Khotbah Jum'at Indonesia-Mandar-English

KHUTBAH PERTAMA KATO’BA PAMMULANG FIRST KHUTBAH

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ‏

(QS Ali ‘Imran [3]: 102)

Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya, terutama nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Alhamdulillah (inggannana pappuji apppunnannnai Puang Allahu Ta’ala), merau sukkuri tau lao di Puang Allahu Ta’ala pole di inggannanna pappenyamang anna pappetandoiyanna, terutama pappenyamang tappa’ anna Asallangan. Salawa’ anna beresallang mamuare’i simata napalolongi pammasena Puang Allahu Ta’ala lao di pangulunna alang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Alhamdulillah, give thanks to Allah for all His blessings and gifts, especially the favors of faith and Islam. Sholawat and salaam may always be poured out to the lord of nature, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Bertakwalah kepada Allah. Jauhi semua larangan-Nya dan penuhi seluruh perintah-Nya tanpa tapi dan tanpa nanti.

Piatakwa le’ba’o lao di Puang Allahu Ta’ala. Pe’akaramboi inggannana anu naposara anna pogau’ toi ingannana pesio-Na tanpa tapi anna maninipa.

Fear Allah. Stay away from all His prohibitions and fulfill all His commands without delay and without later.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Inggannana to pole ma’bareJama’ (ma’aJuma’) na’ammasei Puaŋ Allahu Ta’ala

Attendees of the Friday Congregation, Rahikumullah,

Akhir-akhir ini, kejahatan yang disertai dengan kekerasan makin sadis dan mengerikan. Banyak kasus perampokan dan pembegalan. Semua itu sering disertai dengan pembunuhan sadis terhadap korban. Banyak kasus pembunuhan mengerikan disertai dengan mutilasi terhadap korban. Bahkan ada kasus pembunuhan barbar yang korbannya dimutilasi, lalu direbus, untuk menghilangkan jejak.

Ahir-ahir di’e, iya di’e panggauang andiang macoae simata nasolangani dipauangan amakarrasang iya pale-pale’ sadisi anna mirakke-rakke’. Mai’di kasus todicoro’i anna pattaha-tahang. Inggannana di’o biasa toi sitole’ tomappatei sadis lao di korban. Bahkan diang to’o kasus pappatei barbar iya korbangna napolo-polongi, mane napiapi, untu’ napa’dai jeja’na.

Lately, crimes that are accompanied by violence have become more sadistic and horrific. Many cases of robbery and looting. All of that is often accompanied by sadistic killings of victims. Many cases of gruesome murders were accompanied by mutilation of the victim. There have even been cases of barbaric killings where victims were mutilated, then boiled, to erase any traces.

Kita hanya bisa mengelus dada dan bertanya-tanya. Di mana perikemanusiaan itu? Ke mana budaya luhur yang dulu sempat disematkan kepada penduduk negeri ini? Mengapa sekarang muncul manusia-manusia laksana binatang, bahkan lebih jahat dibandingkan binatang?

Ita’ di’e sangga’ malai tau massapu-sapu dada anna mittule-tule’. Inna naoroi perikemanusia’anna di’o? Tipolo innai budaya luhurna iya rua sempa’ nanna lao di pendudu’ kappunge? Mangapai dite’e mane tallei tau-tau iya rapang olo-olo’, bahkan lebih adzae’ pai tia dari pada olo-olo’?

We can only stroke our chests and wonder to ourselves. Where is the humanity? Where did the noble culture that used to be embedded in the people of this country go? Why now appear humans like animals, even more evil than animals?

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Inggannana to pole ma’bareJama’ (ma’aJuma’) na’ammasei Puaŋ Allahu Ta’ala

Attendees of the Friday Congregation, Rahikumullah,

Memang banyak faktor penyebab tindak kejahatan ini. Ada faktor ekonomi seperti kemiskinan dan pengangguran, pengaruh alkohol yang saat ini semakin banyak terjadi, karena hubungan asmara/perselingkuhan, juga pengaruh media sosial yang banyak memuat informasi negatif. Di sisi lain, penegakan hukum lemah.

Memang maidi’i paktor iya massawa’i (massurungani) panggauang adae’ (andiang macoa) di’o. Diang paktor ekonomi rapang akasi-asiang anna nandiang jama-yamanna, naiya pengaruh alkohol di te’e pale-pale’ mai’di terjadi, sawa’ hubugan asmara/perselingkuhan, pengarunna to’o informasi sosial mai’di’i mappatamai informasi andiang macoa. Di sisi laeng, naiya to makke’deang hukum malammai.

There are many factors that cause this crime. There are economic factors such as poverty and unemployment, the influence of alcohol which is happening more and more nowadays, there is also the factor of forbidden romantic relationships/affairs, as well as the influence factor of social media which contains a lot of negative information. On the other hand, law enforcement is weak.

Orang tak lagi takut dengan hukuman. Sanksi hukum tak membuat jera. Ditambah lagi hukuman sosial dari masyarakat lemah karena masyarakat menganggap kejahatan sebagai hal yang biasa akibat seringnya terjadi. Itulah mengapa akhirnya, banyak orang dengan ringan menjadi kekerasan sebagai jalan menyelesaikan masalah. Tak takut dosa. Tak takut ancaman neraka.

Di te’e di’e taue andiangmi marakke’ disanga hukuman. Naiyya sangsi hukum marruai andiangmi nasa’ding jera. Natambai toi hukuman sosial pole masyaraka’ malamma toi karena masyaraka ma’angga’i iya di’o panggauang andiang macoa (kejahatano) sebagai hal biasa akiba’na biasai terjadi. Iyamo di’o sawa’nao mangapai paccappuranna, maidi’i tau maringngang minjari makarras sebagai tangalalang masselesaikan masa’ala. Andiangi marakke’ dosa. Andiang toi marakke’ ancaman neraka.

People are no longer afraid of punishment. Legal sanctions do not deter. In addition, social punishment from society is weak because society considers crime as a normal thing due to its frequent occurrence. That's why eventually, many people lightly turn to violence as a way of solving problems. Not afraid of sin. Not afraid of the threat of hell.

Semua ini adalah buah sistem yang rusak, sistem jahiliyah. Sistem sekuler yang diterapkan dalam setiap sendi kehidupan. Kait mengait antara satu dan yang lain, laksana lingkaran setan. Masyarakatnya bermasalah, hukumnya bermasalah, dan penegak hukumnya juga bermasalah.

Inggannana iya di’o adalah buana sistim atau cara iya kadae’, disangai tangalalang acangngoang. Sistim sekuler iya napogau di lalangna setiap sendi atuo-atuoang. Sikolli-kolli’i antara mesa dengan laengna, rapangi lingkaran setang. Naiya masyaraka’na bermasalah, hukumangna bermasalah, anna to makke’deang hukum bermasalah toi.

All of this is the bitter fruit of a broken system, the ignorance system. The secular system is applied in every aspect of life. related intertwined with one another, like a vicious circle. The people are in trouble, the law is in trouble, and the law enforcers are in trouble too.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Inggannana to pole ma’bareJama’ (ma’aJuma’) na’ammasei Puaŋ Allahu Ta’ala

Attendees of the Friday Congregation, Rahikumullah,

Apa yang terjadi ini membutuhkan solusi sistemik. Terhadap hal ini, Islam punya solusi. Ada tiga pilar penting dalam upaya mencegah ragam kejahatan.

Apa yang terjadi di’e mapparalluangi solusi (tangalalang) iya sistematik. Lao di hal tipatengan di’e, Asallangan ma’appunnai solusi (tangalalang). Diang tallu pilar parallu di lalangna mapposara rupa-rupanna adaeang.

What is happening requires a systemic solution. Against this, Islam has a solution. There are three important pillars in efforts to prevent various crimes.

Pertama: Ketakwaan individu dan keluarga. Ketakwaan akan mendorong setiap anggota keluarga senantiasa terikat dengan seluruh aturan Islam. Hal ini jelas akan membentengi setiap anggota keluarga dari melakukan kemaksiatan dan tindak kejahatan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Mammesana: ketakwaan alawe anna keluarga. Naiya disanga ketakwaan malai mandorong mesa-mesa anggota keluarga (kelurga) iya biasa terika’ lao inggannana aturang Asalllangan. Hal tipatengan di’e mannassai malai mambentengi setiap di’o keluargao pole di mappogau’ disanga a’dorakang iya andiang macoa. Ma’uani Puang Allah subhanahu wa ta’ala di lalang Koro’ang mala’bi’-Na:

First: Individual and family piety. Piety will encourage every family member to always be bound by all Islamic rules. This will obviously fortify every family member from committing disobedience and crime. Allah subhanahu wa ta'ala says:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari siksa api neraka (TQS at-Tahrim [66]: 6).

E inggannana to matappa’, piarai mie’ alawemu anna keluargamu pole di api naraka (TQS at-Tahrim [66]: 6).

O believers! Protect yourselves and your families from a Fire whose fuel is people and stones (Surah at-Tahrim [66]: 6).

Karena itu sangat penting peran orang tua dalam menanamkan pendidikan Islam di tengah-tengah keluarga dalam membentuk kepribadian islam yang kokoh. Caranya dengan meletakkan pondasi cara berpikir dan berperilaku berdasarkan keimanan kepada Allah. Keimanan yang kuat kepada Allah akan melahirkan ketundukan pada semua aturan-Nya.

Jari Karena itu iya di’o penting (parallu) sanna’i perananna da’dua tomauweng di lalangna ma’anna disanga pendidikan Asallangan dio di tangnga-tangnga keluarga di lalangna mattokko kepribadiang Asallangan iya kokoh (kua’). Carana ma’annai tau pondasi cara mappikkir anna mikkedo berdasarkan atappang lao di Puang Allahu Ta’ala. Naiya disanga atappang kua’ lao di Puang Allahu Ta’ala mappadiangi atundukan lao di inggannana aturangna Puang Allahu Ta’ala.

Because it is very important role of parents in instilling Islamic education in the midst of the family in forming a strong Islamic personality. This is done by laying the foundation for a way of thinking and behaving based on faith in Allah. Strong faith in Allah will result in submission to all of His rules.

Pilar Kedua: adalah kontrol masyarakat. Adanya kontrol masyarakat akan makin menguatkan ketakwaan individu dan keluarga. Caranya dengan menumbuhkan kepedulian sosial dan membudayakan aktivitas amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Naiya pilar mada’dua: disangai kontrol masyaraka’. Jari masyaraka’ pale-pale’ mappakua’i arakkeangna alawe anna keluarga. Carana mappatuo kepedulian sosial anna mambudayakang toi aktivitas amar a’ruf nahi mungkar dio di tangngana masyaraka’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ma’uani:

Second Pillar: is community control. The existence of community control will further strengthen individual and family piety. This is done by cultivating social awareness and cultivating the activities of amar makruf nahi munkar in the community. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam said:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا، فَلْيَغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

Siapa saja yang menyaksikan kemungkaran, hendaknya ia mengubah kemungkaran itu dengan tangan (kekuasan)-nya. Jika tidak mampu, dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, dengan hatinya. Hal demikian dalah selemah-lemahnya iman (HR Muslim).

Inai-inai tau massa’bi’i a’dorakang, hendaknya narubai di’o kemungkarano (dengan apa?) dengan limanna. Mua’ andiani diulle dengan pallepa’na. Mua’ andiang duapai naulle, dengan atena. Hal tipatengan di’o iyamo di’o kamenang malammana disanga tappa’ (HR Muslim).

Whoever witnesses evil, he should change it with his (power) hand. If he is unable, with his tongue. If he can't either, with his heart. This is the weakest of his faith (Narrated by Muslim).

Aktivitas amar makruf nahi mungkar yang dilakukan secara kolektif akan mampu mencegah terjadinya berbagai kemungkaran dan kejahatan yang mungkin dilakukan oleh individu.

Naiya panggauang amar ma’ruf nahi mungkar iya napogau’ secara siola-ola malai naulle mapposara terjadinna di’o disanga marrupa-rupa kemungkaran anna adaeang iya mungkin napogau’ mesa-mesa tau.

Amar makruf nahi mungkar activities carried out collectively will be able to prevent various evils and crimes that may be committed by individuals.

Pilar Ketiga: peran negara. Negara dalam Islam wajib menjaga masyarakat dari kemungkinan berbuat dosa dan kejahatan. Caranya adalah dengan menegakkan aturan-aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Negara wajib menjamin setiap warganya agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu sandang, papan dan pangan. Saat semua kebutuhan pokok warga terpenuhi, mereka tidak akan terdorong untuk melakukan berbagai tindak kejahatan.

Pilar Matallunna: perananna negara. Jari negara di lalangna di Asallangan waji’i manjagai masyaraka’ pole di kemungkinan mappogau’ dosa anna kejahahatan. Carana dengan makke’deang atorang-atorang Asallangan di lalangna inggannana aspe’ atuo-atuoang. Negara waji’ toi manjamin mesa-mesa wargana supaya malai napenuhi kebutuhan atuo-atuoangna, yaitu: sandang, papan anna pangan. Jari di wattunna inggannana kebutuhan poko’na wargana terpenuhi’i andiangmi tu’u na terdorong untu’ namappogau’ marrupa-rupa panggauang adaeang.

Third Pillar: the role of the state. The state in Islam is obliged to protect society from the possibility of sin and crime. The trick is to uphold Islamic rules in all aspects of life. The state is obliged to guarantee that each of its citizens can fulfill their life needs, for example, clothing, boards and food. When all the basic needs of residents are met, they will not be motivated to commit various crimes.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Inggannana to pole ma’bareJama’ (ma’aJuma’) na’ammasei Puaŋ Allahu Ta’ala

Attendees of the Friday Congregation, Rahikumullah,

Itu semua baru akan bisa terwujud, jika negara menerapkan Islam secara kaffah, secara menyeluruh. Termasuk memberlakukan hukum pidana Islam.

Inggannana iya di’o iyapa namala ma’dupa, mua’ negara matterapkani disanga asallangan secara kaffah, inggannana, termasu’i mamberlakukani disanga hukum pidana Asallangan.

All of this will only be realized if the state implements Islam thoroughly and comprehensively. Including imposing Islamic criminal law.

Ketahuilah, hukum pidana Islam tentu memberikan kemaslahatan di dunia dan akhirat. Sebabnya, hukum pidana Islam itu memiliki sifat jawâbir dan zawâjir. Bersifat jawâbir karena penerapan hukum pidana Islam akan menjadi penebus dosa bagi pelaku kriminal yang telah dijatuhi hukuman yang syar’i. Hukum pidana Islam juga bersifat zawâjir, yakni dapat memberikan efek jera bagi pelakunya dan membuat orang lain takut untuk melakukan tindakan kriminal serupa. Karena itu hukum pidana Islam akan memberikan jaminan kelangsungan hidup bagi masyarakat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Pi’issanni’i, naiya hukum pidana Asallangan tentu mappiwengani kemaslahatan dini di lino lambi’ di ahera’. Sawa’na, iya di’o hukum pidana Asallangano mappunnai sipa’ jawâbir anna sipa’ zawâjir. Bersipa’ jawâbir karena iya di’o penerapanna hukum pidana Islam’o malai minjari penebus dosa di sesena to mappogau’ kriminal andiang macoa iya pura mambemme’i (narua) hukuman iya syar’i. Naiya hukuman pidana Islam iya missipa’ zawâjir, ya’ni malai mappiwengan epek jera di sesena to mappogau’ anna massurungan tau laeng marakke’ untu’ mappogau’ kriminal sittengan. Jari iya di’e hukum pidana Asallangano malai mappiwengan jaminan kelangsungan atuo-atuoang lao di sesena masyaraka’. Ma’ani Puang Allahu Ta’ala di lalang Koro’ang Mala’bi’:

You know, Islamic criminal law certainly provides benefits in this world and the hereafter. The reason is that Islamic criminal law has the characteristics of jawâbir and zawajir. It is jawâbir because the application of Islamic criminal law will be a penance for criminals who have been sentenced to syar'i sentences. Islamic criminal law is also zawajir in nature, that is, it can provide a deterrent effect for perpetrators and make others afraid to commit similar criminal acts. Therefore, Islamic criminal law will guarantee the survival of society. Allah subhanahu wa ta'ala says:

وَلَكُمْ فِى الْقِصَاصِ حَيٰوةٌ يّٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Dalam qishash itu ada jaminan kelangsungan hidup bagi kalian, hai orang-orang yang berakal, supaya kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 179).

Anna di lalang qishash di’o diang atuoang di sesemu mie’, E to diang akkalangna mamoare’o mie’ me’atakwa (TQS al-Baqarah [2]: 179).

There is ˹security of˺ life for you in ˹the law of˺ retaliation, O people

of reason, so that you may become mindful ˹of Allah˺. (Surah al- Baqarah [2]: 179).

Sifat jawâbir dan zawâjir inilah yang tidak ada dalam sistem mana pun di dunia.

Jari iya di’e sipa’ jawâbir anna zawâjir-e iya nandiang di lalang sistim mau inna dini di lino.

The characteristics of jawâbir and zawajir are not present in any system in the world.

Dengan hukum pidana Islam masyarakat akan terlindungi dari berbagai tindak kejahatan. Keamanan kita terjamin. Dan ini bukan teori, tapi secara faktual pernah diterapkan dan dirasakan kebaikannya oleh kaum Muslim bahkan oleh non-Muslim.

Jari dengan hukum pidana Asallangan masyaraka’ tilindungi’i pole di marrupa-rupa panggauang iya andiang macoa. Naiya keamanagta terjamini. Anna iya di’e tania teori tetapi secara paktual mannassai ruai napogau anna narasakan acoanganna pole to Sallang bahkan tania to Sallang.

With Islamic criminal law, society will be protected from various crimes. Our security is guaranteed. And this is not a theory, but in fact it has been applied and its goodness has been felt by Muslims and even by non-Muslims.

Karena itu, semestinya kenyataan ini mendorong kita untuk segera menerapkan hukum-hukum Islam untuk mengatur perkara kehidupan dan memutuskan segala persoalan yang terjadi. Jangan sampai kita termasuk orang yang zalim, fasik apalagi kafir karena enggan menerapkan hukum-hukum Islam (Lihat: QS al-Maidah [5]: 44-45 dan 47).

Jari, semestinna iya di’e kenyata’ane midorongi untu’ miasiga-siga mappogau’ hukum-hukum Asallangan untu’ nama’ator perkara atuo-atuoang anna mapputuskan inggannana persoalan iya terjadi. Jangan sampai ita’ di’e termasu’i tau (tau) iya manggau’ bawang, pase’ apalagi kaper karena andiangi tau melo’ mappogau hukum-hukum Asallangan (piitao lao di Koro’ang Surah al-Maidah [5]: 44-45 anna 47).

Therefore, this fact should encourage us to immediately apply Islamic laws to regulate life matters and decide all problems that occur. Do not let us be among those who are unjust, wicked or infidels because we are reluctant to apply Islamic laws (See: QS al- Maidah [5]: 44-45 and 47).

Penerapan semua hukum Islam itu secara total tentu hanya mungkin diwujudkan dalam institusi pemerintahan Islam, Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah.

Jari penerapanna inggannana di’o hukum Asallangano secara total tentu hanya mungkin dipadiangi di lalang institusi pemerintahan asalangan, Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah.

The application of all Islamic laws in total is of course only possible to be realized in an Islamic government institution, the Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah.

[]

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH II KATO’BA II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ