Mulya

Guru Geografi di MAN 2 Tangerang, Banten sejak tahun 2011 s.d sekarang. Aktivitas utama mendidik, selebihnya berkebun, menulis, berorganisasi, fotografi, dan me...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dinamika Timnas Indonesia U-17

Dinamika Timnas Indonesia U-17

Indonesia sebagai penduduk terbesar ke-4 dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat memiliki banyak penggemar olahraga sepak bola. Walau dari segi prestasi belum dapat mencapai level dunia. Bahkan level Asia Tenggara masih terseok-seok dan di Asia belum dapat bersaing dengan negara di Asia seperti Jepang, Iran, Irak, Arab Saudi, Korea Selatan, dan Australia,

Pemerintah melalui Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) terus berupa untuk meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia, mulai dari mengadakan kompetisi liga di Indonesia secara berjenjang juga mengontrak pelatih internasional yang sarat pengalaman asal Korea Selatan yaitu Shin Tae Yong. Sebelumnya menggunakan jasa pelatih kewarganegaraan Spanyol yaitu Luis Mila akan tetapi dianggap gagal.

Memilih pelatih internasional bukan tanpa pedebatan. Ada anggapan mengapa tidak menggunakan pelatih dalam negeri untuk meraih prestasi terbaik dalam sepakbola. Pelatih lokal ternyata belum sesuai ekspektasi dalam meraih prestasi di level Asia dan Dunia. Sejatinya pelatih yang dibutuhkan adalah pelatih yang berpengalaman membawa tim suatu negara di level dunia. Faktanya hal tersebut menjadi polemik di dunia sepak bola di Indonesia .

Shin Tae Yong sebagai pelatih kepala diberikan kewenangan untuk melatih timnas U-19, U-23, dan Timnas Senior. Konsep kepelatihannya sangat jelas menciptakan sinergi seluruh pemain level timnas. Sehingga hasilnya sudah terlihat dimana timnas yang ditanganinya sudah masuk ke level final Piala Asia. Tim besutannya saling melengkapi timnas berdasarkan level usia. Bahkan level timnas senior rata-rata berusia 22 tahun. Beberapa pertandingan antara tim utama dengan cadangan sulit dibedakan karena memiliki kualitas yang setara. Sehingga siapapun lawan yang dihadapi sulit menebak strategi pelatih sehingga menyulitkan lawan.

Lalu bagaimana dengan Timnas U-17, karena level ini tidak menjadi tanggungjawab Shin Tae Yong, maka PSSI menunjuk Bima Sakti sebagai pelatihnya. Dibawah besutannya Timnas U-17 saat dilevel Asia Tenggara menjadi juara.

Pada saat itu ada sikap dari staf pelatih bahwa keberhasilan mereka karena local preud (kebanggaan lokal), seolah ingin menyampaikan sindiran bahwa timnas Indonesia untuk menjadi juara tidak membutuhkan pemain naturalisasi.

Padahal dalam sepakbola modern satu tim sepakbola sejatinya cadangan memiliki kualitas yang sama dengan tim utama. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tim, salah satu solusinya melakukan naturalisasi untuk posisi yang dianggap kelemahan tim. Mewujudkan timnas yang berkualitas itu tidak langsung jadi tetapi membutuhkan proses dan dilakukan secara sinergi dan kontinuitas.

Lalu berkaca pada timnas Indonesia U-17 yang baru saja dikalahkan timnas Malaysia U-17 dengan skor yang sangat telak 5-1 (Minggu, 9/10/2022). Kemenangan di penyisihan grup 14-0 melawan Guam, 3-2 lawan Uni Emirat Arab, 2-0 lawan Palestina menjadi sia-sia. Bagaimana tidak, akibat kekalahan tersebut Timnas U-17 gagal maju ke Final Piala Asia melalui jalur juara grup bahkan runner-up terbaik gagal diraih.

Kegagalan timnas U-17 jika ditelisik karena menganggap remeh Timnas Malaysia dan ketergantungan pada pemain bek tengah timnas U-17 yaitu Iqbal Gwijangge yang tidak bisa bermain akibat akumulasi kartu kuning dan cedera. Sehingga pemain penggantinya bermain tidak sesuai harapan. Padahal timnas U-17 hanya membutuhkan hasil seri dan lolos automatis ke final piala Asia tahun depan.

Jika bermain pragmatis dengan bertahan untuk mencari hasil seri dan saat ada kesempatan melakukan serangan, akan menjadi lain hasilnya. Justru yang terjadi di lapangan, Indonesia melakukan permainan terbuka untuk mencetak gol terlebih dahulu, akan tetapi justru yang terjadi sebaliknya. Serangan balik timnas Malaysia U-17 berhasil mengoyak gawang timnas Indonesia dalam rentang waktu 38 menit 5 gol bersarang di gawang timnas Indonesia. Timnas sendiri baru mencetak gol hiburan 1 gol ke gawang timnas Malaysia di menit 90+3 menit. Semuanya sudah terlambat dan timnas Indonesia dipastikan gagal ke putaran final piala Asia 2023 di Bahrain tahun depan.

Sungguh pembelajaran yang sangat mahal bagi timnas U-17 tentang sebuah pertandingan sepak bola. Mereka masih anak-anak muda yang sangat potensil di masa depan. Jangan pernah meremehkan lawan, siapapun lawannya. Pertandingan sepak bola itu 90 menit, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Sesuatu yang tidak mungkin bisa saja terjadi. 3 pertandingan meriah poin sempurna dan dipertandingan terakhir harus tersingkir dari kompetisi sungguh sebuah ironi.

Sepak bola adalah olahraga yang banyak diminati di Indonesia juga di dunia. Level kompetisi berjenjang dan telah tertata dengan baik. Prestasi di bidang olahraga sepak bola dapat membawa Indonesia di kancah internasional sejatinya dengan prestasi bukan dengan tragedi. Semoga semua pihak terkait dapat melakukan evaluasi dan terus berbenah untuk sepak bola Indonesia di masa depan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya pak, sukses selalu

10 Oct
Balas



search

New Post