Salahkah Ondel-Ondel Jalanan?
Ondel-ondel merupakan salah satu kesenian budaya betawi yang berbentuk boneka yang konon sudah ada sejak zaman pra-Islam di Pulau Jawa.
Ondel-ondel umumnya dibuat dari kayu dengan bagian tubuhnya menggunakan dongdang, yaitu sejenis kurungan ayam yang terbuat dari bambu. Diameter lingkaran tubuh ondel-ondel sekitar 1,5 meter, sementara tingginya bisa mencapai 4 meter. Wajah ondel-ondel dibagi menjadi dua, yaitu wajah laki-laki berwarna merah dan perempuan berwarna putih. Tapi menurut kebanyakan orang betawi warna merah dan putih itu sendiri mempunyai arti dan makna masing-masing. Warna merah yang terdapat di wajah ondel-ondel pria melambangkan seorang pria itu harus memiliki keberanian sedangkan warna putih pada wajah ondel-ondel perempuan sendiri melambangkan kesucian seorang wanita. Agar terkesan menarik, kepala ondel-ondel diberi rambut dengan menggunakan ijuk, tak lupa ditambah dengan hiasan berbagai pernak-pernik.
“Ondel-ondel dulunya merupakan simbolisasi dari penjaga kampung dari segala macam bahaya, ancaman, dan wabah penyakit. Hal tersebutlah yang kemudian menjawab pertanyaan mengapa wajah ondel-ondel dibuat begitu menyeramkan.”
Ujar Ajeng Sulastri, anggota Betawi Online Gallery, Setu babakan, Sabtu (21/12/2019). Namun seiring berkembangnya zaman, ondel-ondel tidak lagi hanya digunakan sebagai jimat penangkal sial. Tetapi berkembang menjadi salah satu kebudayaan kebanggaan betawi.
Namun makin kemari makin kita temui banyak sekali ondel-ondel dipinggir jalanan yang berlenggak-lenggok di pinggiran jalan wilayah JABODETABEK.
“Ondel-ondel jalanan itu membuat nama betawi menjadi jelek, karena masa ikon kebanggaan serta budaya yang kita pertahankan dari dulu malah dipakai buat ngamen?”
Kata Endang Papih ketua Laskar Betawi saat ditemui di kediamannya di Ciputat pada hari Sabtu (7/12/2019). Beliau menyatakan pendapat yang kontra terhadap ondel-ondel jalanan yang kerap kali berlalu-lalang meminta sumbangan.
“Ondel-ondel yang sering dipake buat ngamen itu lagi kita cari, kita tangkep-tangkepin. Dari semuanya udah tujuh ondel-ondel yang kita tangkep-tangkepin. Soalnya kebanyakan mereka mengatasnamakan Setu Babakan, padahal bukan.”
Ujar salah satu pengurus Setu Babakan saat ditemui pada hari Sabtu (21/12/2019). menurutnya kebanyakan ondel-ondel yang dipakai untuk ngamen di pinggir-pinggir jalan itu mengatasnamakan Setu Babakan. Sehingga mencoreng nama Betawi serta Setu Babakan itu sendiri.
PANDANGAN DARI PELAKU ONDEL-ONDEL JALANAN
Sabtu, 21 Desember 2019. Setelah saya mengunjungi Setu Babakan untuk mencari beberapa informasi tentang ondel-ondel. Saya juga menyelusuri beberapa daerah di kota Tangerang Selatan untuk bertemu langsung dengan para pelaku ondel-ondel jalanan itu sendiri.
Rendy (16), Igel (9), Anwar (26), Adit (13). Bisa kita lihat ternyata para pelaku ondel-ondel jalanan itu mencakup beberapa usia yang berbeda. Kebanyakan dari mereka merupakan anak-anak sekolah.
“Kita juga dari sanggar, bang. Sanggar cahaya hati, cuma ya memang belum terkenal aja. Kita cuma mau ondel-ondel ngga mati di zaman sekarang ini, kita mau banyak orang yang tau apa itu ondel-ondel. Urusan ada yang ngasih uang atau engga mah belakangan.”
Begitu kata mereka saat berbincang-bincang sedikit dengan saya. Mereka hanya ingin memperkenalkan budaya mereka. Mereka juga mengutarakan banyak ondel-ondel dari sangar lain yang seperti mereka, mereka sering berkumpul dan nongkrong di Puri Beta, Tangerang.
“Kita cuma berharap sama pemerintah dan orang-orang di atas sana. Kita ngga punya niat jahat, kita cuma mau budaya kita ini tetep ada. Kita bakal sangat seneng kalo pemerintah mengadakan festival-festival budaya betawi, kita pasti ikut.”
Hm, jadi bagaimana nih menurut gurusioner?

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cakeep. Lestarikan budaya bangsa
Semoga tetap terjaga dan dilestarikan.
Betul, setujuu!