Mulya

Guru Geografi di MAN 2 Tangerang, Banten sejak tahun 2011 s.d sekarang. Aktivitas utama mendidik, selebihnya berkebun, menulis, berorganisasi, fotografi, dan me...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kumbili Cemilan Maksyus, Terancam Punah
Dokumentasi Penulis

Kumbili Cemilan Maksyus, Terancam Punah

Umbi ini ukurannya relatif kecil di wilayah saya Di tangerang, Banten disebut kumbili. Ukurannya sebesar jari tangan dengan membulat panjang sekitar 4-5 cm. Ada pula yang bulat kecil seruas jari.

Umbi ini dahulu di daerah saya banyak dibudidayakan. Seiring alih fungsi lahan, umbi jenis ini seolah hilang ditelan bumi. Sangat sulit menemuinya. Umbi yang sangat langka.

Sampai pada hari ini, saya mengantar istri berbelanja karena libur kenaikkan kelas. Saya menemukan umbi ini. Saya terheran-heran, adalagi nih umbi dan saya membelinya. Akan saya kukus dan dinikmati sekaligus mengenalkan ketiga putri saya makan sehat, cemilan maksyus yang terancam punah.

Kumbili sejak saya kecil sudah mengenalnya. Biasanya saat ada hiburan apapun di kampung, pedagang kumbili selalu hadir. Sistem penjualannya perliter. Teman makannya yaitu kacang rebus dan lepeut (sejenis ketan dibungkus daun kelapa muda dibuat secara memanjang).

Almarhum ibu juga sering mengukusnya dan memakannya langsung setelah matang atau untuk campuran sayur santan. Rasanya enak dan sangat khas. Bahkan jika ingin lebih eksositis dimana kulit kumbilin akan berwarna hitam gelap, merebusnya menggunakan kulit pohon salam. Kumbili adalah cemilan makyus. Apapun cara mengolahannya.

Saya khawatir umbi jenis ini bisa punah dan hilang. Bagaimana dengan generasi mendatang. Itu hanya ke khawatiran saya saja. Jangan-jangan di tempat tinggal bapak/ibu gurusianer umbi jenis ini masih berlimpah. Semoga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kalau di tempat kelahiran saya di Kebumen namanya Gembili. Seksrang sudah langka. Hampir 25 tahun sy tidak menemukannya

26 Jun
Balas

Satu lagi panganan lama yang segera punah menyusul teman-temannya.

25 Jun
Balas

Iya pak Agus, harus dikonservasi berbagai panganan yang terancam punah yah pak. He...he... Terima kasih atas apresiasinya pak Agus. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah

25 Jun

Jadi ingat masih kecil dulu, suka makan kumbili, hehehe. Sukses selalu dan barakallahu fiik

25 Jun
Balas

Iya bu Vivi. Ini saja kumbili yang saya makan setelah bertahun-tahun tidak menemukan panganan ini, ada ditukang sayur saya beli deh. Menuliskannya juga seolah review masa-masa dulu saat kumbili masih banyak. Sekarang saya tidak yakin kedepannya akan mudah menemukan kembali kumbilinya bu. Terima kasih atas apresiasi dan doanya. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah

25 Jun

Kalau di sini namanya gembili Pak Mulya...Enak sekali...Mak nyuus...

25 Jun
Balas

Oh gembili yah bunda. Di saya kumbili. He..he.. Beda awalannya saja. Terima kasih atas apresiasinya. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah

25 Jun



search

New Post