MUHAMMAD ASLAM

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEBAB PERJALANAN INI MEMBUTUHKAN BEKAL
SumberGambar : rumahaninberkisah.wordpress.com

SEBAB PERJALANAN INI MEMBUTUHKAN BEKAL

Menikah pada hakikatnya tidak hanya di tujukan hanya bagi yang punya modal kemauan dan semangat saja, akan tetapi pernikahan di syariatkan bagi yang telah mampu. Dalam sebuah hadits Rasulullullah berpesan,

Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kamu telah Ba’ah (mampu) berkeluarga hendaknya ia kawin karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat mengendalikanmu. (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).

Dalam hadits ini, Rasulullah Saw. Menggunakan kata Syabab yang kita sebagai pemuda. Akan tetapi, siapakah yang dimaksud dengan Syabab? Syabab adalah seorang yang telah mencapai masa ‘aqil-baligh dan usianya belum mencapai tiga puluh tahun. Masa aqil-baligh ini akan dan telah dialami oleh setiap orang yang pada rentang usianya sekitar 14-17 tahun. Dan salah satu tanda atau patokan bagi yang sudah ‘aqil-baligh bagi laki-laki adalah datangnya mimpi basah dan bagi perempuan adalah telah kedatangan tamu tiap bulan yakni darah haidh (Menstruasi).

Kemudian ada kata Ba’ah para ulama menafsirkannya adalah kemampuan untuk melakukan jimak atau hubungan seksual. Akan tetapi untuk menikah bukan hanya diperlukan untuk melakukan jimak. Akan tetapi dibutuhkan kemampuan-kemampuan yang lain seperti kemampuan untuk bertanggung jawab, kemampuan ekonomi untuk menafkahi. Juga dibutuhkan kesiapan-kesiapan seperti kesiapan mental, sosial, kedewasaan dan lain sebagainya. Sebab kesiapan adalah perpaduan harmonis antara pekerjaan akal, hati, dan anggota tubuh tidaklah seseorang dikatakan siap melakukan sesuatu sebelum akal, hati dan anggota tubuhnya menyatakan kesanggupan.

Dalam hal apa pun, persiapan yang baik dan matang menjadi kunci keberhasilan. Hal itu juga yang terjadi dengan pernikahan. “Persiapan” menjadi kata kunci agar nantinya pernikahan bisa dijalankan dengan baik. Apakah itu sebelum, ketika dan sesudah ijab kabul.

Ada ungkapan yang sangat terkenal yang berbunyi “ Siapa yang gagal mempersiapkan, berarti mempersiapkan kegagalan” kalimat bijak ini relevan dalam segmen apapun, termasuk dalam kesiapan untuk mengarungi bahtera rumah tangga sebab, nikah tidak hanya di syariatkan bagi yang mau tapi juga mampu. Dengan semangat 45 dan doktrin keyakinan semata seperti; menikah adalah Ibadah, menyempurnakan separuh agama, salah satu golongan yang mendapat pertolongan Allah SWT dan sebagainya, akan tetapi kemauan itu harus berjalan seiring dengan kemampuan. Mau dan mampu itu akan terwujud jika sejak dini kita mempersiapkan segala hal untuk menyongsong hari yang mendebarkan saat ijab qabul, dan saat mengarungi manis, pahit, asam, asin, kehidupan baru yang akan kita jalani sampai akhir hayat bersama teman sejati.

Pernikahan memang bukan perkara yang sulit karena setiap orang mampu melaluinya. Namun pernikahan juga tidak boleh juga dipandang sebelah mata. Keharmonisan sebuah rumah tangga yang dibina suami istri sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh keduanya mempersiapkan diri tatkala hendak menikah. Persiapan yang akan semakin mematangkan sebuah keluarga yang hendak dibentuk, sehingga keharmonisan dapat dirasakan oleh setiap anggotanya.

Kadangkala saking menggebunya untuk menikah, entah itu karena tuntutan usia, keluarga, target, dan sebagainya, kita memikirkan nikah terus menerus dengan modal semangat saja dan akhirnya lalai dalam mempersiapkan diri untuk kehidupan kita setelah pernikahan itu sendiri. Intinya bukan hanya persiapan non fisik yang dibutuhkan tapi juga persiapan yang real, bukan hanya sekedar membaca buku-buku nikah atau ikut kuliah-kuliah pranikah yang menggugah semangat kita untuk nikah muda.

Mengingat pentingnya persiapan diri sebelum pernikahan, hendaknya setiap orang yang berkeinginan menikah untuk segera mempersiapkan dengan serius dan sebaik mungkin. Lantas, apa saja persiapan yang harus dilakukan. ? InsyaAllah akan dipaparkan pada tulisan selanjutnya …

Sumber :

Mas Udik Abdullah. 2001. Bila Hati Rindu Menikah.Pro-U Media.Yogyakarta.

Mohammad Fauzil Adhim, Salim A. Fillah, dkk. 2013. Menikah Memuliakan Sunnah. Pro-U Media.Yogyakarta

Mohammad Fauzil Adhim.2002.Indahnya Pernikahan Dini. Gema Insani. Jakarta

Monif Y. Rasulallah. 2013. Lebih Barokah Tanpa Pacaran. Ikwah Rasulillah.Yogyakarta

Muhammad Semesta. 2012. Tertimpa Love, Ketika dirimu jatuh cinta.Kutlah Media. Jogyakarta.

Ngadiyo. 2010. How To Handle Masturbation. Inti Medina. Jakarta Timur.

Salim A. Fillah. 2012. Barakallahu Laka Bahagianya Merayakan Cinta. Pro-U Media. Yogyakarta

Setia Furqon Kholid. 2013. Jangan Jatuh Cinta Tapi Bangun Cinta. Rumah Karya publishing. Sumedang

Sabtu , 13 Juni 2020

21 Syawal 1441 H

#SatuHariSatuTulisan

#TantanganGuruSiana

#TantanganMenulisHari_89

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dah di praktekkan belum Pak....

14 Jun
Balas

Mantap pak...salam sukses

13 Jun
Balas

mantul,

13 Jun
Balas

Mantap tulisanya pak... ditunggu besok lanjutannya

13 Jun
Balas



search

New Post