Hari ini kami ber-istirja.' Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roji'un. Mapel Ilmu Kalam & mapel Akhlak pada jurusan Keagamaan MAN dihilangleburkan. Dileburkan ke mapel Aqidah Akhlak & al-Qur'an Hadis. Ketika ia dileburkan pastilah ada materi Ilmu Kalam & Akhlak yang lama yang dihilangkan. Ketika ia dileburkan, terjadilah pelangsingan (baca: pemiskinan) materi keilmuan agama di jurusan Keagamaan MAN. Besok-besok, apatah lagi yang akan dileburkan atau dihilangkan? Tafsir, Ilmu Hadis, Ushul Fiqh? Na'udzubillahi min dzalik.

Suatu yang pasti, setiap kebijakan yang dibuat pasti akan dipertanggungjawabkan kelak. Yang dikhawatirkan, orang tidak lagi tertarik memasukkan anaknya ke MAN untuk belajar agama. MAN tidak lagi recomended sebagai "surau" tempat menggali ilmu-ilmu syar'i. Karena "surau" itu perlahan roboh, seperti cerpennya AA. Navis, "Robohnya Surau Kami." Atau bahkan sengaja dirobohkan? Boleh jadi orang akan berpikir, kalau mau belajar agama, baguslah ke pondok pesantren benar lagi, atau sekolah-sekolah Islam Terpadu. Di sana, ilmu-ilmu agamanya lebih komplit & mengenyangkan. Tidak kemari tanggung. Tidak "sadang lamak, dihantikan," karena kajinya tidak lagi mendalam. Kalau sudah seperti ini, apa akal kita lagi, wahai para insan Madrasah Aliyah Negeri? Wahai Buya-Buya yang mendiami surau-surau Madrasah Aliyah Negeri?

Sekali lagi, mari beristirja,' Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roji'un. Lalu bertakbirlah empat kali, untuk hilangnya mapel Ilmu Kalam & mapel Akhlak dari kurikulum MAN.