Hidup dari keluarga petani. Orang tua sampai saat ini masih bercocok tanam dalam himpitan alih fungsi lahan untuk Industri dan pemukiman. Maklum Kabupaten Tangerang adalah kota satelit DKI Jakarta yang kini orientasi perkembangannya ke arah kawasan Industri.

Sore kemarin abah (sebutan ayah dalam bahasa sunda) membawakan sekantung singkong (ketela pohon) . Saat ini saya sedang libur kemudian mencoba membuat panganan dari singkong.

Olahan makanan dari singkong sangat banyak sekali variasinya seperti getuk, gengsot, kripik, singkong goreng, singkong kukus, dan lain sebagainya. Alhamdulillah saya menguasainya untuk membuat panganan tersebut karena telah diajarin oleh almarhum ibu.

Ah saya pikir cari resep yang mudah saja. Singkong dikupas kulitnya, kemudian dicuci bersih. Setelah bersih potong kira-kira 4 cm. Kemudian sikong di belah dua dan ada yang dibelah 4.

Singkong yang dibelah 2 saya siapkan untuk dikukus sedangkan yang dibelah 4 untuk digoreng. Saya berpikir supaya ada pilihan makanan, mau singkong goreng silahkan apabila mau singkong yang dikukus juga silahkan. Mencoba menjadi chef memasak dirumah untuk istri dan ketiga putri tercinta.

Singkong goreng bumbunya hanya garam dan ketumbar. Kemudian ulek dan haluskan. Berikan air dan siramkan ke singkong yang akan digoreng. Diamkan sampai bumbu meresap lalu goreng.

Sedangkan untuk singkong kukus tinggal siapkan dandang berikan air secukupnya, saat panas, kukus singkong sampai matang.

Setelah matang singkong siap di santap. Hindangkan pada piring. Enaknya dikonsumsi saat panas/hangat. Jangan lupa sediakan gula putih untuk cocolan singkong goreng dan kukus.

Singkong di kami disebut roti sumbu. Mengapa disebut roti sumbu, roti karena warnanya putih seperti roti. Sumbu bentuknya memanjang karena ketela umbinya memanjang seperti sumbu/tutup yang memanjang. Sehingga sebutan orang kampung disebut roti sumbu. Jadilah roti sumbu makanan kampung.

Bagi saya sebenarnya lebih menyukai panganan alami seperti singkong, ubi, pisang, huwi, pepaya, talas, lalapan daun pepaya, kangkung, bayam, dan lain sebagainya. Intinya mengkonsumsi panganan langsung dari alam. Mengapa demikian, saya pikir lebih sehat dibanding panganan buatan industri yang terdapat pengawet, pewarna, dan pemanis buatan. Belum lagi sayuran dan buah-buahan yang mengunakan pestisida. Juga akan berdampak bagi kesehatan. Jika sayuran dan buah-buahan ditanam sendiri tidak harus mengunakan pestisida.

Sebaiknya jika waktu dapat berulang, kembali ke masa lampau. Maka makananya yang paling aman adalah makanan yang alami. Makanan yang diperoleh langsung dari alam. Saya agak pesimis hampir seluruh areal perkebunan tempat bercocok tanam sudah dibeli oleh pengembang. Apakah masih dapat mengkonsumi hasil kebun atau tidak kedepannya.

Andaikan memungkinkan kita menanam sendiri, memanennya, dan mengkonsumsi sendiri. Sehingga dapat menentukan kualitas makanan yang kita konsumsi. Itulah cara terbaik mengkonsumsi sebaik-baiknya makanan.