Lima Menit
Lima Menit
Oleh: Muhamad Fauzan
"Cerah banget pagi ini", bisik dalam hatku. Badanku juga terasa segar dan penuh semangat. "Pertanda apa nih ya ..", lanjut hatiku disertai binar mataku penuh harap entah apa. Tak berapa lama bel masuk jam pertama berbunyi. Dengan langkah tegap penuh semangat ku berjalan menuju kelasku. Udara sejuk pagi hari menyapaku sepanjang langkah menuju kelas. Hmmm ... segarnya.
Tiba di depan pintu kelas, hatiku membuncah kagum penuh bahagia. Semua muridku telah berbaris di depan kelas dengan wajah yang sungguh segar dan ceria.
"Tumben-tumbenan nih ... " hatiku berbisik lagi. Mereka tampak sangat bersemangat menantikan saat belajar tiba. Satu persatu siswa masuk kelas , menyalamiku sambil menyapa, "Good morning, Sir". Rasa yang tak bisa kuuraikan menyelimuti hatiku. Kubalas setiap sapaan mereka sambil kuberikan senyum penuh bahagia.
Setelah seluruh murid masuk kelas dan duduk rapi, kumasuki ruang kelas dan berdiri didepan seperti biasanya. "Ini kelas koq tidak seperti biasanya sih ...", berbisik hatiku. Begitu semerbak harum, membuat suasana pagi itu makin sempurna. Ketua kelas menyiapkan kelas dan memimpin doa.
Ku awali pelajaran dengan memberi salam pada mereka. Merekapun menjawab serentak salamku dengan suara yang lantang penuh semangat. Belum sempat kulanjutkan apersepsiku, seorang siswa mengangkat tangannya seraya bertanya, "Pak, saya kepengen bercerita, boleh tidak?". Aku mengernyitkan dahiku. Belum sempat aku menjawab, seorang siswa lagi tunjuk jari, "saya juga pengen cerita pak". Kutengokkan kepalaku kearah siswa itu. Belum juga sempat kuberi jawaban, beberapa siswa lainnya berebut mengangkat tangan dan mengatakan ingin bercerita.
Aku menenangkan murid-muridku dan berkata, "baiklah anak-anak, pak guru akan memberikan kesempata kalian satu persatu untuk bercerita. Tak bisa kusembunyikan rasa bahagia dan kagumku pada murid-muridku. "pak Guru mulai dengan siswa yang mengangkat tangan pertama kali tadi.
"Andra ... kami ingin mendengar ceritamu pagi ini", sambil kutaruh perhatian padanya. Selanjutnya dia bercerita dengan penuh ekspresi tentang kejadian yang dialaminya ketika akan berangkat sekolah tadi. Ada kejadian lucu saat dia sudah diatas boncengan sepeda motor ayahnya, ternyata bajunya tertukar dengan seragam kakaknya yang sudah SMA. Teman-teman sekelasnya menanggapi dengan riuh rendah. Selesai dia bercerita, dilanjutkan salah satu temannya yang kutunjuk untuk bercerita. Aku larut mendengarkan murid-muridku bercerita dengan penuh ekspresi yang beraneka. Tak terasa sudah lima anak bercerita. Tiga puluh menit lebih telah berlalu. Keheranan sekaligus rasa yang tak pernah kualami menyelimuti diriku. Betapa seluruh muridku pagi ini sangat antusias mengikuti pelajaran.
"Anak-anak, bapak ucapkan terima kasih atas cerita-cerita kalian yang sudah kita dengar semuanya. Yang lainnya akan mendapat giliran bercerita, pada pertemuan selanjutnya", jelasku pada mereka. "Sekarang kita mulai inti dari pelajaran kita pagi ini". Aku menyebutkan materi yang akan mereka pelajari. Aku juga menjelaskan manfaat yang dapat mereka ambil setelah mempelajari materi itu.
Belum sempat aku memberi penjelasan lebih lanjut, beberapa murid berujar, "Pak, ayo kita bentuk diskusi. Kami suka belajar berkelompok. Bapak bentuk kelompok-kelompoknya ya". Agak tercekat leherku rasanya. "Hahhh ..."? Tak bisa kusembunyikan rasa tercengangku. Habis makan apa mereka ini, koq begitu bersemangatnya belajar. Selama aku mengajar, tidak pernah aku mengalami hal seperti ini. Aku sangat tahu karakter murid-muridku. Mereka tidak seperti ini. Kutekan rasa terkejutku.
"Baiklah anak-anak, bapak akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. Setelah itu sebagai kegiatan pertama, kita akan melakukan pengamatan".
Aktifitas di dalam kelas begitu hidup. Kegiatan demi kegiatan berjalan dengan sangat baik. Kolaborasi antar siswa terjalin dengan saling bertanya, saling menjelaskan, bahkan ada komunikasi dengan kelompok lain. Ada sedikit gelak tawa namun tertib. Anak-anak sangat menikmati pengalaman belajarnya hari itu.
Tiba saatnya sesi presentasi. Masing-masing kelompok akan mengomunikasikan hasil diskusinya. Salah satu kelompok maju ke depan kelas. Dengan mata berbinar seraya tidak sabar, 4 siswa anggota kelompok pertama mempresentasikan hasil diskusi mereka. Satu persatu anggota kelompok memberi penjelasan dengan suara yang lantang. Aku berdiri dibelakang sambil mengamati mereka. Duhhh ... bangganya aku. Tidak bisa ditukar dengan apapun rasa itu. Bangga campur haru menyelimuti tubuhku.
Tepuk tangan yang riuh mengiringi akhir dari presentasi kelompok pertama. Berikutnya kelompok kedua maju ke depan. Beberapa temannya memberi semangat, "Ayo kamu bisa ...", teriak mereka. Dengan meyakinkan ketua kelompok memperkenalkan anggotanya. Hatiku ikut bergetar seakan turut merasakan semangat mereka.
Ketua kelompok kedua mulai menjelaskan hasil diskusi mereka. Aku memperhatikan setiap ucapan dan ekspresinya. Tiba-tiba ada bisik lembut di telingaku. "Pak ... Pak ... ini kacamata bapak? Saya temukan tadi di dekat tempat berwudlu". Agak terkejut kutengokkan kepalaku ke asal suara itu. Kulihat petugas kebersihan sudah ada di sampingku. "Ehh .. iyya pak, terima kasih banyak", sambil kuterima kacamataku. Agak kebingungan aku saat itu. Ya Allah. Kutemukan diriku dalam posisi bersila di mushalla sekolah. Rupanya aku terlelap sebentar ketika berdzikir sehabis shalat dhuhur tadi. Kuusap-usap wajahku, masih terasa kebahagiaan yang kurasakan tadi.
#Solo, 1 Agustus 2017
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ternyata. Top ceritanya
Hehehe luar biasa Pak Guru
Mimpi ternyata..
Amazing
Ahh... Seandainya anak2ku di skul seperti itu? Tapi aku harus optimis, semangat pak Fauzan.. Suatu saat mimpi itu pasti akan jd kenyataan
Ahh... Seandainya anak2ku di skul seperti itu? Tapi aku harus optimis, semangat pak Fauzan.. Suatu saat mimpi itu pasti akan jd kenyataan
Trm ksh bunda Diana :)