#tantangan gurusiana hari ke-112

Air mataku hampir tek terbendung. Nyaris tangisku pecah di tengah prosesi akad nikahmu. Kalimat ijab kabul yang kauucapkan dengan tegas tadi tiba-tiba mengingatkan lembaran-lembaran masa lalumu.

Aku jadi teringat betapa kamu senang sekali ingin tidur sekamar denganku. Meski waktu kecil kita tidak tinggal serumah. Aku terpaksa ikut nenekku. Nasib perceraian ayah kita dengan ibuku membuat kita tidak tinggal bersama.

Aku jadi teringat betapa marahnya aku waktu kecilmu dulu. Karena kamu malas belajar. Waktumu kau buang-buang untuk main game.

Aku jadi teringat ketika menungguimu di rumah sakit. Kamu hampir saja mati waktu itu. Over dosis karena obat sepuluh porsi kamu teguk semua. Kamu yang remaja nampaknya sedang patah hati. Hingga kau mau mengakhiri hidupmu sendiri.

Aku jadi teringat betapa luar biasa perjuanganmu dengan grup bandmu. Revent yang menjadi pengalaman pahit dalam hidupmu. Launching album yang tidak pernah terwujud. Rekaman video musik dan uang ratusan juta grup bandmu dibawa kabur oleh asisten produsermu.

Aku jadi teringat betapa susahnya ayah menasihatimu untuk segera menikah. Dijodohkan dengan gadis sana-sini. Namun, kamu tidak pernah mau.

Aku jadi teringat banyak potongan-potongan memori masa lalumu.

Hingga beberapa bulan lalu tiba-tiba kamu memilih pendamping hidupmu. Kini di pelaminan yang sepi kau ucapkan sahadat dan kalimah sakral itu.

Tak pernah aku membayangkan dulu. Jika acara akad nikahmu begini sederhana. Pandemi yang melanda negeri kita melarang orang menggelar resepsi pernikahan. Itu juga yang membuatku semakin hampir menuangkan air mataku.

Adikku, selamat menempuh hidup baru. Semoga keluarga kalian sakinah, mawadah, dan warakmah. Aamiin...