Muhammad Rahmad Syalehin, S.Pd

Nama : Muhammad Rahmad Syalehin, S.PdGelar ini saya dapatkan dengan menempuh pendidikan pada jurusan Pendidikan Fisika di Universitas Lambung Mangkurat dan lulu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Proses dan Pelaksanaan Pendidikan Pemikiran Ki Hajar Dewanatara

Proses dan Pelaksanaan Pendidikan Pemikiran Ki Hajar Dewanatara

KONSEP PENDIDIKAN PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

Pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa dasar yang harus ada dalam pendidikan adalah adanya persamaan persepsi antara penegak atau pemimpin pendidikan tentang arti “mendidik” itu sendiri. Beliau menyatakan mendidik adalah proses memanusiakan manusia dengan adanya pendidikan diharapkan derajat hidup manusia bisa bergerak vertikal ke atas ke taraf insani yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara ada dua hal yang harus dibedakan yaitu, “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang harus bersinergis satu sama lain. Adapun menurut beliau pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan mengarah pada memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Jadi jelaslah bahwa manusia yang merdeka adalah manusia yang hidupnya secara lahir dan batin tidak terganggu kepada orang lain, akan tetapi ia mampu bersandar dan berdiri di atas kakinya sendiri. Artinya sistem pendidikan itu mampu menjadikan setiap individu hidup mandiri dan berpikir sendiri.

Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa Pendidikan ialah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan (Ki Suratman, 1987: 12). Sedang yang dimaksud adab kemanusiaan adalah tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia yang berkembang selama hidupnya. Artinya dalam upaya mencapai kepribadian seseorang atau karakter seseorang, maka adab kemanusiaan adalah tingkat yang tertinggi. Dari definisi pendidikan tersebut terdapat dua kalimat kunci yaitu; “tumbuhnya jiwa raga anak” dan “kemajuan anak lahir-batin”. Dari dua kalimat kunci tersebut dapat dimaknai bahwa manusia bereksistensi ragawi dan rokhani atau berwujud raga dan jiwa. Adapun pengertian jiwa dalam budaya bangsa meliputi “ngerti, ngrasa, lan nglakoni” (cipta, rasa, dan karsa).

Ki Hajar Dewantara lebih lanjut menegaskan bahwa pendidikan itu suatu tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Ini berarti bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak para pendidik. Anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Seperti yang termaktub di muka, maka apa yang dikatakan kekuatan kodrati yang ada pada anak itu tidak lain ialah segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu, yang ada karena kekuatan kodrat. Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.

KESIMPULAN KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

Dari konsepsi diatas maka kesimpulan pemikiran Ki Hajar Dewantara ingin; a) menempatkan anak didik sebagai pusat pendidikan, b) memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dengan demikian bersifat dinamis, dan c) mengutamakan keseimbangan antar cipta, rasa, dan karsa dalam diri anak. Dengan demikian pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sekedar proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge, tetapi sekaligus pendidikan juga sebagai proses transformasi nilai (transformation of value). Dengan kata lain pendidikan adalah proses pembetukan karakter manusia agar menjadi sebenarbenar manusia

PROSES & PELAKSANAAN PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

Dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, Ki Hadjar Dewantara memandang adanya tiga pusat pendidikan yang memiliki peranan besar. Semua ini disebut “Tripusat Pendidikan”. Tripusat Pendidikan mengakui adanya pusatpusat pendidikan yaitu; 1) Pendidikan di lingkungan keluarga, 2) Pendidikan di lingkungan perguruan, dan 3) Pendidikan di lingkungan kemasyarakatan atau alam pemuda. Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Sejak timbul adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti atau karakter dari tiap-tiap manusia. Alam perguruan merupakan pusat perguruan yang teristimewa berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual) beserta pemberian ilmu pengetahuan (balai-wiyata). Alam kemasyarakatan atau alam pemuda merupakan kancah pemuda untuk beraktivitas dan beraktualisasi diri mengembangkan potensi dirinya. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut sangat erat kaitannya satu dengan lainnya, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan, dan memerlukan kerjasama yang sebaik-baiknya, untuk memperoleh hasil pendidikan maksimal seperti yang dicita-citakan.

Selain tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara mengemukakan ajaran Trikon. Teori Trikon merupakan usaha pembinaan kebudayaan nasional yang mengandung tiga unsur yaitu kontinuitas, konsentrisitas, dan konvergensi. Dasar kontinuitas berarti bahwa budaya, kebudayaan atau garis hidup bangsa itu sifatnya kontinu, bersambung tak putus-putus. Dasar konsentris berarti bahwa dalam mengembangkan kebudayaan harus bersikap terbuka, namun kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan di sekitar kita. Dasar konvergensi mempunyai arti bahwa dalam membina karakter bangsa, bersama-sama bangsa lain diusahakan terbinanya karakter dunia sebagai kebudayaan kesatuan umat sedunia (konvergen), tanpa mengorbankan kepribadian atau identitas bangsa masing-masing.

Dalam pelaksanaan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan “Sistem Among” sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam menempatkan anak sebagai sentral proses pendidikan. Dalam Sistem Among, maka setiap pamong sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap: Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri handayani. Ing ngarsa sung tuladha mengandung makna, sebagai pendidik adalah orang yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman, hendaknya mampu menjadi contoh yang baik atau dapat dijadikan sebagai “central figure” bagi siswa. Ing madya mangun karsa mengandung makna bahwa pamong atau pendidik sebagai pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan minat, hasrat dan kemauan anak didik untuk dapat kreatif dan berkarya, guna mengabdikan diri kepada cita-cita yang luhur dan ideal. Tutwuri berarti mengikuti dari belakang dengan penuh perhatian dan penuh tanggung jawab berdasarkan cinta dan kasih sayang yang bebas dari pamrih dan jauh dari sifat authoritative, possessive, protective dan permissive yang sewenang-wenang. Sedangkan handayani berarti memberi kebebasan, kesempatan dengan perhatian dan bimbingan yang memungkinkan anak didik atas inisiatif sendiri dan pengalaman sendiri, supaya mereka berkembang menurut garis kodrat pribadinya.

Cara mendidik menurut Ki Hadjar Dewantara disebutnya sebagai “peralatan pendidikan”. Menurut Ki Hadjar Dewantara cara mendidik itu amat banyak, tetapi terdapat beberapa cara yng patut diperhatikan, yaitu (a) Memberi contoh (voorbeelt), (b) Pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming), (c) Pengajaran (wulang-wuruk), (d) Laku (zelfbeheersching), (e) Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa).

Apa Strategi Mengajar dalam Mewujudkan Pemikiran Ki Hajar Dewantara?

· Memberikan kesempatan berpendapat

· Guru yang menciptakan pembelajaran bermakna

· Berpartisipasi dengan kesepakatan kelas

· Guru bersikap demokratis dan memberi teladan

· Guru yang menjadi tauladan murid

· Memanusiakan manusia

· Melatih murid memberikan feedback

· Guru yang mampu memotivasi untuk belajar sepanjang hayat

· RPP jangan membosankan, harus selalu di evaluasi & dikembangkan

· Membuat suasana kelas lebih menyenangkan dan nyaman

· Mengenali karakteristik murid dengan baik

· Mengenali tes kecerdasan dominan murid

· Melayani murid yang berbeda selera belajar

· Peduli, perhatian,ramah adil, sayang dengan murid

· Menuntun murid mengembangkan potensi sesuai kodrat, minat dan bakat

· Menuntun murid memiliki keterampilan dan sukses di masa depan

Proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD adalah pembelajaran berpusat pada siswa, dengan memberikan penghormatan sepenuhnya pada siswa, menghamba pada siswa dimana artinya adalah segala bentuk tuntunan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan siswa, sebagai guru kita bertindak sebagai fasilitator, pendamping dan yang menuntun siswa menemukan perubahannya, dari tidak tahu menjadi tahu sekaligus memiliki berbudi pekerti yang baik. Seorang guru harus berusaha menciptakan iklim belajar yang kondusif agar siswa nyaman, sekalipun pelajaran yang diampu tidak terlalu diminati. Berusaha bahwa siswa dengan bakat dan minat masing-masing berkembang sesuai dengan kodratnya. Dengan tidak memaksakan hasil belajar dengan target yang tinggi dan seragam, menerima perbedaan karakter dan kebiasaan peserta didik akan serta merta berbeda pula perlakuannya. Memberikan kebebasan pada peserta didik menyelesaikan dengan caranya, tidak mendikte hasil pekerjaan harus sama satu dengan yang lain, bebas berekspresi. Berusaha penuh meninjau kembali kondisi awal peserta didik, mempelajari latar belakang peserta didik agar bisa sepenuhnya menjadi fasilitator dengan tingkat keragaman yang tinggi, maka perlakuan terhadap peserta didik akan berbeda-beda pula sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post