Semangat bagaikan air laut. Kadang pasang juga surut. Namun, tatkala seseorang hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk menggenjot semangatnya, banyak yang berakhir surut. Oleh karena itu, perlu dukungan dari luar. Semangat menulis juga demikian. Perlu mencari penggedor semangat dari luar diri sendiri.

Sebenarnya guru identik dengan menulis. Namun, seperti ada batu besar yang menghalangi guru untuk menulis. Termasuk aku yang seorang guru. Batu itu tak hanya kuat untuk ditembus tetapi sangat lebar, sehingga aku tak bisa memandang secercah cahayapun. Yah, secercah cahayapun tak ada yang bisa menerangiku untuk bisa menulis.

Apalagi yang namanya menulis untuk menjadi sebuah buku. Mungkinkah itu, sepertinya tidak. Batu itu ternyata memang luar biasa menutupi keinginanku untuk mampu menulis. Sampai suatu hari, batu itu sedikit retak oleh karena benturan Batu lainnya. Kesempatan untuk mendapat motivasi dan semangat, terbuka. Dan, ternyata suprise. Batu yang telah membuat batu penghalang itu retak, membuatku terkesima. Motivasi dan semangat itu bagaikan menyusuri aliran darahku. Batu penghalang itu tidak hanya retak tapi telah hancur.

PPPPTK PKN IPS menjadi batu penghancur itu. Diklat kepenulisan Sagusabu yang diadakan merupakan momentum dahsyat untuk mulai menulis dan menerbitkan buku. Selama 4 hari di Batu, semoga bisa menjadikanku guru penulis. 13 sampai 16 Agustus 2017 adalah tanggal keramat bagiku. Aku berjanji di Batu, bahwa tak akan pernah kubiarkan batu penghalang itu kembali pada diri ini.