Muhammad Solihin Lentera Dunia

Biarkan air itu mengalir hingga ketepi, Biarkan bunga itu gugur hingga ketanah, Biarkan goresan pena itu terukir hingga tak mampu lagi menuangkan kata-kata pada lembaran kertas putih tak berdosa dan menjadi tulisan yang abadi.

Bergetar kaki ini, Keluh lidah ini tak mampu berkata apa-pa. Saat merapatkan kaki ini ke tanah leluhur orang melayu, kota beradat dan berbudaya, Padang Minangkabau 12 september 2017. Semua orang tahu, sangatlah tersohor dan termasyur kota padang akan keelokan budaya dan sangat tinggi akan sastra bahasanya. Itu mengapa, terasa membuncah isi hati dengan tangis bahagia dan tak terbendung, ketika mendapat kesempatan mengikuti pelatihan literasi gelombang tahap 2 dari kementerian dan kebudayaan republik indonesia. Ku kejar impian

Melalang jauh pikiranku menuju kesuatu massa, ya..!!! suatu massa. Saat penulis tersohor dinegeri ini, “hamka” menulislkan bait-bait sajak dan kisah tenggelamnya kapal van der wijck. Kota padanglah menjadi saksi bisu cerita cinta Zainudin dan Haryati. Cerita yang memiliki nilai sastra tinggi. Syarat akan kisah cinta yang hakiki. Walau konon dari kabar yang beredar, karya sastra itu merupakan plagiat.

Di kota anak minang ini, semoga menjadi keberkahan bagi kami, seluruh para peserta workshop untuk menjadi penerus dan pewaris budaya bangsa dalam karya-karya sastra terbaik, dihasilkan kelak dikemudian hari.