Buku adalah sumber ilmu. Saat ada yang ingin diketahui maka carilah pada buku. Buku dijadikan sumber referensi ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Buku juga bisa menjadi rujukan pengetahuan. Selain itu buku juga bisa menjadi rujukkan penerapan keilmuan dalam kehidupan. Buku tersebut adalah buku ilmiah (nonfiksi).

Lalu bagaimana dengan buku fiksi? Buku jenis ini merupakan buku yang sarat akan sentuhan imajinasi dan dapat menginspirasi para pembaca. Sebagaimana diketahui buku  Harry Potter. Buku imajinasi yang best seller di dunia. Dampaknya muncul komunitas pencinta Harry Potter. Belum lagi cerita-cerita pahlawan super dunia yang sengaja diciptakan.  Jika di Indonesia cerita-cerita hantu dengan ragam rupa juga banyak menjadi inspirasi tulisan. 

Saya sendiri menyukai buku. Terutama buku-buku untuk bidang yang saya sukai.   Meja kerja di tempat tugas juga menumpuk buku-buku koleksi pribadi. Belum lagi perpustakaan pribadi di rumah yang koleksinya lumayan banyak. Sampai saat ini terus saya tambah sesuai dengan bermunculannya buku-buku yang saya suka seperti bidang pendidikan, psykologi, geografi, agama, sastra, politik,  pertanian, dan peternakan. 

Sejak zaman revolusi industri 4.0, saya berupaya juga memiliki banyak buku digital. Saya mendownload berbagai buku digital di internet sesuai dengan pengkategoriannya. Sampai saat itu terus saya tambahkan sesuai dengan informasi yang saya dapatkan. Manajemen file mutlak diperlukan supaya saat dibutuhkan, buku mudah dibaca. 

Dengan demikian jika saya akan membaca,  bisa langsung dari buku atau buku hasil download. Jika ada informasi dari media sosial, maka buku adalah sumber rujukkan untuk mencari referensi pembanding. Sejatinya melakukan  apapun tetap harus ada dasar referensi sebagai bentuk tanggung jawab.  Jadikan buku sebagai sumber ilmu pengetahuan, mengapa tidak.