Mujiburrohman

Guru SMK di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jawa Timur yang sedang belajar menulis dan mengeksplorasi gagasan menjadi tulisan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Konvergensi Teknologi Digitalisasi di Pesantren: Mungkinkah…? (Sebuah Analisis di PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo)

Konvergensi Teknologi Digitalisasi di Pesantren: Mungkinkah…? (Sebuah Analisis di PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo)

Flashback lima belas tahun silam ketika penulis masih duduk manis di bangku SMP, tepatnya di Palangkaraya Kalimantan Tengah. Penulis masih belum mengenal internet apalagi istilah pembelajaran jarak jauh yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Long Distance Learning (LDL) atau simpelnya e-learning. Proses pembelajaran yang konvensional di kelas cenderung membosankan, apalagi ketika banyak tugas menumpuk sedangkan kondisi badan tidak fit dan tidak bisa hadir ke sekolah disebabkan berbagai urusan baik keluarga maupun sekolah (contoh: ketika mengikuti lomba atau pelatihan). Masalah ini kemudian yang akan menjadi cikal-bakal keterbatasan siswa dalam mengakses ilmu pengetahuan yang luas tanpa batas. Namun, setelah penulis hijrah ke pulau jawa, itu bukan lagi sebuah masalah, karena sudah ada teknologi internet dan implementasi sistem pembelajaran online (di beberapa institusi pendidikan). Melihat fakta ini penulis pun berseru dalam hati “Incredible” (baca: luar biasa). Hal yang dulu penulis lihat di media televisi, sekarang sudah berada di depan mata yang menjadi nyata. Ini semua merupakan dampak dari perkembangan teknologi dengan pesatnya berkembang dan berlari mengiringi zaman yang terus berjalan menciptakan masa depan.

Globalisasi yang telah menembus berbagai dimensi sudah menyulap dunia kita menjadi sebuah desa global yang kerap dinamakan global village. Tidak ada lagi dimensi ruang dan waktu yang membatasi komunikasi, interaksi dan hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya dikarenakan kemajuan teknologi yang sangat canggih. Faktanya, digitalisasi di segala bidang sedang berlangsung dengan sangat cepat, bahkan termasuk dalam dunia pendidikan. Beberapa bulan yang lalu penulis juga telah mengikuti pelatihan Learning Management System (LMS) yang menuntut guru untuk menguasai dan mampu memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran efektif (effective learning) dan efisien, dalam menunjang prestasi akademik siswa di sekolah. Sangat menarik kemudian jika ini juga dapat diterapkan di PP. Nurul Jadid yang, menurut penulis, sudah melek teknologi dan open-minded terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, termasuk Teknologi Informasi (TI). Apalagi dengan berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nurul Jadid yang basisnya TI dan Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Nurul Jadid dengan orientasi dan konsentrasi TI, seyogyanya dapat diarahkan dan dimanfaatkan sebagai project planner mengimplementasikan Digital School. Sekolah digital yang penulis maksud adalah digitalisasi sistem/proses pendidikan yang ada. Ini bukan utopia tapi ini mimpi yang sangat mungkin menjadi nyata, asal ada kemauan dan kerja keras yang ‘dikawinkan’ dengan istiqomah dan do’a. Contoh kongkrit sederhananya adalah Absen Siswa/Mahasiswa yang terkomputerisasi bisa dengan menggunakan Barcode atau pun RFID (Radio Frequency Identification) di kartu pengenal mereka, sehingga Kartu Tanda Pelajar/Mahasiswa tadi bisa difungsikan secara optimal dan maksimal, tidak perlu lagi dosen atau guru bertindak layaknya security/satpam yang mengabsen dan mengecek satu per satu siapa saja yang hadir dan tidak hadir, karena ketika mereka masuk kelas mereka tinggal mengarahkan Kartu Pengenal yang sudah terprogram sebelumnya ke Alat Pembaca (misal Barcode Reader), maka secara otomatis akan merekam informasi mahasiswa/siswa bersangkutan, sehingga dengan mudah teridentifikasi/terdeteksi. Jadi, tidak ada lagi istilah TA (Titip Absen) atau KDS (Kabur Dari Sekolah) karena keluar masuknya mereka dapat terekam oleh Barcode Reader atau RFID device. Disamping itu, keuntungan yang lain dari inisiatif ini adalah bisa meminimalisir santri yang kabur atau yang telat balik ke pesantren. Terbukti teknologi RFID saat ini sudah banyak digunakan. Salah satu yang terbaru diaplikasikan oleh pemerintah untuk Pengisian BBM Mobil bersubsidi sebagai alat pengontrol konsumsi BBM bagi kendaraan motor roda empat.

Urgensitas implementasi Pesantren Digital ini, menurut hemat penulis, perlu digarap agar santri PP. Nurul Jadid tidak lagi GAPTEK (Gagap Teknologi). Disamping itu, ada tuntutan atau lebih halusnya motivasi serta orientasi yang jelas bagi STTNJ sebagai Perguruan Tinggi TI dan SMKNJ sebagai sekolah menengah yang notabenenya juga berbasis TI supaya di-support untuk memulainya, tidak hanya ucapan namun yang lebih penting adalah sikap dan tindakan nyata di lapangan. Bisa kita banyangkan ketika Sistem Informasi sAntri dan Pesantren (SIAP) sudah terkomputerisasi. Pesantren dan antar Lembaga Pendidikan atau bahkan asrama santri sudah terintegrasi dengan baik menggunakan komputer, maka akan sangat mempermudah masyarakat pesantren untuk memantau, mengawasi bahkan mengevaluasi perkembangan santri dan Pesantren itu sendiri secara rutin. Wali santri pun dalam hal ini akan sangat terbantu dan diuntungkan untuk meng-update informasi baik perkembangan anaknya baik di sekolah maupun di pesantren dengan SMS Gateway atau SMS Center. Mungkin beberapa pihak mengira ini hanya impian, penulis katakan dengan tegas ‘Ya’ ini memang mimpi, karena semua hal besar diawali dengan impian yang besar. Tidak ada salahnya bermimpi sebelum mimpi itu dilarang (hehehe). Namun Pesantren Digital ini adalah realistic dream atau mimpi yang masuk akal, karena di luar pesantren sudah banyak lembaga pendidikan yang menerapkan hal ini. Sekarang pertanyaannya: Maukah kita memulainya? Jika ada pernyataan bahwa kita belum siap! Mau menunggu siap?, sampai kapanpun tidak akan pernah siap apabila tidak dimulai dan diawali oleh mereka yang memiliki kebijakan dan pihak-pihak terkait. Karena ini adalah kepentingan bersama dan hajatnya orang banyak dengan tujuan untuk pencitraan nama baik pesantren yang diasumsikan sebagai lembaga pendidikan primitif, konvensional, dan tidak maju.

Media digital yang penulis sebutkan di atas memiliki flexibility (baca: kelenturan) nyaris tak terbatas. Penggunaannya bisa dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tujuan serta kreativitas pemakainya. Untuk dunia pendidikan, media seperti ini adalah aset yang sangat berharga. Terutama karena pendidikan ditujukan untuk menghasilkan SDM berkualitas. Masyarakat seperti itu (qualified human resource) yang akan membentuk kultur (baca: budaya) baru yang lebih sophisticated (baca: canggih). Sebuah kultur yang menghendaki kualitas terbaik dalam segala hal; baik itu dalam hal pendidikan, prestasi, bisnis, pemerintahan, maupun penyediaan layanan masyarakat. Hal ini sesuai dan seirama dengan Visi dan Misi pesantren sebagai pelayan masyarakat. Oleh karena itu, mari kita bekali diri untuk berdedikasi kepada masyarakat, bangsa dan agama.

Sebagai penutup, penulis mengutip sebuah maqolah “Al-mukhofadatu ‘ala qodimissholih wal akhdu bi jadidil ashlah” yang artinya pertahankanlah sesuatu yang lama tapi masih baik, dan ambillah sesuatu yang baru tapi lebih baik. Implikasi dari statemen di atas adalah mencetak manusia yang khoirunnas anfanguhum linnas yaitu manusia terbaik (insan kamil) yang bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama. Dengan keyakinan penulis katakan Jika Pesantren BISA, maka Indonesia JAYA, Masyarakat Makmur Sentosa. Amin! Semoga terinspirasi untuk lebih giat mengembangkan diri. Motto penulis “There is nothing impossible as impossible is nothing” (Tidak ada yang tidak mungkin, sebagaimana kemustahilan itu sendiri tidak ada) dalam artian selagi kita terus berusaha maka dapat diraihlah cita-cita mulia. Banyak orang Indonesia berkata If I could, I Would: Jika saya bisa, maka akan saya lakukan, berbeda dengan orang di Negara-negara maju seperti USA, Inggris, Austraslia, Jepang dsb. Mereka berkata If I would, I could: Jika saya mencoba/melakukan, maka saya bisa. Yakinlah Usaha Sampai, Jika Tidak kesampaian, Berusahalah Sampai Yakin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post