Perang Gerilya Melawan Corona
#tantangan gurusiana hari ke-24
China kini menyatakan kemenangannya melawan virus corona. Negeri kelahiran covid-19 itu dengan resmi menutup dua rumah sakit terakhirnya yang dikhususkan untuk menangani wabah tersebut. Sebagai simbol kemenagan, warganya bersama-sama melepas masker yang sudah menjadi teman mereka selama hampir empat bulan terakhir. Suasana haru justru nampak kental mewarnai euforia kemenangan mereka. Para penderita yang berhasil sembuh disambut keluarganya dengan tangis bahagia. Para dokter dan tenaga medis lainnya diarak dengan kawalan polisi dan disambut rakyat laksana pejuang yang pulang dari medan pertempuran membawa kemenangan. Bahkan kini China memosisikan dirinya sebagai negara penyelamat dengan mengirimkan bantuan peralatan medis dan obat-obatan ke negara lain utuk menangani pandemi corona tersebut.
Di tengah suasana China yang sedang merayakan “kemerdekaannya”, justru Indonesia sedang bertempur sengit melawan wabah corona. Negeri ini memulai perangnya melawan pandemi tersebut pada awal Maret ini. Jika melihat pengalaman pertempuran negeri tirai bambu, itu berarti baru besok Juni dapat dilihat hasilnya. Jika Indonesia ingin meraih kemenangannya, maka harus belajar dari taktik pertempuran China melawan wabah corona. Seperti halnya pengalaman Vietnam yang berguru strategi perang gerilya kepada Indonesia untuk meghadapi tentara Amerika.
Stratagi perang tersebut antara lain, pemerintah harus sigap dan cepat dalam menangani wabah ini. Penyediaan basecamp yang kuat dan tahan gempur harus cepat didirikan. Seperti halnya pemanfaatan wisma atlet dan Pulau Sebaru serta Pulau Galang sebagai tempat karantina, observasi, dan isolasi.. Tentara siap tempur yang bertugas di garda terdepan harus diperbanyak. Seperti dokter dan tenaga medis yang bisa didatangkan dari dalam maupun bantuan dari luar negeri. Semangat dan psikis mereka harus dipantau dan ditingkatkan. Seperti halnya pemeberian tunjungan yang cukup bagi mereka. Senjata dan amunisi harus lengkap dan memadai. Seperti halnya perlengkapan perlindungan tenaga medis dan obat-obatan dari dalam negeri maupun didatangkan dari China. Satu lagi yang tidak kalah penting, rakyat harus kooperatif dalam membantu pertempuran ini. Agar pertempuran tidak membesar, masyarakat harus mematuhi kebijakan social distancing yang himbaukan oleh pemerintah. Warga harus mengikuti “protokol gerilya” tersebut dengan tetap sembunyi di rumah bersama keluarga masing-masing. Penyemprotan disinfektan akan percuma jika warganya dengan bebas masih keluar rumah. Rapid tes sebagai langkah skrining akan sia-sia jika rakyatnya masih melakukan kegiatan kerumunan massa. Jika dipandang mendesak, pemerintah harus tegas terhadap rakyatnya untuk segera memberlakukan lockdown negara agar wabah corona tidak terus meluas. Mudah-mudahan segala langkah yang diambil pemerintah dapat dipatuhi segenap rakyatnya sehingga kita dapat meraih kemenangan dalam pertempuran melawan wabah corona ini. Aamiin...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar