MUHAMMAD ASLAM

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEBAB PERJALANAN INI MEMBUTUHKAN BEKAL Part 3
Sumber Gambar : Rumahaninberkisah.wordpress.com

SEBAB PERJALANAN INI MEMBUTUHKAN BEKAL Part 3

Dengan niat menikah karena Allah, mengikuti sunnah rasulullah maka itu adalah jalan dakwah. Jalan para nabi dan rasul. Jalan yang dipilihkan oleh Allah yang membentang lurus menuju kebahagiaan yang abadi dan kepastian akhir yang manis. Maka pernikahan yang visoner dengan jalan dakwah sebagai jalurnya akan memberikan kita peta, untuk menuju kepada tujuan pernikahan kita.

Saudaraku, sebagaimana pernikahan visioner yang kita ingin wujudkan maka ia memerlukan visi dan misi sebagaimana organisasi, keluarga harus memiliki visi dan misi. Penentuan visi dan misi tersebut hendaknya dilandasi atas dasar ajaran Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, pasangan (calon pasangan) suami istri hendaknya terus menerus memiliki, menentukan dan menjaga visi misi pernikahan mereka laiknya nyala sang mentari yang tiada henti memberikan cahaya kehidupan bagi makhluk bumi,

Visi dan misi mutlak adanya agar bahtera memiliki tujuan yang jelas dan terarah dalam menjelajahi samudra kehidupan rumah tangga yang pasti akan menerjang ombak dan karang kehidupan. Agar dapat menentukan visi misi yang terbaik, pasangan suami istri tentunya harus memahami hakikat pernikahan, saat ikrar suci telah terucap. Visi hidup bersama telah saling dipahami.

Misi kebersamaan pun akan segera dimulai. Setahap demi setahap, tapi pasti perlahan-demi perlahan namun nyata akan kita jelang. Mencoba meraih keberkahan dalam setiap jeda detik kebersamaan. Belajar memaknai arti cinta disaat berdua, maupun di kala tidak bersama.

Semua harus bernilai ibadah, karena dijalan-Nya kita menikah. Itu motivasi awal menikah yang harus dibangun sebelum yang lainnya. Dan kini, ketika Allah telah mempertemukan kita dalam ikatan yang agung, maka kinilah pula saatnya kita membuktikan keseriusan kita menikah di jalan-Nya. Jangan sampai visi kabur. Jangan sampai misi gagal. Sehingga kebersamaan ini menjadi tidak berarti.

Sungguh, Rasulullah telah banyak mengajarkan kepada kita, bagaimana cara menikmati kebersamaan ini dengan cara yang sangat istimewa. Ada syukur dalam suka. Ada sabar dalam duka. Karena, kalau tujuan kita menikah hanya hidup bersama saja, maka sesungguhnya binatangpun juga bisa melakukannya. Makanya, harus ada yang istimewa dalam merayakan cinta kita ini.

Mari kita simak, bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengolah cintanya dengan salah seorang istrinya, Ummul Mukminin Aisyah radhiallohu ‘anha. Suatu ketika Aisyah menceritakan kisah kebersamaannya bersama Nabi.

“Aku minum, dan saat itu aku sedang haidh. Kemudian Nabi mengambilnya (gelas), dan meletakkan bibirnya di tempat dimana aku minum, lalu meminumnya. Kemudian aku menggigit daging, dan saat itu aku sedang haidh. Nabi pun meraihnya (daging tersebut) dan meletakkan mulutnya di tempat dimana aku menggigit.” (HR. Muslim)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi menjelaskan bahwasanya sebuah suapan suami ke mulut istrinya juga bernilai sedekah yang sangat berarti disisi Allah Ta’ala.

Maka, sungguh sayang jika kebersamaan kita hanya berlalu begitu saja. Hanya fisik yang bersatu atau hati yang saling mengagumi saja. Tanpa ada pahala yang bisa kita raup didalamnya. Bukankah kita sudah sepakat untuk membangun mahligai cinta kita diatas pilar takwa?

Meskipun kita saling mencintai, namun kita masih membutuhkan cinta Ilahi. Meskipun kasih sayang diantara kita begitu besar, tapi kita masih tetap membutuhkan kasih dan sayang-Nya. Karena sesungguhnya, cinta kita dan kasih sayang diantara kita bersumber dari mata air cinta-Nya. Sehingga, jika kita tidak terus menjaga sumber mata air cinta-Nya, maka selamanya cinta kita hanya bermakna kebersamaan saja. namun itu hanya didunia kita rindukan kebersamaan ini kekal sampai jannahnya.

Dengan memahami bahwa pernikahan memiliki makna yang begitu luhur, pasangan suami dan istri akan dapat menentukan visi dan misi yang terbaik untuk pernikahan mereka, yaitu visi dan misi yang mencerminkan cita-cita sekaligus upaya mencari keridhaan Allah swt. Misalnya :

Visi:

Mencari ridha Allah dalam bentuk keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah yang berada dalam naungan dan rahmat-Nya.

Misi:

1. Menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan pencapaian tujuan.

2. Mempertahankan mitsaqon ghalizha sebagai bentuk pengorbanan kepada Allah dan konsekuensi permintaan kita untuk dipersatukan kepada Allah.

3. Menyadari makna dan mencari ridha Allah (dalam pernikahan) yang bukanlah merupakan sesuatu yang dapat diukur secara duniawi (ingat mencari ridha Allah dengan berhaji mengakibatkan korban beribu-ribu setiap tahunnya; atau mencari ridha Allah dengan berpuasa ada pula banyak yang sakit.)

4. Menjalankan prinsip “memberi” bukan “menuntut”. Mengutamakan kewajiban daripada menuntut hak.

5. Memahami fungsi dan peran masing-masing dan melaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

6. Memahami perbedaan latar belakang kelurga (Budaya) pasangan sehingga dapat mengerti karakteristik (kebiasaan dan sikap) pasangan dan membicarakannya dengan baik bila terdapat hal-hal yang tidak berkenan.

7. Menjunjung tinggi akhlak dalam setiap perbedaan pendapat.

8. Saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

9. Menjaga kehormatan diri dan keluarga.

10. Menjadikan pernikahan sebagai kendaraan untuk mencapai surga, sehingga kenikmatan dunia menjadi prioritas yang lebih rendah (ingat, pernikahan yang sakinah, mawadah, wa rahmah membawa kita kesurga. Sedangkan pernikahan yang berantakan merupakan jalan yang lebih singkat untuk mencapai surga bila disikapi dengan sabar dan cara yang benar).

Jadi harus dimulai dengan niat yang benar karena Allah Ta'ala. mengikuti sunnah rasullullah yakni jalan dakwah membangun rumahtangga yang visioner, Insya Allah pernikahan akan penuh dengan keberkahan.

Sumber :

Mas Udik Abdullah. 2001. Bila Hati Rindu Menikah.Pro-U Media.Yogyakarta.

Mohammad Fauzil Adhim, Salim A. Fillah, dkk. 2013. Menikah Memuliakan Sunnah. Pro-U Media.Yogyakarta

Mohammad Fauzil Adhim.2002.Indahnya Pernikahan Dini. Gema Insani. Jakarta

Monif Y. Rasulallah. 2013. Lebih Barokah Tanpa Pacaran. Ikwah Rasulillah.Yogyakarta

Muhammad Semesta. 2012. Tertimpa Love, Ketika dirimu jatuh cinta.Kutlah Media. Jogyakarta.

Ngadiyo. 2010. How To Handle Masturbation. Inti Medina. Jakarta Timur.

Salim A. Fillah. 2012. Barakallahu Laka Bahagianya Merayakan Cinta. Pro-U Media. Yogyakarta

Setia Furqon Kholid. 2013. Jangan Jatuh Cinta Tapi Bangun Cinta. Rumah Karya publishing. Sumedang

Senin , 15 Juni 2020

23 Syawal 1441 H

#SatuHariSatuTulisan

#TantanganGuruSiana

#TantanganMenulisHari_91

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Maju terus!Luar biasa!

27 Jun
Balas



search

New Post