkan kemampuan diri sesuai bakat dan minatnya.dan ditunjukan dengan mengikuti lomba dan berhasil medapatkan juara.

B. Rekomendasi

1. Dalam peran guru dalam menanamkan nilai karakter melalui pembiasaan relegius beribadah dapat merubah pembiasaan sekolah menuju kepada pembiasaan relegius beribadah yang memberikan implikasi praktis bagi penyelenggaraan pendidikan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara afisien,efektif dan produktif.

2. Diharapkan dapat menjadi pegangan rujukan atau sebagai masukan bagi para pendidik ,praktisi pendidikan, pengelola lembaga pendidikan yang memiliki kesamaan karakteristik.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian serupa di masa yang akan datang juga sebagai pembanding sehingga memperkaya temuan temuan penelitian dan memberikan peluang bagi di temukannya teori teori baru yang konsisten dengan hal tersebut.

4. Praktis

Memberikan informasi kepada warga sekolah tentang pentingnya penanaman nilai karakter melalui pembiasaan relegius beribadah yang pada gilirannya berdampak pada peningkatan mutu pendidikan,perubahan perilaku siswa dan pembiasaan relegius untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan sekolah dan masyarakat(stakcholders).

DAFTAR PUSTAKA

Darajat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Dirjin Dikdasmen. 2017. Pedoman Penggalian dan Perwududan Nilai Akhlak Mulia di SD.

H Abu Ahmadi,Noor Salimi 1991.Dasar dasar pendidikan Agama Islam.Jakarta .Bumi Aksara

Peraturan Presiden No 87 tahun 2017 tentang PPK

Perda kab Bantul Nomor 13 tahun 2012 tentang Pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan

Perda kab Bantul No 15 tahun2015 tentang perubahan atas peraturan daerah kabupaten Bantul

Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti

Permendikbud No 21 tahun 2016 tenatng standar isi pada Kopetensi inti

Sekjen Pendikbud. 2017. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter , Pendikbud

Subur haryanto. 2015.Skrepsi Studi Pemikiran Zakiah Daradjat tentang Penumbuhan Minat Terhadap pendidikan Agama Semarang .UN Walisongo

Tim Kurikulum 2019. Kurikulum SD Krebet

Wina Sanjaya 2008. Strategi Pembelajaran,Jakarta.Kencana Prenada Media

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menurut saya judulnya perlu sedikit direvisi. Menanamkan Nilai Karakter Religius Melalui Pembiasaan Beribadah

11 May
Balas

ya makasih . masukan nya pak

13 May



search

New Post