'Kuunuu kal Pisang, Wa Laa Takuunuu kal Jilatang' (Buya Duskiman Sa'ad)
Siapapun yang pernah membaca Kalilah wa Dimnah pasti akan memahami kalau fabel amat efektif menyampaikan pesan-pesan moral. Melalui fabel, pembaca atau pendengar akan mendapatkan pengajaran dan nilai-nilai tanpa merasa digurui. Lewat fabel, orang akan disindir dengan sindiran yang halus namun tajam. Dengan fabel, manusia akan diingatkan dengan kealfaannya tanpa perlu dimarahi atau dipermalukan.
Kalilah wa Dimnah sendiri adalah novel kumpulan fabel kearifan karya seorang filosof India, Baydaba, yang hidup pada masa Seljuk. Karya Baydaba tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibn Al-Muqaffa'.
Agaknya fabel juga menjadi salah satu metode dakwah Buya Drs. Duskiman Sa'ad Dt. Rajo Sindo, seorang ulama kondang Sumatera Barat yang masyhur dengan ceramah-ceramah berbahasa Minang-nya. Ceramah-ceramah agama Islam Buya Duskiman Sa'ad tersebut sangat kaya dengan fabel (cerita rekaan yang mengambil hewan atau tumbuhan sebagai tokoh). Sebutlah cerita kuda yang patuh dan pandai bersyukur sebagai contoh. Ada juga cerita kera yang kikir, loba, dan rakus. Lalu kisah tentang itik yang turut mendapat bala karena ulah dan laku ayam. Juga cerita tentang induk ayam yang tabah dan penyabar serta bapak ayam yang tidak bertanggung jawab dan kurang ajar.
Terkadang Buya Duskiman Sa'ad juga menyajikan cerita dengan tumbuhan sebagai tokoh. Seperti cerita tentang kelapa yang senantiasa menyebar manfaat serta ikhlas dan kisah tentang pokok durian yang berbakti hingga akhir hayat. Populer juga pepatah Arab-Minang dari beliau yang berbunyi "Kuunuu kal pisang, wa laa takuunuu kal jilatang." Jadilah kamu seperti pisang yang senantiasa bermanfaat dan jangan jadi seperti jilatang, tumbuhan yang menimbulkan rasa gatal, sebagai simbol membuat rusuh di tengah masyarakat.
Cerita-cerita yang disampaikan Buya Duskiman Sa'ad tersebut membuat jamaah menjadi geli, bahkan tertawa terpingkal-pingkal. Seiring dengan tawa itu, jamaah atau setiap pendengar dakwah beliau, dengan tanpa paksaan diajak menyadari kesalahan diri sendiri. Sehingga sejatinya yang ditertawakan itu bukan tokoh hewan atau tumbuhan dalam cerita, tetapi tingkah, laku, sifat, dan kebiasaan diri sendiri. Pada gilirannya, jamaah atau objek dakwah mengakui kesalahannya sendiri tanpa perlu dimarahi, dibentak, dan dipermalukan terlebih dahulu. Di sinilah letak keefektifan fabel sebagai metode dakwah.
Ketika menyampaikan pengajaran dan nilai-nilai yang baik, metode fabel seperti yang ditempuh Buya Duskiman Sa'ad juga ampuh digunakan dalam dakwah. Tanpa merasa digurui, jamaah atau objek dakwah diajak memahami nilai-nilai moral yang baik. Bukan hanya memahaminya pada tataran teoritis, tetapi juga pada tataran praktis atau aplikatif.
Metode fabel dalam ceramah Buya Duskiman Sa'ad ini sejalan dengan filosofi adat Minangkabau, "Alam Takambang Jadi Guru." Sebuah filosofi yang seirama dengan manhaj Al-Qur'an yang dalam banyak ayat-ayatnya menyuruh manusia memperhatikan dan menyelidiki alam semesta.
Sebagai seorang ulama yang juga seorang Datuak (Niniak Mamak), Buya Duskiman Sa'ad menghayati benar filosofi "Alam Takambang Jadi Guru" ini serta memahami betul isyarat Al-Qur'an yang memerintahkan memperhatikan alam semesta dan segala isinya. Orang Minang pada umumnya, memang lihai mengambil contoh, tamsil, pengajaran, dan ibrah pada alam. Angku Yus Dt. Parpatiah sebagai contoh lain yang terkenal dengan ceramah-ceramah adatnya serta populer dengan cerita "Rapek Mancik."
Selain aktif berceramah menyapa masyarakat, Buya Drs. Duskiman Sa'ad Dt. Rajo Sindo juga pernah menjadi Dosen pada Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang (kini UIN IB Padang). Beliau juga meninggalkan karya tulis. Di antaranya sebuah buku berjudul "Aliran-Aliran Kepercayaan dalam Islam" yang menjadi rujukan mahasiswa Ushuluddin khususnya, dan mahasiswa IAIN/UIN umumnya.
Kini beliau telah tiada. Telah lama meninggalkan dunia yang fana. Namun beliau masih aktif memberikan kaji pada masyarakat Minangkabau melalui kaset atau rekaman ceramah yang ditinggalkannya. Semoga hal itu menjadi amal jariyah bagi beliau serta menjadi ilmu bermanfaat yang ditinggalkannya yang pahalanya tidak putus-putus. Aamiin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren tinjuauannya Fauzan, tulisan2 seperti ini harusnya jadi buku. Ditunggu karya2 hebatnya
Mantap Pak Fauzan, terkadang dakwah itu memang harus memiliki trik2 yg unik agar kaji itu mengena, tetapi tidak memarahi jamaah dan berkesan selama hayat, artikel yang kereen, salam.
Benar fauzan, banyak ilmu yg di tinggalkan beliau. Smg beliau tenang di surganya Allah. Aamiin.
Terima kasih Bapak Ibu..
Aamiin..