Mujiatun, S.Pd.

Saya seorang guru Bahasa Indonesia di SMPN 2 Banjit, Waykanan, Lampung. Saya lahir di Banyuwangi pada tanggal 10 November 1972. Mulai menempuh pendidikan di tin...

Selengkapnya
Navigasi Web
TETAP SEMANGAT DAN KREATIF DI TENGAH KRISIS PANDEMI
Cerita Tentang Pembelajaran di Tengah Wabah Corona

TETAP SEMANGAT DAN KREATIF DI TENGAH KRISIS PANDEMI

TETAP SEMANGAT DAN KREATIF DI TENGAH KRISIS PANDEMI

(Karya Mujiatun, S.Pd.)*

Wabah virus Corona yang melanda berbagai negara termasuk Indonesia, berdampak luar biasa dalam kehidupan. Salah satu dampaknya adalah mengubah berbagai tatanan bidang kehidupan. Perubahan tersebut tidak hanya bidang teknologi, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pariwisata tetapi juga di bidang pendidikan. Perubahan itu mengharuskan pemerintah dan masyarakat untuk bersiap diri, merespon dengan sigap, dan selalu belajar hal-hal baru. Dengan harapan, wabah tersebut dapat segera diatasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada tanggal 24 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatur kegiatan pembelajaran selama masa pandemi. Hal tersebut dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020, yaitu tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19).

Ada enam kebijakan yang dipaparkan dengan jelas dalam surat edaran tersebut. Namun, yang paling mendasar adalah mengubah kegiatan pembelajaran langsung (tatap muka) antara guru dengan siswa di kelas, diubah menjadi kegiatan pembelajran jarak jauh dalam jaringan (daring).Yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di rumah masing-masing dengan memanfaatkan gadget. Kebijakan belajar dari rumah ini pun mengubah kebiasaan ataupun prilaku guru dan siswa selama ini.

Dengan kebijakan baru yang serta merta ini tentu menjadikan guru, siswa, dan orang tua panik dan bingung menyikapinya. Terlebih di daerah pelosok yang sulit jaringan internet seperti di SMPN 2 Banjit Kabupaten Way Kanan, Lampung, tempat penulis mengabdikan diri. Selain itu, kondisi ekonomi orang tua siswa yang rata-rata pas-pasan bahkan kurang, makin mempersulit kondisi ini. Mereka mau tidak mau harus mengeluarkan dana lebih untuk membelikan HP android dan kuota setiap saat agar anak-anaknya dapat mengikuti kegiatan pembelajaran selama masa krisis pandemi covid19.

Untuk menyikapi hal tersebut, penulis melakukan hal-hal berikut agar siswa tetap dapat melakukan pembelajaran meskipun dalam kondisi serba kekurangan. Karena Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Way Kanan dan sekolah pun belum memiliki Kelas Daring (online), maka penulis berinisiatif membuat kelas daring di google classroom khusus untuk kelas 9C,D,E,dan F. Di empat kelas itulah penulis mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kebetulan, 4 kelas ini sebelum masa pandemi sudah penulis kenalkan dengan TIK dalam pembelajaran. Dan sesekali penulis ajak mengakses kelas daring yang penulis buat di aplikasi Schoology atau login di kelas maya Rumah Belajar. Sehingga mereka tidak terlalu asing atau kaget ketika tiba-tiba harus belajar secara daring seperti sat ini..

Pada minggu pertama masa swakarantina, penulis mengajak siswa unruk membuat sebuah karya yang berhubungan dengan covid19. Karya tersebut dibuat sesuai dengan keinginan dan kemampuan masing-masing. Hal ini penulis lakukan agar siswa memahami apa itu covid19 dan cara menanggulanginya. Bermacam-macam karya siswa dalam kegiatan ini. Ada poster dan slogan tentang wabah Corona. Ada pula video tentang pembuatan handsanitizer, masker, dan cara mencuci tangan yang benar, dll. Semua mereka kerjakan di rumah masing-masing secara individu. Dan hasil karyanya, mereka kirim kepada penulis via email dan WA grup. Selanjutnya, sebagai bentuk apresiasi terhadap karya mereka, penulis unggah di berbagai media sosial agar orang lain pun dapat mengapresiasinya.

Pada Minggu kedua dan ketiga, siswa mempelajari materi bab terakhir kelas 9. Materi sudah penulis buat dalam bentuk video setahun yang lalu pasca mengikuti diklat Pembatik Kemdikbud 2019. Video tersebut telah penulis unggah di you tube, sehinnga tinggal shre link saja di WA grup. Setelah video materi tersebut dipelajari oleh siswa, selanjutnya penulis memberikan kuis tentang isi materi tersebut dalam bentuk quizizz. Penulis share link quizizz itu di WA grup, dan siswa mengerjakannya dalam waktu bersamaan. Terakhir, sebagai evaluasi terhadap materi tersebut, penulis memberikan ulangan harian (UH) kepada anak-anak dalam bentuk tes online dengan google form di google drive. Mereka bisa mengerjakannya di rumah masing-masing dengan memanfaatkan HP android. Setelah melaksanakan ulangan harian, penulis mengecek hasil tes UH mereka. Rata-rata mereka memperoleh skor 80. Artinya, hasil belajar mereka secara tatap muka dengan daring tidak jauh berbeda. Dengan pembelajaran tersebut materi 1 bab sudah selesai.

Minggu keempat, materi siswa kelas 9 sudah selesai diajarkan semua. Pada minggu ini seharusnya mereka melaksanakan ujian sekolah. Tetapi, SE Mendikbud tentang pembatalan kegiatan ujian, baik ujian sekolah maupun ujian nasional telah diterbitkan. Oleh karena itu, penulis memanfaatkan waktu ini untuk mengerjakan soal-soal ujian sekolah yang sudah penulis persiapkan di google form. Alkahmdh, siswa rata-rata memperoleh nilai di atas 80. Berikutnya bila ada soal-soal yang sulit, siswa dan penulis mendiskusikannya di grup.

Pada minggu kelima masa swakarantina, siswa meminta tugas sehubungan dengan materi bab terakhir yang telah dipelajari untuk menanbah nilai. Mereka menulis pantun bertema IBU. Masing-masing siswa menulis 2 judul pantun yang terdiri dari 8 bait. Mereka kerjakan tugas itu dengan semangat dan senang hati sehingga dalam waktu seminggu karya mereka berupa pantun sebanyak 100 judul dari 50 penulis telah terkumpul semua. Sayang rasanya, bila karya anak-anak hebat ini hanya tersimpan di laptop saja. Akhirnya, penulis berinisiatif untuk merevisi dan melengkapi naskah tersebut dengan kata pengantar, daftar isi, dan sinopsis. Kemudian mengirimkan naskah pantun tersebut kepada penerbit buku yang ber-ISBN milik salah satu sahabat di Solo. Dalam waktu 3 minggu, buku itu pun telah terbit beserta ISBN nya dengan judul Antologi Pantun “TELAGA KASIH”. Buku tersebut berisi pantun ungkapan cinta, kasih, sayang, jasa, perjuangan, dan pengorbanan seorang ibu.

Buku Antologi Pantun “TELAGA KASIH” penulis dedikasikan untuk ibunda tercinta dan untuk IBU LITERASI KABUPATEN WAY KANAN, yaitu Ibu Desy Apriyanti Adipati Surya. Rencananya, tanggal 17 Mei yang akan datang bertepatan dengan Hari Buku Nasional, beliau akan melounching buku kedua buah karya anak-anak hebat SMPN 2 Banjit tersebut..

Walau dalam masa krisis pandemi dan dalam keterbatasan dana dan fasilitas tetapi anak-anak SMPN 2 Banjit tetap bersemngat mengikuti kegiatan pembelajaran dan tetap mampu berkarya. Tidak bisa ke sekolah bukan berarti tidak bisa berkarya. Banyak hal yang bisa dilakukan di rumah, selagi mau belajar dan berusaha.

Di balik wabah Covid19 terdapat berbagai hikmah bagi pendidikan di Indonesia. Diantaranya, siswa maupun guru dapat menguasai teknologi untuk menunjang pembelajaran secara online. Di era millenial yang serba digital ini, guru maupun siswa dituntut agar memiliki kemampuan dalam bidang teknologi pembelajaran. Penguasaan siswa maupun guru terhadap teknologi pembelajaran yang sangat bervariasi, menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Dengan adanya kebijakan Work From Home (WFH), maka mampu memaksa dan mempercepat mereka untuk menguasai teknologi pembelajaran secara digital sebagai suatu kebutuhan bagi mereka. Tuntutan kebutuhan tersebut, membuat mereka dapat mengetahui media online yang dapat menunjang sebagai pengganti pembelajaran di kelas secara langsung, tanpa mengurangi kualitas materi pembelajaran dan target pencapaian dalam pembelajaran.

Selain itu, pemanfaatan ponsel lebih efektif dan efisien. Ponsel tidak hanya dipergunakan untuk bermain game dan medsos tetapi lebih dari itu, lebih dioptimalkan untuk mengakses pembelajaran. Selanjutnya, penggunaan ponsel oleh siswa lebih terkontrol karena orang tua dapat mengawasi langsung anak-anaknya dalam memanfaatkan ponsel tersebut. Sehingga dapat meminimalisir penyalahgunaan ponsel untuk hal-hal yang negatif.

Penulis yakin, tidak selamanya musibah itu berdampak negatif. Pasti ada hikmah di balik musibah itu sendiri. Tuhan sudah mengatur dan merencanakan semuanya. Jika kita mau berusaha dan kompak bersama dalam menghadapi krisis ini, mudah-mudahan pandemi covid19 ini akan segera teratasi.

*Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Banjit, Waykanan, Lampung

BIODATA PENULIS

Mujiatun, S.Pd., lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 10 November 1972. Penulis berijazah terakhir S1 Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sriwijaya, Palembang. Berhasil meraih Juara I OGN 2017 dan 2018 tingkat Kabupaten Way Kanan. Menjadi Duta Rumah Belajar Kab. Way Kanan 2019. Anggota PERRUAS pimpinan Bang Asrizal Nur. Buku karya penulis yaitu: Antaologi Cerpen “Di Tepian Langit”, “Peti Mati Koruptor”, Antologi Puisi “Gelora Cinta Way Kanan”, dan “Telaga Kasih”.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post