Mencontoh Semangat dari Salah Satu Pesan Bung Hatta

#TantanganGurusiana

Menulis Hari ke-146

Pagi-pagi sekitar pukul 08.30 Wib, mobil rombongan kami bertolak dari Madrasah tempat kami mengabdi, yaitu MIN Kota Payakumbuh. Kegiatan ini merupakan kegiatan dharmawisata anak kelas enam yang telah tertunda sekian lama. Penyebab ditunda-tundanya dharmawisata ini adalah karna pandemi Covid-19.

Dengan telah dibukanya kembali objek-objek wisata, maka rencana yang tertunda ini telah bisa diwujudkan kembali,  tetapi tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan. Seluruh siswa-siswi dan guru-guru pendamping wajib mengenakan masker.

Tujuan dari dharmawisata ini adalah tempat pemandian yang tempatnya berada di dekat air terjun Malibou Anai propinsi Sumbar. Dua jam di sana, setelah mlakan siang dan sholat Dzuhur, bus kami bertolak dengan tujuan Pantai Gondoriah Pariaman.

Di tepian pantai Gondoriah, anak-anak kami mengadakan acara tukar kado dan beberapa rangkaian acara lain. Di sini kami dapat menikmati dengan sepuas hati  keindahan pantai sampai melihat proses terbenamnya matahari, hilang di atas permukaan laut. 

Perjalanan pulangpun sekitar pukul 06.30 Wib dengan tujuan Jam Gadang Bukittinggi. Empat jam perjalanan kami tempuh untuk sampai ke kota wisata tersebut, sampai akhirnya pukul 22.30 Wib, kamipun sampai di kota Bukittinggi yang memiliki ikon terkenalnya yaitu Jam Gadang dan telah tersohor sampai ke manca negara.

Sambil menunggu anak-anak bermain di area Jam Gadang, kami dengan beberapa teman sebagai guru pendamping, duduk-duduk di kawasan tugu Bung Hatta, Bapak Proklamator kita.

Paaa batu prasasti yang terpajang di kanan dan kiri patung Pak Hatta, saya mengambil satu kalimat yang sangat berkesan. Kalimat ini begitu memotivasi saya untuk selalu membaca buku. Begitu cintanya beliau terhadap buku, sampai-sampai beliau berkata dengan lantang terhadap perlawanan pada Pemerintahan Kolonial Belanda

"Selama dengan buku, kalian boleh memenjarakanku dimana saja, karena dengan buku aku merasa bebas".

Nah, jika Bung Hatta merasakan aura kebebasan dengan adanya buku, walaupun badan Beliau berada di jeruji besi, bagaimana dengan kita sekarang ini yang telah benar-benar bebas dari belenggu penjajahan?

Payakumbuh, 5 Juli 2020.