Tiga semester menikmati LDR dengan istri. Hari-hari saya di Bandung dihabiskan dengan menatap layar HP dan berbicara secara gaib dengan istri melalui platform video call yang disediakan oleh aplikasi What’sApp. Pagi, siang, malam kami jelajahi waktu melalui jaringan internet. Di kost saya hanya bayar wifi sebesar lima puluh ribu rupiah perbulan. Namun bagi istri saya nominal itu hanya untuk satu minggu karna pakai provider warna merah putih.

Istri mulai kesal karna pengeluaran untuk voucer internet mulai menguras isi ATM. Hampir di sepertiga malamnya memanjatkan doa agar hubungan Jarak Jauh ini segera menemui ujungnya. Finally doa istri saya mulai diijabah pada bulan ketiga di tahun 2020. Allah telah mengirimkan pasukan berupa Virus yang berbentuk mahkota ke Indonesia. Dalam bahasa Spanyol disebut Corona. Demi menghindari itu, akhirnya saya dipaksa untuk pulang ke Rumah tepatnya di Taluk Kuantan. Padahal Tesis masih harus digarap dan diselesaikan melaui bimbingan dengan dosen.

Hari-hari yang biasanya saya habiskan dengan dosen untuk bimbingan secara langsung kini malah sebaliknya. Saat ini LDR saya jalani dengan dosen pembimbing. Bimbingan Tesis harus dilakukan secara virtual dan email. Tiap minggu harus mengerjakan revisi Tesis. Menjalani hubungan dan komunikasi jarak jauh dengan dosen pembimbing seperti makan gulai asam pedas Patin khas Riau. Ada manis, asin dan gurihnya.

Lebih dari lima bulan menjalani LDR dengan dosen pembimbing. Akhirnya pada 12 Agustus 2020 kami mengakhiri semuanya. Ujian Tesis tahap dua menggunakan zoom meeting menjadi saksi lulusnya saya pada program magister pendidikan bahasa Jepang UPI dan berakhirnya LDR dengan dosen pembimbing. Alhamdulillah.