CERPEN BUDAYA PANJI NEGARO
PANJI NEGARO
(Oleh: Mujiatun)
Aku adalah seorang guru di sebuah SMPN yang berada di daerah Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung. Waykanan merupakan daerah dengan beragam penduduk, mayoritas penduduknya adalah pendatang sehingga hampir semua suku ada di sana, mulai dari suku Jawa, Bali, Sunda, Padang, Palembang, Batak, Madura, dan masih banyak suku yang lainnya. Oleh karena itu, Waykanan dijuluki sebagai Bumi Ramik Ragom yang artinya Bumi yang terdiri dari bermacam-macam suku dan budaya.
Selain penduduknya berasal dari daerah di seluruh Indonesia dan bermacam-macam suku dan budayanya, Waykanan pun merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam dan kaya akan pariwisata yang memesona. Air terjun yang indah banyak terdapat di daerahku ini, sehingga Waykanan mendapat predikat sebagai BUMI SERIBU CURUP. Beberapa air terjun yang telah populer di kalangan wisatawan lokal maupun nasional adalah Curup Putri Malu, Curup Kereta, Curup Gangsa, Curup Cangkah Kidau, dll.
Sebagai penduduk Kabupaten Waykanan, aku sangatlah bangga tinggal di daerah yang subur, makmur, dan memiliki potensi alam yang luar biasa. Meskipun aku seorang penduduk pendatang dari daerah Jawa tetapi aku selalu memegang prinsip DI MANA BUMI DI PIJAK, DI SITULAH LANGIT DIJUNJUNG. Oleh karena itu, adat dan budaya setempat selalu aku hormati dan aku ikuti.
Sebenarnya latar belakang pendidikanku adalah sarjana Bahasa Indonesia dan aku pun mengampu pelajaran itu. Namun, karena aku hobby menari maka kepala sekolah memintaku untuk melatih dan membimbing anak-anak di sanggar tari milik sekolah yaitu Sanggar Tari Gita Mahakarya. Seperti tahun-tahun lalu, tahun ini pun sanggar tari sekolahku mengikuti event-event lomba yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melalui kegiatan rutin tahunan yaitu Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).
Seperti biasa, anak-anak didikku mengikuti jadwal latihan dengan tekun selama tiga bulan sebelum lomba dilaksanakan. Selama tiga kali dalam seminggu mereka mengikuti latihan. Walau sudah capek mengikuti kegiatan sekolah sejak pagi hingga pukul 14.00 WIB tetapi anak-anak hebatku tetap bersemangat mengikuti latihan menari. Inilah salah satun motivasiku tetap bersemangat melatih mereka meskipun sudah seharian lelah mengajar.
Tahun ini aku memilih tema tari yang berbeda dengan tahun lalu, selama ini selalu kupilih anak-anak perempuan sebagai personil atau penarinya. Dengan alasan, anak-anak perempuan mudah dibimbing dan geraknya lebih lentur dibanding anak laki-laki. Namun, tahun ini aku memilih anak laki-laki sebagai penarinya sesuai dengan tema cerita yang sudah kupersiapkan. Alkhamdulillah, meskipun di awal mengalami kesulitan dalam merekrut dan melatih anak-anak tersebut akhirnya mereka berhasil menguasai gerakan-gerakan tari yang aku ajarkan. Tari yang akan kami lombakan kali ini berjudul Tari Panji Negaro. Tari ini merupakan tarian khas Lampung yang mengisahkan para prajurit Waykanan yang berjuang di medan perang untuk menegakkan panji-panji negara dari para penjajah. Meskipun tari ini merupakan tari khas Lampung tetapi anak-anak yang menarikannya tak seorang pun asli suku Lampung. Kelima orang penarinya adalah anak-anak bersuku Jawa dan Bali. Ini bagiku sangat luar biasa. Anak-anak Bali dan Jawa dengan fasihnya mampu menarikan tarian khas Lampung.
Usaha kerasku dan anak-anak dalam latihan menari selama ini berbuah manis. Anak-anak hebatku tampil maksimal dan memukau para juri FLS2N dan seluruh penonton. Alkhamdulillah, mereka pun meraih juara pertama pada FLS2N di tingkat Kabupaten Waykanan. Tentu saja keberhasilan ini membuatku sangat bahagia karena dapat membanggakan sekolah dan kecamatan di mana aku tinggal.
Namun, usaha dan perjuanganku bersama anak-anak hebatku belum selesai sampai di situ. Kami masih harus berusaha dan berlatih lebih giat lagi karena dua minggu kemudian kami harus melanjutkan lomba FLS2N di tingkat provinsi untuk mewakili Kabupaten Waykanan. Intensitas latihan kami tingkatkan menjadi lima kali seminggu, sehingga hampir tiap hari kami berada di sekolah sejak pagi hingga sore hari. Begitu hingga hari H lomba dilaksanakan di Kota Bandarlampung. Putra-putra hebatku tampil dengan gagah dalam balutan kostum para prajurit Waykanan yang gagah berani mengibarkan panji-panji negara di medan pertempuran. Gerak langkah berderap mereka diiringi alunan musik tradisional khas Waykanan menambah gemuruh sorak penonton dalam gedung megah pertunjukan malam itu. Aku puas dan bangga menyaksikan aksi anak-anak didikku yang luar biasa pada pertunjukkan itu. Mereka tampil sangat percaya diri di hadapan para juri dan ribuan penonton dari seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Lampung.
Saat yang mendebarkan dan dinanti-nanti oleh seluruh peserta lomba akhirnya tiba. Satu persatu peserta dari seluruh kabupaten telah disebutkan dengan nilai dan urutan juara yang diperolehnya. Kabupaten Waykanan berada di urutan ke empat yaitu sebagai juara harapan pertama. Dan kami pun harus puas dengan predikat tersebut. Anak-anak hebatku tampak sangat kecewa dan sedih. Kekecewaan mereka tergambar jelas di roman wajah kelima anak-anak hebatku yang masih lugu itu. Aku pun merasakan kekecewaan dan kesedihan yang sama, namun aku berusaha menyembunyikan itu di hadapan mereka. Mereka harus tetap disupport dan dikuatkan hatinya. Mereka berlima mendatangiku dan memelukku tubuh kecilku hingga nyaris tenggelam di antara tubuh mereka.
“Bu Suci, maafkan kami ya? Kami sudah mengecewakan Ibu.” Kata Rafi mendekatiku.
“Kalian sudah tampil maksimal anak-anak hebat. Ibu tidak kecewa, justru Ibu bangga kepada kalian. Meskipun dari kampung, dari ujung Lampung, kalian tetap tampil semangat dan percaya diri. Itu luar biasa anak-anak. Bagi Ibu, kalah menang itu sudah biasa dalam sebuah lomba. Yang paling penting kalian sudah berusaha dan tampil maksimal.” Jelasku kepada mereka.
“Tapi, Bu…kami malu karena tak dapat membanggakan sekolah,” kata Galang.
“Iya, Bu. Kami pun tak dapat membanggakan Waykanan…”, tambah Bagas.
“Apa yang harus kami katakan kepada kepala dinas, kepala sekolah, guru-guru, dan teman-teman di sekolah, Bu?” Kata Galih dan Anton hampir bersamaan. Sekali lagi kupeluk mereka berlima agar tenang. Namun, mereka tampak tak mampu menahan perasaan kecewanya.
“Menangislah anak-anak. Karena menangis itu salah satu cara untuk melegakan perasaan kalian, tak apa-apa. Ungkapkan seluruh perasaan kecewa dan sedih kalian supaya kalian tenang”. Terdengar isak dan sesenggukan mereka. Kuambil sehelai tisu untuk mengusap air mata kecewa mereka satu per satu. Kuajak mereka duduk di sudut ruangan yang agak tenang. Setelah minum beberapa teguk air mineral, mereka kembali kuajak berkomunikasi dari hati ke hati. Aku berusaha memberikan pengertian kepada mereka agar mereka tidak berlarut-larut sedih dan kecewa.
“Anak-anak hebat Bu Suci, (begitu mereka sering menyapaku) sekali lagi Ibu merasa bangga kepada kalian. Kalian anak-anak hebat yang tangguh, ulet, tekun, dan pantang menyerah. Kalian hari ini belum memperoleh juara 1 bukan berarti kalian gagal dan bukan berarti penampilan kalian kurang bagus. Kalian sudah berusaha dan tampil maksimal hanya saja kita beruntung kali ini. Kita ambil hikmah dari peristiwa penting hari ini ya? Artinya, kita masih harus lebih banyak lagi berlatih. Masih banyak kesempatan kalian untuk meraih juara di masa yang akan datang. Yakinlah, bila kalian tetap semangat dan berlatih lebih baik lagi, insya Allah kalian akan mampu meraih juara.” Aku berusaha membangkitkan kembali semangat anak-anak hebatku.
“Iya, Ibu. Terima kasih atas bimbingan Ibu dan terima kasih atas support luar biasa yang Bu Suci berikan kepada kami selama ini. Ibu masih siap membimbing dan melatih kami kan?” Tanya mereka serentak.
“Pasti, anak-anak hebat, Ibu akan tetap melatih dan membimbing kalian hingga kalian mampu meraih juara di tingkat provinsi bahkan sampai tingkat nasional, kalian siap?” Tanyaku mencoba mengobarkan kembali semangat mereka.
“Ashiaaapp…!!! Siap 86 Ibu Suci!!!” Teriakan khas anak-anak hebatku kembali membahana di antero ruangan pertunjukan. Seisi ruangan gedung pun menoleh ke arah kami dan mereka tersenyum keheranan. Kami pun tersenyum saling pandang dan kembali berpelukan untuk meluapkan rasa dan semangat yang bergelora untuk meraih impian di masa yang akan datang.
Selesai
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wooww..sangat inspiratif dan kereen bunda...salam sukses.