Muhammad Mutatohirin

Penulis dan Guru SDIT Muhammadiyah Bandarlampung...

Selengkapnya
Navigasi Web
Anak Aset Pahala

Anak Aset Pahala

Tentunya setiap orang tua senang ketika melihat anak-anaknya taat beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena tidak ada kebahagiaan yang lebih membahagiakan bagi orang tua daripada ketika melihat anak-anaknya bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ketika kita ingin memiliki anak-anak yang taat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, bertaqwa, shalih dan shalihah, hal tersebut bukanlah hal yang instan untuk didapatkan. Melainkan butuh proses yang terus berkelanjutan. Penanaman sejak dini oleh orang tua kepada anaknya dalam ketaatan. Sedari kecil orang tuanya memberikan keteladanan dan membentuk pola pendidikan dalam keluarga yang mendukung tumbuh kembang anaknya dalam ketaatan.

Ketika seorang ayah bangun subuh, lalu membangunkan putranya untuk di ajak ke masjid, mengajak putranya untuk melaksanakan salat subuh berjama’ah. Ini merupakan pendidikan yang sangat berharga bagi anaknya, pembiasaan kebaikan dan ketaatan sejak dini. Ketika orang tua melihat anaknya makan dengan tangan kiri, kemudian menasehati dan mengarahkannya untuk makan dengan tangan kanan, ini adalah pendidikan yang sangat berharga. Pendidikan itu akan sangat membekas di memori anaknya, ketika anaknya dilibatkan dan dibiasakan dalam kebaikan.

Pengajaran yang dilakukan orang tua ini akan menjadi aset pahala baginya, ketika anaknya terbiasa melakukan dan senang berbuat kebaikan, disebabkan pembiasaan dan penanaman akhlak yang orang tua lakukan. Seseorang tidak akan mendapatkan hasil kecuali dari apa yang dia usahakan. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (Surat An-Najm ayat 3)

Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya An-Nafahat Al-Makkiyah, yaitu:

38-39. Allah menjelaskan apa isi dai lembaran-lembaran itu : Ketahuilah bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya manusia kecuali akan dibalas atas usaha dan amalannya; Maka anak-anaknya dan amalan-amalan, serta lain-lainnya termasuk dari usahanya.

Anak-anak kita adalah termasuk hasil usaha kita. Rasulullah bersabda,

إِنَّ أَطْيَبَ مَاأَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ.

"Sebaik-baik makanan yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil usahanya. Dan anaknya merupakan bagian dari hasil usahanya." (HR. An-Nasa'i dan dishahihkan oleh al-Albani)

Jadi ketika anak kita berbuat kebaikan, orang akan mendapatkan pahalanya otomatis tanpa harus diniatkan. Anak shalih merupakan aset pahala orang tuanya. Suplai kebaikan bagi orang tuanya baik ketika masih hidup ataupun setelah kematiannya. Oleh karena itu, wajib bagi seorang muslim (orang tua) mendidik anak-anaknya dan menumbuhkan mereka di atas ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Anak-anak kita adalah penerus kebaikan kita. Mereka terus-menerus berdoa dengan penuh keikhlasan, bahkan ketika kita telah berada di dalam kubur. Dengan memiliki anak yang shalih dan shalihah pahala kita tidak akan terputus setelah kematian atas izin Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim no. 1631).

Istihgfar anak yang shalih sangatlah bermanfaat bagi orang tuanya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى لِيْ هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

Ada seorang lelaki yang kedudukannya terangkat di syurga kelak.” Ia pun bertanya,”Bagaimana ini?” Maka dijawab: “Lantaran istighfar anakmu.(HR. Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.1617).

Keshalihan anak mendorong dia untuk senantiasa mendoakan orang tuanya yang anaknya tersebut merupakan hasil usaha keduanya, tentunya semua itu atas hidayah dan izin Allah Subhanahu wa ta’ala. Semoga Allah jadikan kita anak yang shalih dan shalihah. Allah bimbing kita untuk bisa membimbing dan mendidik anak-anak kita, sehingga menjadi anak yang shalih dan shalihah taat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, aamiiin ya Rabb. (MMT)

Referensi : https://tafsirweb.com/10153-surat-an-najm-ayat-39.html

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post