RAUNGAN SIRINE AMBULAN
RAUNGAN SIRINE AMBULAN
(Bagian Kelima)
MUHAMMAD NUR, S.Pd., M.Pd.
GURU SMPN 2 BATUSANGKAR
#Tantangan Gurusiana Hari ke-5#
Setelah dokter dan tim medis selesai menyelenggarakan kepulangan jenazah ayah dari rumah sakit keadaan sedih memilu masih menyelimuti suasana di sore itu. Semua yang menyaksikan detik-detik kepergian ayah belum seorang pun beranjak dari posisinya. Semua masih memandangi jenazah ayah sudah ditutupi dengan kain. Sekali-sekali ibu yang masih duduk disamping jenazah ayah membuka kain dan melihat dalam-dalam jenazah ayah. Air mata ibu tidak pernah berhenti dan sekali-sekali diiringi dengan tangisan yang memilukan hati setiap yang mendengarnya. Kami telah menyadarkan ibu dari alam ilusinya. Namun ibu tidak menggubrisnya. Bahkan isakan yang memilukan semakin mendalam, sehingga menambah kepedihan yang hadir disaat itu.
Dokter memberi tahu kepada kami bahwa jenazah ayah akan dibawa pulang satu jam setelah almarhum menghembuskan nafas terakhirnya. Saudaraku yang lain dengan air mata yang masih berderai mengumpulkan dan memasukkannya ke dalam tas rapikan barang-barang dan perlengkapan selama dirawat di rumah sakit. Yang lainnya mengurus administrasi kepulangan jenazah ayah. Dan diantaranya ada yang mengurus mobil ambulan untuk membawa jenazah ayah pulang.
Setelah proses persiapan pulang selesai, tiba-tiba beberapa orang perawat laki-laki memasuki ruang untuk membawa jenazah ayah ke mobil ambulan yang sudah menunggu di luar. Semua kami yang berada di ruang itu ikut mengantarkan jenazah ayah ke mobil ambulan. Dengan perlahan dan penuh hati-hati jenazah ayah dimasukkan ke mobil ambulan. Aku dengan beberapa orang tenaga medis pulang dengan mobil ambulan. Mobil ambulan mulai meluncur dengan kecepatan normal. Sepanjang jalan pandanganku tak lepas dari sosok yang terbaring kaku diselimuti kain di depanku. Selama itu pula derai buliran air bening membasahi pipiku. Aku masih tidak percaya bahwa ayah telah pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
Sepanjang jalan raungan sirine ambulan semakin menyayat hati. Syahdunya nada sirine semakin memilukan hati. Hanya hitungan sepuluh menit perjalanan, sampailah jenazah ayah di kampung. Banyak orang sudah menanti kedatangan jenazah ayah. Tua-muda, laki-laki-perempuan, sanak saudara, handai tolan, dan orang kebanyakan telah menanti jenazah ayah. Diantara mereka, ikut mengusung jenazah ayah dari mobil ambulan ke rumah yang jaraknya lebih kurang dua ratus meter. Sementara pembezuk lainnya mengiringi dengan kesedihan yang mendalam juga.
---bersambung---
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar