BURUNG PEMERSATU
BURUNG PEMERSATU
By: Mulfha
#TantanganGurusiana Menulis Hari ke-142
Hampir delapan puluh persen atau bahkan lebih, laki-laki menyukai burung berdasarkan hasil dari survey abal-abal. Jika ada seorang suami yang mengawani istrinya berbelanja ke pasar, si suami lebih betah nongkrong di tempat pedagang burung ketimbang membuntuti istrinya milih-milih belanja, jika di pasar itu ada orang yang sedang menggelar dagangan burung. Walau tidak membeli burung tersebut, cuci matapun boleh juga.
Hal itulah yang dialami Pak Karman. Beliau adalah pencinta burung sejati. Walau hanya memiliki seekor burung Kinari di rumahnya, cukup sebagai obat pelepas lelah setelah pulang bekerja seharian dari kantornya.
Bu Karmilah, istri Pak Karman pun telah ketularan hobi suaminya. Tak jarang, beliaulah yang lebih banyak merawat burung Kinari Pak Karman, jika Pak Karman tak sempat mengurusnya. Mengeluarkan dan memasukkan burung tersebut, sebagai bukti bahwa Buk Karmila adalah sosok istri solehah.
Sampai suatu malam, karena hanya sebuah masalah sepele, pertengkaran hebatpun terjadi antara Pak Karman dan Buk Karmilah. Hanya gara-gara Buk Karmilah mintak jatah uang bulanan sama Pak Karman di bulan tua. Pak Karman langsung emosi sampai keceplosan bicara bahwa beliau akan pulang ke rumah orang tuanya. Dan yang lebih menambah runyam dan memperparah situasi, Pak Karman akan pergi sekaligus akan membawa serta burung kesayangannya. Sehingga, perkelahian hebatpun tak dapat dihindarkan lagi di malam itu. Piring-piringpun berterbangan bagaikan ufo, gelas-gelas beserakan di lantai, kursi-kursi berhamburan. Sebuah kondisi yang kalang kabut, bak suasana perang antara Irak dan Iran.
Pak Syamsul sebagai Ketua RW datang ke lokasi karena diberitahu oleh Pak Pak Ridwan Suzana sebagai Ketua RT. Berbagai upaya dilakukan agar mereka berdamai.
Pak Karman ngotot tidak akan pergi kalau burungnya tidak ikut serta dengannya. Sedangkan Bu Karmilah lebih ngotot lagi, tidak rela jika Pak Karman membawa juga burungnya, sebab beliaulah yang lebih banyak merawat burung suaminya tersebut ketimbang Pak Karman. Tugas beliau adalah mengeluarkannya di pagi hari dan memasukkan burung Pak Karman itu pada malam hari, agar burung tersebut tak merasa kedinginan. Kalau Pak Karman masih ngotot, Bu Karmilah tak ingin burung itu dibawa ikut serta suaminya, atau burung itu dibagi dua saja biar adil.
Akhirnya setelah diadakan negosiasi yang cukup alot oleh Pak RW dan Pak RT, sehingga dapat diambil sebuah kesepakatan, bahwa demi keutuhan rumah tangga mereka, burung tersebut akhirnya mereka pelihara berdua kembali dan Pak Karman tidak jadi meneruskan niatnya meninggalkan Bu Karmilah. Bu Karmilah tersebut berjanji akan menjaga sikapnya pada Pak Karman dan akan merawat burung itu lebih baik lagi. Ya, begitulah, burung Pak Karmanpun ikut berjasa menyatukan percekcokan suami istri itu kembali.
Akhirnya merekapun bergandengan tangan masuk ke dalam rumah mereka kembali. Suasana menjadi hening, perangpun telah usai.
Payakumbuh, 01 Juli 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waduh... Pertengkaran hebat gara-gara burung. Memang burung Pak Karman luar biasa. Sampai-sampai Bu Karmilah tidah rela berpisah dengannya.
Hahaha, iya Buk. Burung yang hebat dan bertuah
Mungkin mereka perlu nambah satu burung lagi pak mul.
Wadduuuuh, jangaaan. Nantik burungnya malah berantem hahaha
Bingung saya,,, burung-burung siapa? Dalam sangkar kesepian hahahaha... jadi ingat lagu jadul !! Mantaplah !
Hahahaha, entahlah Pak Saeful
Ada-ada saja...hahaha
Hahahaha
Mantap Pak...BurungFilisinya tinggi nih...Burung pemersatu
Hahaha, iya, Bu Sanria.
Betapa pentingnya seekor burung ya, Pak Mul. Keren.
Hahaha, iya Buk Lusi. Burung yang hebat
Hahaha,,,masalah burung memang paling keren untuk diangkat menjadi cerita, sukses terus ya pak.
Hahaha, iya, Buk. Selalu hangat jadi topik cerita.
Kalau ingin tetap utuh, burung itu harus dijaga. Ha ha ha mantap, Pak Mul
Iya, Pak Ir. Dirawat bersama agar selalu sehat walafiat
"Ayo Bu kita pulang, kerja bakti!" Ajak Pak Karman, sambil menggandeng mesra Bu Karmilah. Hehe..
Hihihihi. Ayo, Bu..
ha..ha., bisa aja idenya tuh, sampai perang masalah burung..eeh ternyata kenari ha..ha.., apik deh
Hehe, iya, Pak Eko. Bunyinya keren, Pak.
Keren pak.. Salam
Makasih Buk. Salam kembali
burung oh burung. hehehe. keren
Makasih, Pak.
Hhhh,, seru juga ceritanya pak, jd senyum2 saya bacanya
Hahahaha, baguslah itu, Bu Syarifa, bakalan lama tuanya kalau banyak senyum, hehe