Muhammad Fauzhan 'Azima

Guru terbang tanpa sayap. Saat ini mengabdi di MAN 3 Kota Payakumbuh, SMP Qur'an Al-Zamriyah Kabupaten 50 Kota, dan UIN Imam Bonjol Padang. Pecinta puisi dan fo...

Selengkapnya
Navigasi Web
PAK NATSIR, SANG MUJAHID DAKWAH
Puisi Natsir untuk Hamka, Puisi Hamka untuk Natsir

PAK NATSIR, SANG MUJAHID DAKWAH

Berbicara tentang Soekarno, tidak lengkap rasanya kalau tidak berbicara tentang Hatta. Demikian juga, bercerita tentang Hamka, tidak lengkap rasanya kalau tidak bercerita tentang Natsir. Hamka dan Natsir memang berkawan karib. Kawan seagama, kawan sedaerah, kawan seide segagasan, kawan sehaluan, kawan setujuan, kawan separtai, dan kawan seperjuangan. Acap kali, dimana ada Hamka, di situ ada Natsir, dan dimana ada Natsir, di sana juga ada Hamka. Natsir sering mengiringi perjalanan Hamka, dan Hamka hampir selalu menemani perjalanan Natsir.

Dalam politik, Natsir dan Hamka sebiduk, yakni Masyumi. Dalam perjuangan dakwah, walaupun tidak se-Surau (Hamka bergabung dengan Muhammadiyah, sementara Natsir bergabung dengan Persis dan kemudian mendirikan DDII), dakwah mereka tetap seayun selangkah. Apatah lagi, Muhammadiyah, Persis, dan DDII, memiliki corak yang sama, yakni corak modernis yang berorientasi pada pemurnian dan pembaharuan (tajdid). Kalaulah boleh menganalogikan, persahabatan Hamka-Natsir dalam dakwah, bagaikan persahabatan Musa dan Harun 'alaihimassalam. Saling mengisi, saling melengkapi, saling membantu, dan saling menguatkan.

Natsir, lengkapnya Mohammad Natsir yang sering dipanggil Pak Natsir ialah sosok ulama besar, pemimpin, negarawan, dan politisi yang berkarisma. Tutur katanya sejuk, sesejuk hawa Alahan Panjang, Sumatera Barat, kampung kelahiran Pak Natsir. Muatan kata-katanya tegas, setegas watak orang Minang pada umumnya. Ceramah-ceramah yang disampaikannya mampu memukau jama'ah, sehingga pesan dakwahnya tersebut benar-benar sampai ke hati para pendengar. Interaksinya dengan pendengar atau jama'ahnya adalah interaksi "dari hati ke hati."

Sebagai politisi, Pak Natsir adalah politisi penuh teladan. Sama seperti Bung Hatta dan Inyiak Haji Agus Salim, Pak Natsir termasuk politisi paling sederhana yang pernah dimiliki Republik ini. Ketika menjabat sebagai menteri, beliau tidak segan mengendarai sepeda butut. Kalaupun akan menyetir mobil, mobilnya adalah mobil usang yang ketinggalan zaman. Baju dinasnya sebagai menteri, sering itu ke itu saja, sehingga banyak bawahannya di Kementerian yang prihatin dengan hidup Pak Natsir. Pak Natsir memang sosok sederhana luar biasa. Ego dan gengsi sebagai pejabat tinggi tidak ada dalam kamus hidup Pak Natsir. Kini, betapa susah mencari pejabat yang mau dan mampu hidup sederhana. Sesusah mencari air di tengah gurun sahara.

Sebagai negarawan, Pak Natsir terkenal dengan Mosi Integral-nya. Sebuah mosi yang ingin menyatukan Indonesia menjadi NKRI, setelah sebelumnya Indonesia dipecah belah oleh Belanda menjadi beberapa negara bagian. Oleh karena itu, tidak logis dan tidak masuk akal plus ahistoris jika kemudian Natsiris (sebutan untuk para pengikut ide dan gagasan Natsir) disebut sebagai orang-orang yang anti NKRI. Padahal gagasan NKRI tersebut lahir dari teladan mereka.

Sebagai pemimpin, kepemimpinan Pak Natsir tidak hanya diakui Indonesia, tetapi juga diakui dunia. King Faisal, Raja Arab Saudi bahkan pernah berkata, "Mohammad Natsir bukan hanya pemimpin umat Islam Indonesia saja, tetapi juga pemimpin umat Islam dunia, pemimpin kami ini." Saking berpengaruhnya Pak Natsir di mata dunia, bangsa Jepang serasa kejatuhan bom atom kali ketiga ketika mendengar kabar wafatnya Pak Natsir.

Guru utama Pak Natsir yang banyak memberi pengaruh dalam kehidupannya adalah Ustadz A. Hassan, pemimpin Persis yang jago debat itu. Kepada Ustadz A. Hassan, Natsir muda banyak berguru dan belajar, khususnya tentang agama Islam.

Seperti K.H. A. Dahlan, Pak Natsir, dalam dakwahnya, getol membuka kedok Kristenisasi yang dilakukan secara tidak sportif. Pak Natsir sering mengingatkan umat Islam tentang cara-cara licik oknum Misionaris Katolik dan Zending Kristen Protestan dalam menyebarkan agamanya. Tidak hanya itu, Pak Natsir juga mengingatkan umat agar meningkatkan kepekaan dan kepedulian pada saudara seagama, terutama saudara seagama yang masih lemah ekonominya. Umat Islam, kata Pak Natsir, harus bergerak cepat mengayomi muslim yang masih dhu'afa tersebut. Jangan sampai kefakiran membawa mereka pada kekafiran. Jangan sampai mereka menukar iman dengan sekardus mie instan. Agaknya, hal ini juga yang mendorong Pak Natsir mendirikan DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia). Sebuah lembaga dakwah yang aktif mengkader da'i dan menyebarnya ke berbagai daerah, terutama daerah-daerah yang terpencil.

Ketika usianya telah "laruik sanjo," Pak Natsir masih aktif berdakwah. Menyapa umat melalui mimbar-mimbar Masjid, atau turun langsung ke tengah komunitas umat Islam. Dalam berdakwah, Pak Natsir tidak hanya berceramah melulu. Terkadang beliau juga berpuisi. Berikut ini, sebagai penutup, penulis hidangkan puisi karya Pak Natsir yang dikutip dari buku Mohammad Natsir Pemandu Umat.

"PEMIMPIN PULANG" Karya M. Natsir

(Medan Jihad, Maulud 1384 H/24 Agustus 1961 M)

Empat cara pulang bagi seorang pemimpin dari perjuangan.

Dia pulang dengan kepala tegak membawa hasil perjuangan.

Dia pulang dengan kepala tegak tetapi tangan dibelenggu musuh untuk calon penghuni tertungku atau lebih dari itu. Riwayatnya akan jadi pupuk penyubur tanah perjuangan bagi para mujahidin seterusnya.

Dia pulang. Tetapi yang pulang hanya namanya. Jasadnya sudah tinggal di medan jihad. Sebenarnya di samping namanya, juga turut pulang ruhnya yang hidup dan menghidupkan ruh umat sampai tahun berganti musim serta mengilhami para pemimpin yang akan timbul di belakangnya.

Dia pulang dengan tangan ke atas. Kepala terkulai, hatinya menyerah kecut kepada musuh yang memusuhi Allah dan Rasul. Yang pulang itu jasadnya yang satu kali juga akan hancur. Nyawanya mematikan ruh umat buat zaman yang panjang.

Entah pabila umat itu akan hidup kembali. Mungkin akan ditukar oleh Ilahi dengan umat yang lain yang lebih baik nanti.

Ia "Pemimpin" dengan tanda kutip.

Adakalanya ada nahkoda, berpirau melawan arus. Tapi berpantang ia bertukar haluan, berbalik arah. Ia belum pulang!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Muhamma fauzan azima dulu dari MTsN mana kalau boleh tahu?

29 Apr
Balas

MTsN Koto Nan Ampek, sekarang MTsN 1 Pyk, buk

29 Apr
Balas



search

New Post