SALAH DIDIK

(Oleh: Muhammad Nuri)

Banyak harapan orang tua untuk memiliki anak yang baik. Baik sikapnya, baik ucapannya, baik prestasinya, baik kesehatannya, dan baik akhlaqnya.

Berbagai cara yang ditempuh untuk mewujudkan keinginan itu.

Ada yang menempuh dengan cara memasukkan anaknya ke pondok pesantren, memasukkan anaknya ke lembaga bimbel, memasukkan anaknya ke sekolah favorit dan juga memasukkan ke sanggar-sanggar yang terkenal.

Selain itu ada yang dididik sendiri dengan menggunakan nasihat-nasihat para leluhurnya.

Bersama ini saya akan menyampaikan bebarapa contoh tentang salah didik.

Pertama, ada orang tua yang yang mengharapkan anaknya agar tetap sehat, tidak kecapekan, dengan memperlakukan sering dibantu, sering diberi segala permintaannya, atau dengan kata lain dengan memanjakan anaknya.

Hal ini saya anggap sebagai salah didik, karena disisi lain anak kurang segera bisa mandiri untuk ukuran dirinya, kurang tabah dalam menghadapi masalahnya.

Kedua, ada orang tua berharap agar anaknya tidak mengucapkan kata-kata jorok/kasar, dengan cara mengganti kata-kata yang dianggap jorok dengan kata lain yang. Misalnya mengganti kata pipis dengan kata menyanyi.

Hal ini kurang baik karena dapat berakibat salah faham bila nantinya berkomunikasi dengan orang lain pada waktu menggunakan kata yang digantikan tersebut, atau anak tersebut tidak faham ketika membaca dan menemukan kata yang telah diubah namanya tersebut.

Ketiga ada orang tua yang mendidik anaknya yang masih cedal atau pelo dengan cara orang tua menirukan perkataan anaknya yang pelo dengan tujuan biar anaknya faham akan maksud orang tuanya.

Contohnya , anak belum dapat mengucapkan kata perut, tapi bisanya pelut, sehingga setiap orang tuanya mau mengucapkan perut selalu diganti dengan kata pelut dengan tujuan anaknya bisa faham akan maksud orang tuanya.

Hal ini tidak mendidik, karena dengan cara itu anak menganggap apa yang diucapkan orang tuanya sudah benar, sehingga anak tidak berusaha mengubah dan mengucapkan dengan sebenarnya.

Keempat, ada orang tua yang menginginkan agar anaknya tidak terluka dengan benda yang dianggap membahayakan, sehingga dirumahnya dilarang menggunakan pisau, dilarang menggunakan korek api, dilarang menyalakan kompor .

Hal ini kurang baik, karena pendidikan yang seperti ini kurang dapat mendidik anak dalam kemandirian, trampil, dan kurang dapat menghadapi permasalahan hidupnya.

Kelima, orang tua yang melihat anaknya berlarian kemudian jatuh, kemudian melarang anaknya untuk berlari.

Tindakan seperti ini tidak membantu perkembangan anak.

Keenam, seorang ibu mengancam anaknya yang melanggar peraturan dengan kata-kata “awas nanti saya beritahukan kepada ayah biar kamu dimarahi”

Ucapan seperti ini kurang mendidik, karena menjadikan anak hanya patuh dan takut kepada ayah.

Ketujuh, orang tua berpesan kepada anaknya agar mengatakan bahwa orang tuanya tidak ada di rumah kepada tamu yang sedang mencarinya, padahal sebenarnya ada di rumah.

Hal seperti ini mendidik anak untuk berbohong.

Kedelapan, ketika anaknya jatuh terantuk batu, ibunya menyalahkan bahwa batunya itu yang nakal. Hal seperti ini kurang mendidik karena anak tidak instropeksi diri.