Muhammad Rosid Ridho, S.Pd.I, M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Perilaku Unik

Seorang pemuda merasa lelah setelah bekerja seharian mencangkul sepetak sawah warisan dari ayahnya. Energinya semakin terkuras tatkala cangkul sering kali bertepuk mesra dengan kerikil dan bebatuan. Di tengah melepas penat sembari duduk di bawah pohon trembesi, ia termenung seraya berkata dalam hati "alangkah enaknya jika tidak ada tanah yg tandus dan bebatuan. Tentu akan terasa mudah untuk mengolah dan menanaminya dengan padi".

Tiada lama kemudian, matahari bergegas hendak sembunyi di balik gunung merapi dan merbabu. Petani itu kemudian beranjak meninggalkan tempat sembari menenteng cangkulnya. Sepeda onthel warisan jaman belanda ia kayuh dengan cepat melintasi jalan setapak yg penuh dengan lumpur. Hampir saja, onthel yang ia tumpangi tidak bisa jalan sebab rodanya terganjal dengan lumpur.

Sesampainya di rumah, ia pun mandi, berwudhu, kemudian salat magrib. Di sela-sela dzikirnya ia terperanjat teringat dengan peristiwa yang dialaminya. Di dalam hati ia berkata "astaghfirullah, jika semua tanah itu gembur dan berlumpur, apa jadinya nanti. Semua jalan akan susah dilewati. Rumah ini tak akan berdiri kokoh karena pondasi terperosok ke dalam lumpur. Sungguh Allah Maha Bijaksana".

Cerita ini mengingatkanku tentang keragaman potensi dan keunikan anak-anak di sekolah. Hampir setiap guru menginginkan anak-anak yang dibinanya adalah anak-anak yang pandai, rajin, dan mudah diatur. Sayangnya, hal ini bertolak belakang dengan realita yang ada. Tidak jarang guru merasa pusing tujuh keliling karena ulah anak-anak yang dianggap sebagai kenakalan.

Padahal keunikan perilaku (kenakalan) anak terkadang merupakan indikator sebuah potensi yang terpendam. Sebagai contoh, pernah ada seorang anak yang melompat pagar sekolah karena ingin bolos. Secara kebetulan, peristiwa itu diketahui oleh kesiswaan. Kemudian kesiswaan tersebut memberinya punishment dengan menyuruhnya untuk mengulangi melompat pagar sebanyak tujuh kali. Harapannya, agar anak tersebut jera.

Pada kesempatan lain, ternyata anak ini terpilih untuk mewakili sekolah mengikuti lomba lompat tinggi dalam kejuaraan POPDA. Walhasil, ia memperoleh medali emas dalam kejuaraan tersebut.

Dengan demikian, jangan cepat mengambil kesimpulan bahwa anak yang susah diatur dan cenderung menyimpang itu adalah anak nakal. Bisa jadi keunikan perilaku mereka adalah potensi yang unik dan bisa dikembangkan menjadi sebuah prestasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post