Prof. Mahmud Yunus Legenda Pendidikan Islam di Indonesia
Agaknya tidak ada insan pendidikan Islam yang tidak mengenal Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Beliau ialah tokoh pendidikan Islam di Indonesia yang melegenda. Hingga kini, karya dan pemikiran Prof. Mahmud di bidang pendidikan masih menjadi referensi penting di perguruan tinggi Islam di Indonesia, khususnya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Guru Besar Pendidikan Islam ini lahir di Sungayang, Batusangkar. Sebuah daerah sejuk di dataran tinggi Sumatera Barat. Beliau tumbuh dan besar dalam lingkungan keluarga yang sederhana dan taat beragama. Ayahnya, Yunus bin Incek ialah seorang bekas santri Surau yang kemudian diangkat menjadi Imam Nagari di kampungnya.
Setelah belajar dasar agama pada orang tuanya, Mahmud muda kemudian mendalami ilmu-ilmu agama (termasuk ilmu alat/ilmu bahasa Arab) kepada Syaikh M. Thaib Umar Sungayang, salah seorang ulama besar Minangkabau yang menjadi rujukan para "anak siak." Syaikh M. Thaib Umar mendirikan sebuah madrasah yang diberi nama Madras School. Di Madras School itulah Mahmud muda bertekun menimba ilmu pada Syaikh M. Thaib Umar. Karena kecemerlangan dan kecerdasan otaknya, Mahmud Yunus kemudian dipercaya menjadi guru di Madras School. Tidak hanya itu, Mahmud Yunus kemudian juga diamanahi memimpin Madras School, meneruskan kepemimpinan Syaikh M. Thaib Umar.
Penguasaan bahasa Arab yang baik sejak dini membuat Mahmud Yunus gemar melahap karya-karya ulama Timur Tengah. Kemantapan dalam berbahasa Arab tersebut juga memudahkan Mahmud Yunus menyusun karya tulis dalam bahasa Arab. Selain itu, kekayaannya dengan mufradat (kosa kata) bahasa Arab menjadi modal besar bagi Mahmud Yunus ketika menyusun Kamus Arab-Indonesia, sebuah kamus bahasa Arab yang sangat populer di kalangan santri dan siswa sekolah agama di Nusantara.
Mahmud Yunus termasuk orang Minang yang melanjutkan tradisi belajar ke Mesir. Setelah sebelumnya dirintis oleh Syaikh Thaher Jalaluddin Al-Falaki Al-Azhari, ahli ilmu falak yang notabene sepupu Syaikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawwi (Imam Besar Masjidil Haram dalam Madzhab Syafi'i). Di Negeri Piramid tersebut, Mahmud Yunus menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar yang kemudian dilanjutkannya ke Madrasah Darul 'Ulum Al-Ulya dengan mengambil Takhassus Tadris (konsentrasi ilmu pendidikan dan pengajaran).
Seperti Hamka, Prof. Mahmud merupakan ulama penulis yang produktif. Karya-karya Prof. Mahmud tidak hanya dalam satu disiplin ilmu, tetapi lintas disiplin ilmu. Dalam bidang ilmu pendidikan, Prof. Mahmud menghasilkan beberapa buku, antara lain Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat, Al-Tarbiyah wa Al-Ta'lim. Adapun dalam bidang bahasa Arab, selain Kamus Arab-Indonesia, Prof. Mahmud menulis Metodik Khusus Bahasa Arab dan Durus Al-Lughat Al-'Arabiyyah. Dalam bidang sejarah, masterpiece Prof. Mahmud adalah Sejarah Islam di Minangkabau.
Kemudian dalam bidang tafsir, Prof. Mahmud menulis Tafsir Al-Qur'an Al-Karim, sebuah kitab tafsir Al-Qur'an 30 juz dengan bahasa yang mudah dipahami. Konon tafsir tersebut beliau tulis ketika usaha penerjemahan dan penafsiran Al-Qur'an dinilai tabu oleh pandangan umum masyarakat Indonesia ketika itu. Dipandang tabu, karena penerjemahan dan penafsiran Al-Qur'an dianggap dapat mengganggu kesakralan Al-Qur'an. Sebuah pemahaman keliru yang coba diluruskan oleh Prof. Mahmud. Salah satu caranya, dengan menulis kitab tafsir berbahasa Indonesia tersebut.
Adapun dalam bidang fikih, karya Prof. Mahmud, antara lain Al-Masail Al-Fiqhiyyah 'ala Madzahib Al-Arba'ah. Sebuah kitab yang memuat beberapa permasalahan fikih populer dengan sudut pandang empat madzhab. Sedangkan dalam bidang ilmu hadis, Prof. Mahmud menulis kitab Ilmu Mushthalah Al-Hadits. Dalam lapangan ilmu hadis ini, Prof. Mahmud termasuk ulama yang mutasyaddid (ketat) dalam menyikapi hadis dha'if. Indikatornya, dalam kitab Ilmu Mushthalah Al-Hadits-nya tersebut, Prof. Mahmud menyatakan bahwa periwayatan hadis dha'if tanpa menjelaskan kedha'ifannya merupakan kemudharatan yang besar.
Semakin menakjubkan, rupanya Prof. Mahmud tidak hanya menghasilkan karya tulis dalam bidang ilmu pendidikan, bahasa Arab, sejarah, tafsir, fikih, dan ilmu hadis, tetapi beliau juga menulis tentang ilmu perbandingan agama dengan kitab Al-Adyan (versi bahasa Arab) dan Ilmu Perbandingan Agama (versi bahasa Indonesia) sebagai karyanya. Kajian perbandingan agama ketika itu boleh dibilang langka di kalangan ulama Nusantara. Namun Prof. Mahmud hadir menjawab kelangkaan tersebut.
Salah satu jasa besar Rektor Pertama IAIN Imam Bonjol ini yang tidak boleh dilupakan adalah usahanya memasukkan pelajaran agama ke dalam kurikulum sekolah umum yang berada di bawah payung pemerintah. Berkat usahanya tersebut, pelajaran agama tidak lagi hanya didalami oleh pelajar sekolah agama, tetapi juga dipelajari oleh siswa sekolah umum.
Setelah berkiprah dalam berbagai posisi dan menghasilkan puluhan karya tulis, akhirnya Prof. Mahmud Yunus tutup usia pada tanggal 16 Januari 1982. Kini, pemikiran Prof. Mahmud masih terus diperbincangkan di berbagai perguruan tinggi Islam. Karya-karyanya masih terus dirujuk. Selain itu, nama besarnya juga diabadikan sebagai nama auditorium IAIN Imam Bonjol Padang yang kini telah bermetamorfosis jadi UIN Imam Bonjol Padang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa. Sumbar memiliki segudang tokoh 2 beaar ya Fauzan. Tetap teguh ya dlm mengkaji tokoh dr kampung kita.