Apa itu Puisi?
Gurusiana mengeluarkan kategori tulisan berupa puisi? Lalu apa sebenarnya puisi itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V ada dua pengertian puisi, pertama puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait, kedua puisi merupakan gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus bunyi, irama, dan makna khusus.
Lain halnya menurut tokoh yaitu Zulfahnur, puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) seseorang tentang kehidupan manusia, alam, dan Tuhan dengan media bahasa yang indah yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya, dalam bentuk teks. Sedangkan menurut Sumardi, puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Sejatinya dengan beberapa pengertian puisi tersebut dapat dipahami tentang pengertian puisi.
Puisi di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu puisi klasik (khusus/lama) dan modern (baru). Puisi klasik susunan batinnya meliputi suara serta situasi, topik, amanat, serta perasaan. Ciri puisinya bahasa yang dipakai terikat irama, matra, rima, serta membuatannya begitu terikat dengan larik serta bait. Lain halnya dengan puisi modern, puisi ini tanpa memerhatikan bait, irama, baris, serta rima. Puisi ini mengandung dua unsur pokok yakni susunan fisik (pilihan kata/diksi, bahasa figurative (majas), serta citraan atau pengimajian/susunan kata untuk mengungkap pengalaman dari sensoris. Sedangkan susunan batin puisi modern terkait dengan hal–hal yang disampaikan penyair terkait perasaan serta situasi jiwanya.
Lalu jika Anda ingin menulis puisi apakah memilih puisi klasik atau modern? Silahkan saja.
Setiap puisi memiliki ciri-ciri dalam penyusunan puisi, pertama unsur – unsur bahasa harus dirapikan, diperindah, serta ditata sebaik-baiknya dengan memerhatikan irama serta bunyi, kedua bahasa yang dipakai berbentuk konotatif (kiasan), ketiga dalam puisi ada pemadatan dari seluruh unsur kemampuan bahasa, keempat puisi mengungkap pikiran serta perasaan dari penyair berdasarkan pada pengalaman serta berbentuk imajinatif.
Puisi juga memiliki unsur-unsur fisik puisi yaitu (1) diksi (satu penentuan kata yang pas dalam puisi). Pilihan kata yang pas, akan menghidupkan situasi, perasaan, serta keindahan dari puisi. (2) Majas, gaya bahasa yang berbentuk kiasan. Hal itu dilakukan untuk membuat puisi terlihat indah serta menarik. Bahasa kiasan mempunyai tujuan untuk mengemukakan otomatis tentang arti yang disebut oleh pengarang puisi. (3) Rima (unsur bunyi) yaitu satu pengulangan bunyi yang berselang, baik didalam larik sajak ataupun pada akhir larik di sajak. Pengulangan bunyi ini ditujukan untuk menambah nilai merdu dari puisi. Tujuannya untuk memberi dampak pada suara serta suasana yang disebut dalam puisi itu. (4) Citraan (imajinasi) yang dipakai untuk memancing imajinasi dari pembaca. Pengarang puisi memakai kata yang bisa dipakai untuk mengungkap pengalaman imajinasinya. Kata–kata yang dipakai itu memberi kesan–kesan pada panca indra untuk pembaca. Berikut ini macam-macam citraan puisi, yakni citraan pandang, citraan dengar, citraan rasa, serta citraan kecap.
Jenis puisi sangat banyak seperti puisi lama, pantun, syair, karima, gurindam dan puisi baru. Ada hal yang menarik tentang puisi baru (puisi modern), puisi ini lahir dari pujangga baru yang dipopulerkan pada tahun 1945, Chairil Anwar sebagai pelopornya. Lahirnya puisi modern dilatarbelakangi estetika yang kaku ataupun patokan–patokan yang membelenggu diri seseorang penyair dalam menyampaikan hasil karyanya.
Berikut ini beberapa contoh puisi
_________________________
BUKIT BIRU, BUKIT KELU
Karya: Taufik Ismail
Adalah hujan dalam kabut yang ungu
Turun sepanjang gunung dan bukit biru
Ketika kota cahaya dan dimana bertemu
Awan putih yang menghinggapi cemaraku.
Adalah kemarau dalam sengangar berdebu
Turun sepanjang gunung dan bukit kelu
Ketika kota tak bicara dan terpaku
Gunung api dan hama di ladang-ladangku.
Lereng-lereng senja
Pernah menyinar merah kesumba
Padang ilalang dan bukit membatu
Tanah airku.
___________________
Senja di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
____________________
Sajak Bulan Mei 1998 Di Indonesia
(W.S. Rendra) DPR 18 Mei 1998
Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan
Amarah merajalela tanpa alamat
Kelakuan muncul dari sampah kehidupan
Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah
O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan
O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!
O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!
Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara
O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!
Berhentilah mencari Ratu Adil!
Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil
Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara
Bau anyir darah yang kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata:
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya
Wahai, penguasa dunia yang fana!
Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?
Apakah masih akan menipu diri sendiri?
Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan!
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata mengalir dari sajakku ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar